Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

16 Sep 2020

Puisi-puisi Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd

Puisi-puisi Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd


MENANTI CINTA PANGERAN RIAU

Tiba-tiba engkau mendahului saat berpapasan acara
Aku hanya bisa memandang kepergianmu hingga sampai di titik lenyap dan dikuburkan
Kembali lagi menunggu, tapi tak mengapa
Karena aku telah sampai pada sebuah keyakinan, bahwa kelak kaki ini tetap sampai di titik tujuan yang pernah dikonsepkan

Tak mengapa pula bila kau menganggap ada yang cemburu
Bukankah cemburu itu pertanda cinta sayang dan mesra?
Sungguh, kesetiaan ini nyata adanya dan luar biasa adanya?

Yang pasti, 
apa yang kau kejar adalah fatamorgana
Tak ada sebentuk kemajuan sedikitpun darimu
Tetapi mengapa masih asyik dalam permainan dan bertepuk sebelah tangan dalam simphony cinta?

Jika saja mau sedikit merenung untuk tahu,
Ada hati yang setia menunggu di ujung sana
Walau masih tertutup kabut pegunungan everest?

Kau tak percaya atau aku yang percaya?
Kita buktikan saja
Kesabaran yang anggun akan selalu bersemi di relung jiwa yang terlalu sedih meratapi
Biarlah kelak, waktu yang menjelaskannya tanpa sebab aku mengartikan sikapmu

lndragiri Hulu,  Riau  15 September 2020


BUDAYA ORANG MANGONDOW

Jika anda sudah jadi Kinalang
 lindungi paloko agar hidup senang dan riang
 Jika anda jadi pemerintah maka jadilah pengayom rakyat dan bermartabat

Jika sedang mendapat amanah rezeki
 simpanlah sebagian untuk anakmu nanti dan nikmati
Jika kita dapat rejeki maka jangan lupa bersedekah dan berbagi
Jika melihat tamu datang bertandang
segeralah beri sirih pinang dan sambut dengan riang
 Jika ada tamu yg datang maka berilah penghormatan  dan sambutan
 Apabila kaki selalu basah
maka kerongkongan juga ikut basah dan minumlah
 Setiap orang rajin, pasti mendapat rejeki dibumi pertiwi

Jika ingin menginjak bumi Totabuan
jangan lupa adat bobahasaan yang tinggi
Jika datang di Bolaang Mongondow, maka ikutlah adat kebiasaan orang mongondow dan bersua
Kalau bogani sudah meringki
tandanya ada gangguan negeri ini
Jika pendekar sudah marah, berarti ada gangguan keamanan diganggu
Apabila kinalang sudah di singgasana
janganlah lupa paloko rakyat jelata dan petuah
Setiap pemimpin pilihan rakyat, jangan lupa bantulah rakyat yang mandat

Jika sudah makan sayur gedih
itu pertanda hidup di tanah kami dan bersyukur
 Jika datang ke negeri kami, pasti makan sayur gedih dan kemangi
Jika gamelan sudah berbunyi
tanda berduka di bumi kami yang usang dan tua
Jika gamelan sudah dibunyikan, segera berkemas melayat duka akan singgasana
Jika bogani negeri sedang pergi
tanda musuh sudah dikejari dan nikmati usulannya
jika pendekar menghilang, pasti sedang mengejar musuh dan malapetaka
Jika berkendara jalanlah pelan
agar engkau cepat sampai tujuan dan bangga
Berhati-hatilah berkendaraan agar tidak terjadi kecelakaan dimana ada bahaya
Jika sayur gedih sudah dimakan
pertanda pulang pasti sudah terlupakan dan amanahnya
 setiap tamu yg datang ke Mongondow bila sudah gemar makan sayur gedih, bisa saja jadi betah 

Riau, Indragiri Hulu 15 september 2020

13 Sep 2020

Puisi Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd

Puisi Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd


MELALUI LANGKAH SENDIRI


Terkunci pilihan-pilihan kata merayu yang menggombal

Aku memilih diam lalu pergi dari duniamu yang mengangguku
Aku menumpahkan air mata merana tanpamu
 Dan akhirnya gelisah tumpah ruah didalam pelukanmu

Rasa sakit  demi kesembuhan yang aku selipkan dalam doa
 kau lupa bahwa
Ada sebongkah hati yang setia padamu
Racun manis yang selalu kau sajikan dalam dirimu
Kutengguk mesra tanpa curiga dan mencurigai

Hingga buai asmaramu kian merajai jiwa yang terpatri dalam diri..
 
Terpasung aku dalam gelora cinta palsumu
Kini luka ini telah bernanah dan berdarah dalam hembusan angin sepoi sepoi
Namun candu dan madumu hingga cintamu terlanjur dan tak surut lalu mampu merusak sendi hidupku yang dulunya bahagia
 
Aku ter panah oleh racunmu hingga datang perpisahan kini kau luncurkan
Berdalih ego yang terselimuti hianat
Hingga gendang telingaku sobek tersayat silet
Oleh kata-kata sumpah yang terucap dari mulutmu
 
Aku memutuskan pergi takkan kembali
Semua harapanku telah sirna ditelan bumi
Memilih sendiri agar nafas terpingkal hilang
Dalam  berujung datang dan ini
Menjadi teman sejati dalam hidupku yang semakin baik
Pada tahun ini

Indragiri Hulu, Riau 12 September 2020

12 Sep 2020

Puisi Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd

Puisi Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd


SYAIR KESEDIHAN

Hari-hari telah kita lalui bersama
Menandai makna gugusan aksara dan realita yang ada?
di antara alif dan selepas iqro?
Menelusuri makna dalam kamus Kata KBBI
Menata kembali susunan sehingga rapi.

Tetapi belum semua yang tersusun itu selesai terurai
Masih banyak bait yang nanggung semua luka
Kalaulah memahaminya aku tak kan sanggup sudahkah kita menunaikannya dari yang wajib dan sunnah?

Tanda tanya akan keberhasilan?

Dan mengapa ujungnya jadi menyedihkan?

Semua terbinasa?

Apakah mesti semua itu karena dalam diri semua insan akan abadi dan takkan pernah hilang?
Di mana bisa kita cari akar masalahnya sedangkan masalah terus ada?

Apakah ini yang namanya himbauan?
Peringatan?
Ataukah ancaman?
Bisakah engkau menganggap bahwa dunia kita baik-baik saja?

Di ujung jembatan ini, 
Aku masih menanti Aji Saka untuk menjelaskan segala tanya.

Indragiri Hulu, Riau, 10-9-2020

11 Sep 2020

Puisi: Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd

Puisi: Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd


DZIKIR ANGIN 

Ayo dzikir yang menyeruak dalam ronamu
Menyelinap di antara susunan kelopak mata
Tersipu merayu bersama tarian kepala putik
Bersenyawa dengan aroma yang terbawa embusan kayu dan angin

Subhanallah
Walhamdulillah
Laa Ilaha Illa Allah
Allahu Akbar

Butir-butir istighfar tergubah sepanjang langkah ku
Atas debu kealpaan saat ku yang selalu menghampiri
Karena keakunghan yang mengungkung nurani manusia
Lelap jiwa dalam lalai dan lena dunia yang fana

Astaghfirullah hal 'adzhim
Astaghfirullah hal 'adzhim
Astaghfirullah hal 'adzhim
Astaghfirullah hal 'adzhim

Mengalirlah kau, wahai air mata keinsyafan
Hapuskan pahala segala gundah gulana yang menggila
Demi ridhoNya, merayu hamba  yang Riya

Riau Indragiri Hulu, 10-9-2020

9 Sep 2020

Puisi-puisi Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd

Puisi-puisi Wahyu Nurhalim S.Pd.I M.Pd



LUKISAN PULANG DI RIAU

Menuju pulang saat menjadi dewan juri,
Selalu saja ingin lewat di tempat ini dan merinding..
Seakan memasuki sebuah lorong harapan
Ya, bukankah ujung dari kepulangan itu simpul atas segala harapan hingga menusuk malam jumat kliwon?
 
Sudah teramat jauh kaki ini mengelana
Memahat jejak di setiap sudut waktu dan jauh atas semua mimpiku?
Mengikatnya dalam lembaran-lembaran putih kehidupan yang membuatku terkesan?

Jika engkau berada di sampingku, mungkin akan paham senyatanya
Bukankah kau ingin merasakan getarannya dan gelombang yang kelam?

Karena setiap kita pasti akan beranjak menuju pulang dan kedewasaan yang hakiki?
Entah suka ataupun tidak suka aku tetap pada setiaku?
Entah dengan sukarela ataupun terpaksa
Semoga di ujung sana, bisa kita temukan sebentuk senyuman dan tulus dan buatku terkenang hingga gelap menusukku sampai lupa peristiwa yang terjadi..

Indragiri Hulu Riau, 06 09 2020


PETUAH ANAK MUDA

Wahai anak muda, janganlah hempaskan diri dalam kebinasaan
Jangan sampai terperosok ke dalam lubang yang sama sampai dua kali
Lalai dalam lena hanya akan menuai malapetaka yang berimbas dengan makhluk lainnya

Hidup memang tak selalu lurus-lurus saja
Simalakama dalam dilema yang mendera disebuah retorika
Tak cukup sekadar mengaduh, menangis dan meratapi hati yang tersayat

Maka telah ada jaminan bahwa dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan sesuai firmanNya?
Bukankah rahmat-Nya telah tersaji sedemikian luas dan ampunanNya?
Sungguh, memang itulah karakternya

Maka jangan pernah tertanggalkan baju kesabaran jika masih ada baju amarah yang tersimpan itu
Pantang berhenti membuat lapis-lapis  manfaat walau sesaat dan tergores nan indah
Karena setiap kebaikan pasti akan berbalas kebaikan pula dah baik juga untuknya

Tidak ada kah cinta yang tak ada makna kesedihan,
Kiranya kedamaian selalu bersemayam di relung jiwa jiwa yang terluka
Kiranya Yang Mahasegala setuju dengan semoga kita akan kekal di surgaNya

Indragiri Hulu, Riau 9 september 2020