Selain Bupati, H. Aunur Rafiq dan Pimpinan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) hadir pada acara itu pimpinan Forkopimda atau yang mewakili. Dan tentu saja para jamaah masjid Baitul Karimun dan dari beberapa masjid yang berlokasi tidak jauh dari masjid ini. Ada juga tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lainnya. Kegiatan tausiah dilaksanakan bakda solat tarwih.
21 Apr 2022
20 Apr 2022
MUI Mengutuk Israil, Cukupkah?
Melalui tulisan berjudul MUI Mengutuk Keras Penyerangan Aparat Israel ke Masjid Al Aqsa website yang dikelola pengurus IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Idonesia) Pusat, itu menerangkan bahwa Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan, penyerangan terhadap umat muslim Palestina di Masjid Al-Aqsa saat sedang beribadah itu menunjukkan bahwa Israil memang dikuasai para penjahat kemanusiaan. Ini kalimat yang sangat keras yang disampaikan MUI sebagai organisasi perwakilan umat (Islam) Indonesia.
Sebagai orang Indonesia, khususnya umat Islam kita mendukung kecaman MUI yang mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israil terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 15 April 2022 kemarin itu. Tidak dapat diterima oleh perasaan kemanusia kita. Bagaimana manusia yang menyatakan haknya untuk beribadat malah diserang begitu oleh aparat bersenjata.
Menurut Prof. Sudarnoto, semua tindakan Israel itu seharusnya semakin menyadarkan negara-negara manapun –terutama yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israil– untuk meninjau ulang kerja sama dan hubungan diplomatik mereka dengan negara zionis tersebut. Tindakan mereka, katanya, juga meningkatkan kesadaran bahwa Israil memang negara yang tidak bisa dipercaya.
Lebih jauh Prof. Sudarnoto mengatakan, “Sebagaimana yang pernah MUI sampaikan, maka diperlukan langkah-langkah yang serius yang dilakukan oleh elemen masyarakat manapun untuk memboikot Israil dan menyeret Israil ke Mahkamah Internasional dan memberikan sanksi internasional terhadap Israil,” katanya seperti dikutip dari laman hajinews.id tersebut.
Amerika Serikat, yang selama ini memberikan dukungan penuh kepada Israil harusnya mengubah cara pandangnya agar bisa bertindak secara lebih adil dan benar-benar membela kemanusiaan. Tidak membela Israil secara membabi-buta sebagaimana selama ini mereka pertontonkan kepada dunia. Sebagai negara yang selalu menyatakan menjunjung perinsip-perinsip kemanusiaan, Amerika wajib membuktikannya ketika melihat dan menilai Israil sebagai Negara yang menginjak kemanusiaan.
Kita juga ingat janji Presiden Joe Bidden saat dilantik menjadi Presiden untuk “menghentikan kemungkaran” di Palestina yang dilakukan Israil harusnya benar-benar ditepati. Jangan sekadar lip services, menyenangkan umat Islam untuk sementara. Israel benar-benar melakukan kemungkaran dan karena itu Amerika harus menunjukkan kemauan dan kemampuannya menghentikan kebrutalan Israel. Apakah Amerika akan melakukannya? Rasanya tidak. Itu sudah terbukti dalam begitu lama dan begitu banyak pergantian presiden di Amerika Serikat.
Kita juga berharap, MUI dan Pemerintah khususnya melakukan tindakan yang lebih nyata untuk terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab di Palestina dan Israil itu. Cukupkah dengan hanya menyampaikan kecaman? Pasti tidak.*** (Catatan M. Rasyid Nur)
15 Apr 2022
Tiga Golongan Orang Berpuasa, Kita Ada Dimana?
BEGITU cepat terasa waktu berlalu. Riuh-rendah dan heboh mengawali Ramadhan yang disebabkan oleh adanya perbedaan keyakinan memulai Ramadhan, kemarin masih terasa. Belum lama. Tapi kini kita sudah berada menjelang pertengah Ramadhan. Jika fase puasa dibagi tiga, sepuluh dan sepuluh hari maka kita sudah memasuki fase sepuluh hari kedua. Oleh hadits dikatakan sebagai fase penuh ampunan (maghfiroh) setelah sebelum disebut fase penuh rahmat.
Menyikapi Ramadhan yang sudah kita jalani, ini ternyata oleh para ulama dan para ustaz disimpulkan ada beberapa kemungkinan golongan orang bersikap. Dalam tulisan berjudul Hikmah Malam : 3 Golongan Manusia di Bulan Ramadhan, Nomor Terakhir Disukai Allah yang diposting di laman hajinews.id disebutkan sekurang-kurangnya terdapat tiga golongan orang dalam kebersamaannya dengan Ramadhan. Dengan mengutip penjelasan Ustaz Muhammad Saiyid Mahadhir dalam bukunya “Bekal Ramadhan dan Idul Fithri (1): Menyambut Ramadhan” dikatakan ada tiga golongan manusia dalam menyikapi bulan Ramadhan.
1. Golongan Zalim;
Golongan zalim di sini adalah orang-orang yang kurang sekali perhatiannya terhadap bulan Ramadhan. Bagi mereka kedatangan Ramadhan dianggap biasa-biasa saja malah dianggap sebagai beban. Kelompok ini menyamakan bulan Ramadhan dengan bulan-bulan yang lainnya. Tak ada istimewanya. Mereka memang berpuasa, tapi hanya sebagian harinya saja, lalu sebagian lainnya mereka tinggalkan bukan karena alasan yang diperbolehkan. Sehingga kewajiban berpuasa tidak dijalankan dengan sempurna.
Bisa jadi mereka berpuasa penuh selama satu bulan, namun hari-hari mereka meninggalkan salat fardhu, banyak tidur. Inilah kezaliman mereka untuk diri masing-masing. Di akhirat kelak nasibnya akan menyedihkan, walaupun kita tetap berharap ampunan dan kasih sayang Allah. Orang-orang seperti ini harus diingatkan dan diajak dengan baik agar menyadari pentingnya beramal saleh di bulan Ramadhan.
2. Golongan Muqtashid;
Golongan ini adalah mereka yang bergembira menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Rasa gembira itu semakin bertambah karena mengetahui setelah itu akan ada libur panjang. Ada kesadaran bergama bahwa di Ramadhan waktunya untuk menghapus dosa dan mengambil banyak pahala untuk bekal di akhirat. Sayangnya, padatnya aktivitas dan kurang mantapnya iman, membuat mereka lalai mengerjakan ibadah-ibadah sunnah. Tetap masih rugi.
Kelompok pertengahan ini terkadang meninggalkan ibadah solat tarawih dan witir ataupun solat rawatib qabliyah dan ba’diyah. Dalam satu hari itu ada rasa malas untuk membaca Al-Qur’an, sehingga target bacaan Al-Qur’an tidak tercapai. Mereka juga full berpuasa, namun ada di antara mereka yang kesehariannya terlalu banyak tidur. Karena amalan-amalan sunnah Ramadhan yang tidak begitu diperhatikan, itulah yang menyebabkan tetap saja masih merugi.
3. Golongan Sabiqun Bil Khairat;
Kelompok ketiga ini disebut dengan istilah orang-orang berprestasi karena memang mereka adalah orang-orang yang berusaha meninggalkan perkara haram dan makruh. Mereka juga meninggalkan sebagian perkara mubah demi kesempurnaan ibadah puasa yang mereka jalankan.
Mereka ini sebenarnya bukan hanya berprestasi di bulan Ramadhan, namun di luar Ramadhan mereka juga orang-orang berprestasi. Kerinduan mereka kepada Ramadhan membuat mereka selalu berdoa sepanjang bulan kepada Allah. Golongan ketiga ini sangat disukai Allah Swat. Golongan inilah sejatinya yang harus kita dapatkan. Caranya tentu saja dengan mendahulukan ibadah tanpa meninggalkan pekerjaan wajib lainnya.
Pertanyaannya, dimanakah kita berada diantara ketiga golongan orang-orang di atas? Kata peribahasa, tepuk dada tanya selera. Kitalah yang tahu persis posisi kita. Jika kita berdoa untuk termasuk golongan ketiga, maka marilah berusaha ke arah itu. Insyaallah bisa, jika berusaha.***
13 Apr 2022
Isteri Solehah Seperti Apa?
SETIAP suami ingin isteri solehah. Belum terdengar --secara terbuka-- suami menginginkan sebaliknya. Hanya dalam realita tidak selalu seperti yang didamba. Harapan tidak selalu sebagaimana impian. Lalu seperti apa isteri solehah itu?
Sebuah tulisan pendek berjudul Hikmah Malam : Gambaran Seorang Istri Shalehah yang Disebutkan Rasulullah Saw yang diposting pada hari Senin (04/04/2022) lalu di laman hajinews.id memberikan gambaran seperti apa pendamping yang didambakan para suami itu. Tidak dapat disangkal kalau istri solehah itu akan memberi andil keberhasilan seorang suami di dunia dan juga dapat menolong kelak di akhirat. Bisa dikatakan bahwa peran istri dan doanya, akan menjadi jembatan emas bagi suami untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Itu mengutip tulisan tersebut.
Satu kisah, saat Umar bin Khattab bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Wahai Rasullullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki? Nabi menjawab, "Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan isteri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (Shahih Ibnu Majah)
Jadi, Nabi dengan jelas menyebut isteri yang mukminah dalam pengertian solehah, itulah sebaik-baiknya perhiasan di dunia. Dalam sebuah hadis yang lain, "Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra, ia berkata, bahwa Rasullullah Saw bersabda : “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang terbaik adalah wanita shalehah.” (HR. Muslim)
Jadi, seorang perempuan yang menjadi isteri haruslah dapat menempatkan dirinya laksana perhiasan yang melekat pada diri pemakainya. Isteri harus selalu menjadi penyejuk, penyedap, pesona dan pemberi semangat hidup pada suaminya. Isteri juga merupakan wakil suami dalam keluarga. Isteri yang solehah akan menjadi andalan pokok oleh suaminya dalam membangun bahtera rumah tangga.
Dalam fungsi dan tanggung jawab itu seorang isteri hendaklah menghormati dan mematuhi suami sebagai Kepala Rumah Tangga. Suami adalah seorang pemimpin dan isteri wajib taat atas kepemimpinan suaminya itu. Kerja sama dengan ketaatan kepada suami seperti itulah yang akan mengantarkan seorang isteri berstatus sebagai isteri solehah. Ketaatan kepada Allah menjadi dasar ketaatan kepada suami.
Bukti ketaatan itu dapat terlihat dalam suasana sehari-hari di rumah tangga. Isteri tidak hanya mematuhi perintah dan arahan suami. Isteri juga memberi ingatan kepada suami tentang hal-hal yang perlu untuk diingatkan. Keberagamaan suami pun menjadi hal penting untuk diingatkan isteri kepada suaminya. Jika suami lalai dalam menjalankan perintah agama, isteri yang solehah hadir untuk mengingatkannya. Keteledoran suami dalam beragama pun menjadi bagian tanggung jawab isteri.
Sebuah hadits yang diriwayatkan Thabrani bermakna begini, "Dari Abdullah bin Salam RA, Rasullullah Saw bersabda, Sebaik-baik istri yaitu yang menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh, menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi,” perlu dan penting menajdi panduan kita (para suami) untuk memahmi bagaimana seorang isteri yang solehah. Dilengkapi dengan firman Allah dalam Surah An-Nisa: 34 yang maknanya, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar,” kita tahu persis seperti seorang isteri yang berstatus isteri solehah.***
12 Apr 2022
Membayar Zakat Fitrah Kapan Sebaiknya?
Menurut MUI melalui Sekjendnya juga, keputusan tersebut didasarkan pada beberapa landasan. Pertama, riwayat dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Abbas RA bertanya kepada Nabi SAW tentang penyegeraan pengeluaran zakat sebelum waktunya lalu beliau SAW mengizinkannya. (HR Ibnu Majah dan Abu Dawud).
Landasan kedua ialah pendapat Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu, mengenai bolehnya membayar zakat fitrah sebelum waktu wajib. Imam Nawawi mengatakan, ulama Mazhab Syafi’i berpendapat, penyegeraan membayar zakat fitrah sebelum waktu wajib adalah boleh.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh mushannif bahwa ada tiga pendapat dan yang benar adalah boleh menyegerakan bayar zakat fitrah mulai dari awal Ramadan dan tidak boleh membayar zakat fitrah sebelum masuk Ramadan. Dengan begitu tidak perlu ada keraguan kita untuk membayar zakat fitrah dan kapan menyalurkannya. Semoga puasa kita sampai ke Allah karena kita tidak melalaikan pembayaran zakat fitrah.***