10 Okt 2019

Tuhan, Marahlah tapi Jangan Benci Kami

Oleh M. Rasyid Nur
MARI berdoa di hari baik ini meskipun sebenarnya kita berdoa setiap hari karena kita sudah menyimpulkan bahwa semua hari adalah baik. Hari --Jumat-- ini mari kita ulang lagi doa dan harapan kita: Ya Allah, Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, kiranya Engkau tidak membenci kami meskipun mungkin Engkau akan selalu memarahi kami. Kami tidak bisa marah jika Engkau marah. Tapi kami takut sekali jika Engkau membenci kami. Sayangilah kami, ya Allah.

Tentu saja ini bukan tiba-tiba saja kita ingin berdoa. Tapi bahwa saat ini tiba-tiba kita saling mengingatkan, itu memang selain karena hari ini adalah hari mulia, hari baik yang sering kita harapkan dan kita bayangkan sebagai hari terbaik di antara hari-hari yang Tuhan berikan, sesungguhnya ada juga sinyalemen lain yang menjadi perbincangan di antara kita di negeri kita, itulah toleransi yang terganggu di antara kita sesama anak Bangsa. Ada beberapa peristiwa intoleransi di negeri kita yang membuat kita bersedih menyaksikannya atau mendengar peristiwanya.
Jika intoleransi berkembang dengan alasan agama, keturunan atau jabatan dan kekayaan, maka saatnya kita bangsa Indonesia akan terpecah dan terpisah-pisah satu dengan lainnya. Perpisahan inilah yang belakangan ini banyak diperbincangkan karena banyaknya muncul pertentangan di antara kita se-Bangsa dan se-Tanah Air, Indonesia. Bukankah Tuhan sangat membenci perceraian? Dalam agama selalu diingatkan, misalnya sebuah rumah tangga yang goncang oleh satu masalah, Tuhan tidak berharap kegoncangan itu membawa perceraian. Yang paling dibenci Tuhan adalah perceraian meskipun Tuhan menghalalkan.

Gonjang-ganjing dan perseteruan di antara kita rakyat Indonesia yang akhir-akhir ini muncul dan menjadi pembicaraan hangat di kalangan elit dan pemerintahan, itulah salah satu penyebab maka kita hari ini diajak untuk saling mengingatkan bahwa kebencian Tuhan itu dapat berujung kepada turunnya bencana kepada kita. Maka marilah kita berdoa untuk menjauhkan diri kita dari tindakan dan perbuatan yang dibenci Tuhan.

Bahwa Tuhan mungkin marah kepada kita tersebab begitu banyaknya pelanggaran peraturan Tuhan oleh kita, itu mungkin masih dapat diletakkan di bawah kebencian Tuhan. Jika Tuhan marah kepada individu kita karena kita tidak mengamalkan perintah-Nya, permasalah ini sudah pasti tidak akan melibatkan pihak lain. Sebagai muslim, kita tidak solat, tidak juga berpuasa, tidak juga naik haji dan berzakat padahal kita mampu, itu adalah pelanggaran pribadi kita yang tentu saja akan menyebabkan Tuhan akan marah kepada kita. Tapi kemarahan itu pastilah tidak menyebabkan Dia akan membenci karena kita tidak melakukan perbuatan yang dibenci-Nya. Itulah urusan pribadi kita dengan-Nya.

Kemarahan itu akan tercatat pada lembaran buku dosa kita yang setiap kita akan mempertanggungjawabkannya kelak di hadapan-Nya. Sekali lagi, kemarahan ini yang akan berimplikasi pada tamabahan catatan dosa kita hanyalah kita pribadi yang akan mempertanggungjawabkan dan kita pribadi pula yang akan menanggungnya. Akan sangat berbeda jika kita berbuat salah yang menyebabkan keterlibatan orang lain, seumpama perseteruan, perselisihan dan permusuhan yang berujung pada perceraian. Pada titik bercerai inilah kemarahan Tuhan akan datang dan berubah menjadi benci-Nya.

Oleh karena itu, terus-menerus kita berdoa, ya Tuhan, Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, janganlah Engkau membenci kami meskipun Engkau memarahi kami. Doa ini sangatlah baik agar kita menyadari betapa celakanya jika allah membenci hamba-Nya. Doa itu jua kita harapkan akan membimbing kita untuk patuh dan taat kepada-Nya. Athi'ulloha waathi'urrosul waulil amri minkum, ssmoga dapat buktikan, amin. Kita jaga dan rawat persaudaraan kita, apapun kebetulan perbedaan kita.***

Sudah saya tulis juga di  https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=...

SHARE THIS

Author:

M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS (2017) dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan

Facebook Comment

0 Comments:

Silakan Beri Komentar