Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

15 Apr 2022

Tiga Golongan Orang Berpuasa, Kita Ada Dimana?

Tiga Golongan Orang Berpuasa, Kita Ada Dimana?

BEGITU cepat terasa waktu berlalu. Riuh-rendah dan heboh mengawali Ramadhan yang disebabkan oleh adanya perbedaan keyakinan memulai Ramadhan, kemarin masih terasa. Belum lama. Tapi kini kita sudah berada menjelang pertengah Ramadhan. Jika fase puasa dibagi tiga, sepuluh dan sepuluh hari maka kita sudah memasuki fase sepuluh hari kedua. Oleh hadits dikatakan sebagai fase penuh ampunan (maghfiroh) setelah sebelum disebut fase penuh rahmat. 

Menyikapi Ramadhan yang sudah kita jalani, ini ternyata oleh para ulama dan para ustaz disimpulkan ada beberapa kemungkinan golongan orang bersikap. Dalam tulisan berjudul Hikmah Malam : 3 Golongan Manusia di Bulan Ramadhan, Nomor Terakhir Disukai Allah yang diposting di laman hajinews.id disebutkan sekurang-kurangnya terdapat tiga golongan orang dalam kebersamaannya dengan Ramadhan. Dengan mengutip penjelasan Ustaz Muhammad Saiyid Mahadhir dalam bukunya “Bekal Ramadhan dan Idul Fithri (1): Menyambut Ramadhan” dikatakan ada tiga golongan manusia dalam menyikapi bulan Ramadhan.

1. Golongan Zalim;

Golongan zalim di sini adalah orang-orang yang kurang sekali perhatiannya terhadap bulan Ramadhan. Bagi mereka kedatangan Ramadhan dianggap biasa-biasa saja malah dianggap sebagai beban. Kelompok ini menyamakan bulan Ramadhan dengan bulan-bulan yang lainnya. Tak ada istimewanya. Mereka memang berpuasa, tapi hanya sebagian harinya saja, lalu sebagian lainnya mereka tinggalkan bukan karena alasan yang diperbolehkan. Sehingga kewajiban berpuasa tidak dijalankan dengan sempurna.

Bisa jadi mereka berpuasa penuh selama satu bulan, namun hari-hari mereka meninggalkan salat fardhu, banyak tidur. Inilah kezaliman mereka untuk diri masing-masing. Di akhirat kelak nasibnya akan menyedihkan, walaupun kita tetap berharap ampunan dan kasih sayang Allah. Orang-orang seperti ini harus diingatkan dan diajak dengan baik agar menyadari pentingnya beramal saleh di bulan Ramadhan.

2. Golongan Muqtashid;

Golongan ini adalah mereka yang bergembira menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Rasa gembira itu semakin bertambah karena mengetahui setelah itu akan ada libur panjang. Ada kesadaran bergama bahwa di Ramadhan waktunya untuk menghapus dosa dan mengambil banyak pahala untuk bekal di akhirat. Sayangnya, padatnya aktivitas dan kurang mantapnya iman, membuat mereka lalai mengerjakan ibadah-ibadah sunnah. Tetap masih rugi.

Kelompok pertengahan ini terkadang meninggalkan ibadah solat tarawih dan witir ataupun solat rawatib qabliyah dan ba’diyah. Dalam satu hari itu ada rasa malas untuk membaca Al-Qur’an, sehingga target bacaan Al-Qur’an tidak tercapai. Mereka juga full berpuasa, namun ada di antara mereka yang kesehariannya terlalu banyak tidur. Karena amalan-amalan sunnah Ramadhan yang tidak begitu diperhatikan, itulah yang menyebabkan tetap saja masih merugi.

3. Golongan Sabiqun Bil Khairat;

Kelompok ketiga ini disebut dengan istilah orang-orang berprestasi karena memang mereka adalah orang-orang yang berusaha meninggalkan perkara haram dan makruh. Mereka juga meninggalkan sebagian perkara mubah demi kesempurnaan ibadah puasa yang mereka jalankan.

Mereka ini sebenarnya bukan hanya berprestasi di bulan Ramadhan, namun di luar Ramadhan mereka juga orang-orang berprestasi. Kerinduan mereka kepada Ramadhan membuat mereka selalu berdoa sepanjang bulan kepada Allah. Golongan ketiga ini sangat disukai Allah Swat. Golongan inilah sejatinya yang harus kita dapatkan. Caranya tentu saja dengan mendahulukan ibadah tanpa meninggalkan pekerjaan wajib lainnya.

Pertanyaannya, dimanakah kita berada diantara ketiga golongan orang-orang di atas? Kata peribahasa, tepuk dada tanya selera. Kitalah yang tahu persis posisi kita. Jika kita berdoa untuk termasuk golongan ketiga, maka  marilah berusaha ke arah itu. Insyaallah bisa, jika berusaha.***


13 Apr 2022

Isteri Solehah Seperti Apa?

Isteri Solehah Seperti Apa?


SETIAP suami ingin isteri solehah. Belum terdengar --secara terbuka-- suami menginginkan sebaliknya. Hanya dalam realita tidak selalu seperti yang didamba. Harapan tidak selalu sebagaimana impian. Lalu seperti apa isteri solehah itu?

Sebuah tulisan pendek berjudul Hikmah Malam : Gambaran Seorang Istri Shalehah yang Disebutkan Rasulullah Saw yang diposting pada hari Senin (04/04/2022) lalu di laman hajinews.id memberikan gambaran seperti apa pendamping yang didambakan para suami itu. Tidak dapat disangkal kalau istri solehah itu akan memberi andil keberhasilan seorang suami di dunia dan juga dapat menolong kelak di akhirat. Bisa dikatakan bahwa peran istri dan doanya, akan menjadi jembatan emas bagi suami untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Itu mengutip tulisan tersebut.

Satu kisah, saat Umar bin Khattab bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Wahai Rasullullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki? Nabi menjawab, "Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan isteri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (Shahih Ibnu Majah)

Jadi, Nabi dengan jelas menyebut isteri yang mukminah dalam pengertian solehah, itulah sebaik-baiknya perhiasan di dunia. Dalam sebuah hadis yang lain, "Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra, ia berkata, bahwa Rasullullah Saw bersabda : “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang terbaik adalah wanita shalehah.” (HR. Muslim)

Jadi, seorang perempuan yang menjadi isteri haruslah dapat menempatkan dirinya laksana perhiasan yang melekat pada diri pemakainya. Isteri harus selalu menjadi penyejuk, penyedap, pesona dan pemberi semangat hidup pada suaminya. Isteri juga merupakan wakil suami dalam keluarga. Isteri yang solehah akan menjadi andalan pokok oleh suaminya dalam membangun bahtera rumah tangga.

Dalam fungsi dan tanggung jawab itu seorang isteri hendaklah menghormati dan mematuhi suami sebagai Kepala Rumah Tangga. Suami adalah seorang pemimpin dan isteri wajib taat atas kepemimpinan suaminya itu. Kerja sama dengan ketaatan kepada suami seperti itulah yang akan mengantarkan seorang isteri berstatus sebagai isteri solehah. Ketaatan kepada Allah menjadi dasar ketaatan kepada suami.

Bukti ketaatan itu dapat terlihat dalam suasana sehari-hari di rumah tangga. Isteri tidak hanya mematuhi perintah dan arahan suami. Isteri juga memberi ingatan kepada suami tentang hal-hal yang perlu untuk diingatkan. Keberagamaan suami pun menjadi hal penting untuk diingatkan isteri kepada suaminya. Jika suami lalai dalam menjalankan perintah agama, isteri yang solehah hadir untuk mengingatkannya. Keteledoran suami dalam beragama pun menjadi bagian tanggung jawab isteri.

Sebuah hadits yang diriwayatkan Thabrani bermakna begini, "Dari Abdullah bin Salam RA, Rasullullah Saw bersabda, Sebaik-baik istri yaitu yang menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh, menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi,” perlu dan penting menajdi panduan kita (para suami) untuk memahmi bagaimana seorang isteri yang solehah. Dilengkapi dengan firman Allah dalam Surah An-Nisa: 34 yang maknanya, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar,” kita tahu persis seperti seorang isteri yang berstatus isteri solehah.***

12 Apr 2022

Membayar Zakat Fitrah Kapan Sebaiknya?

Membayar Zakat Fitrah Kapan Sebaiknya?


TIDAK terasa kita (muslim) sudah melaksanakan puasa beberapa hari sejak ditetapkannya awal Ramadhan Ahad (03/04/2022) lalu oleh Pemerintah. Tidak juga akan terasa sebentar lagi Ramadhan akan pergi Idul Fitri dan bagi yang terkena kewajiban berzakat (fitrah) akan membayar zakatny. Lalu menyalurkannya kepada mustahik yang sudah ditentukan agama. 
 
Ada beberapa sikap kita dalam menentukan waktu membayar zakat, khususnya zakat fitrah. Di akhir Ramadhan, di tengah atau di awalnya. Lazimnya adalah di akhir Ramadhan, menjelang Idul Fitri tiba. Bahkan dengan alasan mencari sunat ada yang menunaikannya menjelang solat Idul Ftiri. Tentu saja zakat fitrahnya sah. Kebiasaan itu menjadikan kebanyakan umat membayar di akhir-akhir Ramadhan.

Mengikuti keadaan yang ada saat ini dipandang perlu perubahan sikap dan pandangan. Tidak harus selalu dibayarkan kewajiban zakat fitrah itu di akhir Ramadhan. Lagi pula hasil zakat fitrah yang dikelola oleh amil akan disalurkan kepada yang berhak, fakir-miskin. Dan untuk lebih efektif penggunaan oleh para penerima alangkah baiknya disalurkan lebih awal. Artinya para pembayar zakat pun mesti membayar lebih awal.
 
MUI sendiri sebagai lembaga pengayom umat sudah menjelaskan bahwa diperbolehkan membayar zakat lebih awal. Sebagaimana dishare situs hajinews.id hari Selasa (05/04/2022) lalu bahwa untuk membayar zakat fitrah diperbolehkan sejak awal Ramadhan. Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan, menyampaikan pembayaran zakat fitrah di awal Ramadan agar dapat dimanfaatkan secara lebih optimal oleh masyarakat yang memang berhak.
 
Menurut buya, berdasarkan panduan ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1443 H yang diterbitkan MUI, setiap Muslim yang terkena kewajiban zakat boleh menunaikan zakat fitrah dan menyalurkannya sejak awal Ramadan tanpa harus menunggu malam Idul Fitri. Nah, dengan penjelasan itu kita tidak perlu ragu untuk membayar zakat. Dan bagi pengelola pun tidak usah ragu untuk menyalurkannya sejak awal Ramadhan.

Menurut MUI melalui Sekjendnya juga, keputusan tersebut didasarkan pada beberapa landasan. Pertama, riwayat dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Abbas RA bertanya kepada Nabi SAW tentang penyegeraan pengeluaran zakat sebelum waktunya lalu beliau SAW mengizinkannya. (HR Ibnu Majah dan Abu Dawud).

Landasan kedua ialah pendapat Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu, mengenai bolehnya membayar zakat fitrah sebelum waktu wajib. Imam Nawawi mengatakan, ulama Mazhab Syafi’i berpendapat, penyegeraan membayar zakat fitrah sebelum waktu wajib adalah boleh.

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh mushannif bahwa ada tiga pendapat dan yang benar adalah boleh menyegerakan bayar zakat fitrah mulai dari awal Ramadan dan tidak boleh membayar zakat fitrah sebelum masuk Ramadan. Dengan begitu tidak perlu ada keraguan kita untuk membayar zakat fitrah dan kapan menyalurkannya. Semoga puasa kita sampai ke Allah karena kita tidak melalaikan pembayaran zakat fitrah.***

11 Apr 2022

Idul Fitri Semoga Sama Meskipun Awal Ramadhan Kita Berbeda

Idul Fitri Semoga Sama Meskipun Awal Ramadhan Kita Berbeda


TENTANG awal Ramadhan tahun 1443 (2022) sudah kita lalui. Masyarakat muslim Indonesia meyakininya berbeda. Ada dua versi 1 Ramadhan 1443. Organisasi Islam seperti Muhammadiyah mengumumkan kepada anggotanya untuk berpuasa pada hari Sabtu (02/04/2022) sementara Pemerintah Republik Indonesia memutuskan awal Ramadhan itu jatuh pada esok harinya, Ahad (03/04/2022). Maka terjadilah perbedaan awal Ramadhan tahun ini.

Di akhir Ramadhan umat akan memasuki Syawal dan tentu saja Hari Raya Idul Fitri. Akankah akhir Ramadhan alias awal Syawal akan terjadi perbedaan? Tidak mustahil jika melihat awalnya yang berbeda. Namun, MUI (Majelis Ulama Indonesia) sudah memberi pernyataan. Mengutip tulisan yang dimuat hajinews.id hari Senin (04/04/2022) lalu MUI menyatakan Perbedaan awal Ramadhan tidak serta-merta akan membuat akhir Ramadhan juga berbeda. MUI Sebut Hari Raya Idul Fitri 2022 Berpotensi Dilaksanakan Serentak, Meski Awal Ramadan Berbeda. Artinya akan sama.

Penjelasan itu mengeaskan bahwa benar Kementerian Agama dan Muhammadiyah telah mengumumkan tanggal yang berbeda untuk awal menjalankan ibadah puasa Ramadan 1443 Hijriah. Namun perbedaan tersebut tidak akan menjadi dasar Syawal bebeda juga. Bagaimanapu masyarakat cukup khawatir juga. Akankah berbeda lagi, itulah kekhawatiran utama. 

Pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menjelaskan bahwa perbedaan tersebut tidak akan terjadi pada hari Raya Idul Fitri nanti sedikit menyenangkan perasaan. MUI mengatakan bahwa lebaran tahun ini berpotensi akan dirayakan secara serentak. Sebagaimana dikatakan Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan hari Sabtu (02/04/2022) bahwa Idul Fitri berpotensi sama. Untuk itu Amirsyah dikatakan mendorong Pemerintah agar lebih terbuka untuk masalah ini, biar masyarakat tidak merasa cemas. 

Amirsyah berharap perbedaan tidak akan muncul terkait hari lebaran. Terlebih, momen istimewa itu membentangkan pula pertalian antara seluruh lapisan masyarakat. Dan atas perbedaan itu Pemerintah harus lebih arif dan bijaksana mendengar masukan dari berbagai pihak, sehingga tidak ada potensi perbedaan masuk 1 Syawal 1443 nanti. Begitu kurang-lebih yang dapat kita pahami dari beberapa media yang menyiarkan sikap MUI melalui Sekjendnya. 

Kita memang sangat berharap, kebersamaan lebaran adalah momentum yang sangat tepat untuk kelihatan lebih kompak dalam merajut kebersamaan sesama anak bangsa. Kita melakukan ibadah puasa didasarkan niat dan keikhlasan. Artinya tidak akan ada resah atas lamanya berpuasa. Maka janganlah sampai resah di saat akan mengakhiri puasa. Kita tahu perbedaan Idul Fitri adalah potensi dan kerawanan yang dapat menimbulkan keresahan itu. Tapi dengan toleransi dan pemahaman yang benar atas satu perbedaan akan menjadikan kebersamaan dan persatuan tetap terpelihara.

Mengulang penjelasan Amirsyah yang menerangkan ibadah puasa 1 Ramadan sebenarnya berlaku sama bagi umat di seluruh dunia secara syar'i. Namun, penetapan tanggal dapat berbeda karena metodologi yang berbeda pula.  Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada pedoman hisab hakiki wujud al-hilal. Rumusan tersebut menggarisbawahi bulan Ramadan dikatakan dimulai bila memenuhi sejumlah kriteria secara kumulatif. Kriteria tersebut yakni terjadinya ijtima’ (konjungsi) sebelum matahari terbenam. Selain itu, piringan atas bulan terlihat berada di atas ufuk saat matahari terbenam. Amirsyah mengatakan kriteria-kriteria itu telah terpenuhi pada Jumat (1/4/2022) itu. 

Sementara itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan metode hisab Muhammadiyah dalam menentukan Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha hingga waktu-waktu salat ini sudah digunakan sejak lama, yakni sejak organisasi ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. “Jadi dalam kaitan ini sebenarnya bukan praktik baru di Muhammadiyah, karena Muhammadiyah berpendapat penetapan awal Ramadan dan akhir Ramadan serta Idul Adha merupakan satu rangkaian dalam ibadah.” Tentu saja keyakinan ini tidak dapat diubah begitu saja.

Dengan metode seperti dijelaskan di atas berapapun posisi hilal jika memang perhitungan sudah masuk maka dihitung sebagai bulan baru. Hal itu jelas Mu’ti berdasarkan pada firman Allah di beberapa surat, seperti Surat Ar-Rahman maupun Surat Yunus.Maka sedari awal, lanjut dia, Muhammadiyah telah memutuskan waktu-waktu untuk Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha. Itu sebabnya Muhammadiyah selalu mengumumkan hasil hisab itu tiga momen sekaligus.

Informasi lain kita ketahui bahwa Pemerintah saat ini mengadopsi standar baru. Kemenag memakai standar menteri-menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) 2021. Kriteria baru MABIMS menetapkan hilal dapat diamati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Kabarnya, berdasarkan pengamatan pada Jumat (1/4/2022) malam, bulan masih berada dalam posisi ketinggian kurang dari 2 derajat dan elongasinya sekitar 3 derajat.

Kata seorang pakar, “Hilal kemungkinan tidak teramati. Kalau ada yang mengeklaim melihat hilal, dimungkinkan itu bukan hilal. Secara astronomi klaim itu bisa ditolak.,” terang pakar astronomi, Thomas Djamaluddin saat sidang isbat pada Jumat (1/4/2022) sebagaimana dimuat hajinews.id. 

Terlepas dari pengamatan itu, pihak-pihak terkait tak lantas menjadi saling tuding. Sebab perbedaan interpretasi bersifat relatif. Perbedaan itu juga tidak akan mengurangi pahala seseorang. Maka dalam menyikapi perbedaan harus dihindari pendapat satu-satunya yang benar, sementara yang lain salah. Sikap ini tentu akan menimbulkan masalah dan seolah tidak menerima pendapat lain. Begitu keterangan Sekjen MUI.  

Apa yang kita pahami adalah bahwa Al-Qur’an memang memberikan porsi ‘perbedaan pendapat’, porsi ber-ijtihad lebih banyak agar umat Islam kreatif dan dinamis dan dapat bermusyawarah, bersedia untuk berdialog dan saling memahami satu sama lain. Amirsyah turut menyinggung urgensi dalam bidang pendidikan keagamaan. Ia mengusulkan perubahan arah dalam sistem agar masyarakat Indonesia dapat menjadi lebih toleran. Menurutnya, perbedaan tidak seharusnya melahirkan pertentangan dan permusuhan. Sebab, perbedaan merupakan rahmat. 

Apapun keadaannya, kita sebagai masyarakat di bawah hanya ingin ketentraman dan keyakinan yang tidak mendatangkan perpecahan. Bersatu dalam perbedaan yang ada juga satu rahmat yang harus tetap dijaga. Semoga bangsa kita tetap utuh dan keyakinan kita tidak rusak atau saling meragukan.***

9 Apr 2022

Idul Fitri 1443 Tak Harus Berbeda

Idul Fitri 1443 Tak Harus Berbeda


TENTANG awal Ramadhan tahun 1443 (2022) sudah kita lalui. Masyarakat muslim Indonesia meyakininya berbeda. Ada dua versi 1 Ramadhan 1443. Organisasi Islam seperti Muhammadiyah mengumumkan kepada anggotanya untuk berpuasa pada hari Sabtu (02/04/2022) sementara Pemerintah Republik Indonesia memutuskan awal Ramadhan itu jatuh pada esok harinya, Ahad (03/04/2022). Maka terjadilah perbedaan awal Ramadhan tahun ini.

Di akhir Ramadhan umat akan memasuki Syawal dan tentu saja Hari Raya Idul Fitri. Akankah akhir Ramadhan alias awal Syawal akan terjadi perbedaan? Tidak mustahil jika melihat awalnya yang berbeda. Namun, MUI (Majelis Ulama Indonesia) sudah memberi pernyataan. Mengutip tulisan yang dimuat hajinews.id hari Senin (04/04/2022) lalu MUI menyatakan Perbedaan awal Ramadhan tidak serta-merta akan membuat akhir Ramadhan juga berbeda. MUI Sebut Hari Raya Idul Fitri 2022 Berpotensi Dilaksanakan Serentak, Meski Awal Ramadan Berbeda.

Penjelasan itu mengeaskan bahwa Kementrian Agama dan Muhammadiyah telah mengumumkan tanggal yang berbeda untuk awal menjalankan ibadah puasa Ramadan 1443 Hijriah namun perbedaan tersebut tidak akan menjadi dasar Syawal bebeda. Namun demikian tentu saja masyarakat cukup khawatir juga. Akankah berbeda lagi?

Namun, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memastikan perbedaan tersebut tidak akan terjadi pada hari Raya Idul Fitri nanti. MUI mengatakan bahwa lebaran tahun ini berpotensi akan dirayakan secara serentak. Sebagaimana dikatakan SEkretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan hari Sabtu (02/04/2022) bahwa Idul Fitri berpotensi sama. Untuk itu Amirsyah dikatakan mendorong Pemerintah agar lebih terbuka untuk masalah ini, biar masyarakat tidak merasa cemas.

Amirsyah berharap perbedaan tidak akan muncul terkait hari lebaran. Terlebih, momen istimewa itu membentangkan pula pertalian antara seluruh lapisan masyarakat. Dan atas perbedaan itu Pemerintah harus lebih arif dan bijaksana mendengar masukan dari berbagai pihak, sehingga tidak ada potensi perbedaan masuk 1 Syawal 1443 H. Begitu kurang-lebih yang dapat kita pahami dari beberapa media yang menyiarkan sikap MUI melalui Sekjendnya.

Kita memang sangat berharap, kebersamaan lebaran adalah momentum yang sangat tepat untuk kelihatan lebih kompak dalam merajut kebersamaan sesama anak bangsa. Kita melakukan ibadah puasa didasarkan niat dan keikhlasan. Artinya tidak akan ada resah atas lamanya berpuasa. Maka janganlah sampai resah di saat akan mengakhiri puasa. Kita tahu perbedaan Idul Fitri adalah potensi dan kerawanan yang dapat menimbulkan keresahan itu. Tapi dengan toleransi dan pemahaman yang benar atas satu perbedaan akan menjadikan kebersamaan dan persatuan tetap terpelihara. Semoga.***

24 Mar 2022

Hati-hati, Amal akan Tergerogoti

Hati-hati, Amal akan Tergerogoti


KOSA kata 'amal' sudah menjadi bahasa Indonesia meskipun aslinya dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab dibaca (berasal dari kata) 'amala' yang berarti bekerja atau berbuat atau mengamalkan. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata amal diartikan antara lain 'perbuatan' baik atau buruk; perbuatan baik yang mendatangkan pahala (dalam Islam); yang dilakukan dengan tujuan untuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia. Itulah tiga makna yang dikandungnya. Kata amal sering dipasangkan dengan ibadah sehingga menjadi 'amal-ibadah'.

Mengutip tulisan berjudul Hikmah Pagi : 6 Perkara yang Dapat Menggerogoti Amal Kebaikan yang dimuat di laman hajinews.id hari Senin (21/03/2022) kemarin dikatakan bahwa amal merupakan perwujudan dari sesuatu yang menjadi harapan jiwa. Bentuknya bisa berbagai rupa, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun getaran hati. Nilai suatu amal didasarkan pada niat si pelaku. Ini sesuai keyakinan dan ketentuan dari Allah Swt. Baik amal jariah, amal ibadah, dan amal saleh sepenuhnya akan berkaitan dengan niat itu sendiri. Sabda Nabi, sesungguhnya setiap amal alan ditentukan oleh niat.

Dari tiga jenis amal di atas, amal jariah memiliki spesifikasi tetentu dalam harapan kita kepada Allah. Hal itu karena amal jariah yang berarti “perbuatan yang berkelanjutan” kita pahami sebagai amal yang pahalanya berkelanjutan alias terus-menerus ada meskipun orang yang beramalnya sudah tidak ada. Bentuk lain yang sama dengan amal jariah adalah wakaf. Kata wakap sendiri yang berasal dari kata waqafa mengandung arti “menghentikan, mengekang, atau menahan” karena benda yang jadi objeknya yang ditujukan bagi kemaslahatan umum dan agama, itu seolah tertahan keberadaannya dan pahalanya terus ada.

Pahala amal jariah tidak akan terputus walaupun pemberinya sudah meninggal dunia, selama benda yang diamalkan tersebut masih memberikan manfaat bagi kepentingan umum alias seolah masih tertahan dalam posisi semula. Tentang ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, “Bila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga (hal): sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim).

Kata 'jariah' berasal dari kata 'jara' yang artinya mengalir, tidak putus-putusnya. Maka, amal jariah agar manfaatnya berlangsung abadi, harus dikelola dengan baik. Dan pengelola amal jariah adalah badan wakaf yang menjadikan wakaf itu tetap bertahan dalam posisinya yang bermanfaat. Namun demikian ada hal penting yang perlu diperhatikan agar pahala amal seperti itu tidak hilang atau terputus. Menyitir sindonews.com oleh hajinews.id dan dengan mengutip penjelasan Pimpinan Ponpes As-Shidqu Kuningan, Jawa Barat, Al-Habib Quraisy Baharun, dia menjelaskan ada 6 perkara yang harus dijauhi demi menjaga kemurnian amalan dan tidak tergerogoti pahalnya. Keeam perkara tersebut adalah,

1. Al Istighlal bi’uyubil kholqi;

Artinya sibuk dengan aib orang lain, sehingga lupa pada aib sendiri. Dalam peribaha kita mengenal kalimat, Semut di seberang kelihatan sedangkan gajah di pelupuk mata tidak kelihatan. Ini malapetaka pertama yang akan merusak nila-nilai pahala.

2. Qaswatul Qulub;

Artinya hati yang keras. Kerasnya hati terkadang lebih keras dari pada batu karang. Sulit menerima nasihat. Kerasnya besi masih bisa dilembutkan dengan dibakar. Tapi kerasnya batu dia akan bertahan hingga pecah. Jauhilah keras hati.

3. Hubbud-Dunya;

Maksudnya cinta dunia. Merasa hidupnya hanya di dunia saja. Segala aktivitasnya tertuju pada kenikmatan dunia, sehingga lupa akan hari esok di akhirat. Padahal hidup akhirat lebih kekal dan akan tetap kita alami. Janganlah berlebih mencintai dunia karena akan merusak pahala kita.

4. Qillatul Haya';

Artinya sedikit rasa malunya. Apabila seseorang telah kehilangan rasa malu maka akan melakukan apa saja tanpa takut dosa. Lihatlah seekor hewan yang memang tidak diberi rasa malu. Hewan akan lakukan apa saja. Manusia sesungguhnya sudah diberi rasa malu. Maka janganlah dihilangkan perasaan malu pada diri kita.

5. Thulul Amal;

Artinya panjang angan-angan. Merasa hidupnya masih lama di dunia ini, sehingga ia enggan untuk taubat. Kalimat aku ingin hidup seribu tahun lagi, itu dipahami sebagai kehidupan yang lama di dunia dan digunakan untuk mengingkari Allah. Nauzubillah.

6. Dzhulmun la Yantahi;

Artinya kezaliman yang tak pernah berhenti. Perbuatan maksiat itu biasanya membuat kecanduan bagi pelakunya. Jika tidak segera taubat dan berhenti, maka sulit untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut lagi. Hendaklah diwaspadai ini.

Keenam sifat itu dapat saja menghinggapi semua orang selama orang itu tidak menyadari bahwa itu semua adalah tipuan syaitan. Hendaklah kita jauhi dan tidak sampai menggerogoti pahala amalan kita.***

18 Mar 2022

Yasinan di Malam Nisfu Sua'ban

Yasinan di Malam Nisfu Sua'ban


BAHWA bulan Sya'ban adalah salah satu bulan yang mulia selain bulan Ramadhan pasti sudah kita (muslim) pahami. Bahwa dianjurkan banyak beramal-ibadah pada bulan Sya'ban sebagaimana Nabi Muhammad melaksanakannya juga sudah sama-sama diketahui. Dan salah satu waktu yang diyakini memiliki kekhususan dalam bulan bulan Sya'ban adalah pada malam ke-15 atau setengah dari bulan yang mulia ini. Kita sebut dengan nisfu Sya'ban. Sudahkah kita melaksanakannya untuk bulan Sya'ban tahun 1443 (2022) ini? Itulah pertanyaannya.

Di Masjid Al-Ubudiyah, Wonosari, Kecamatan Meral kegiatan Nisfu Sya'ban dilakukan dengan sederhana saja. Selepas solat magrib di hari Kamis (17/03/2022) itu lalu ada solat sunat Nisfu Sya'ban. Tidak semua jamaah magrib itu ikut melaksanakannya. Mungkin meragukan solat dua rakaat sebelum doa magrib yang dibawakan Pak Imam itu.

Lalu acara berikutnya adalah yasinan. Membaca surah Yasin dengan doa-doa yang disampaikan untuk melengkapi bacan surah Yasin. Pembacaan surah Yasin secara bersama yang diikuti oleh belasan orang jamaah magrib itu berlansgung antara magrib menjelang isya. Dipandu oleh seorang jamaah, Mas Arifin pembacaan surah Yasin dilakukan sebanyak tiga kali. Harapannya, sebagaimana disampaikan oleh pemandu yasinan adalah meminta kepada Allah untuk kesehatan dan kekuatan sehingga Allah kabulkan untuk sampai ke bulan Ramadhan. Harapan lainnya, beroleh rezeki yang cukup dan berkah serta berharap kirianya Allah mematikan dalam keadaan Islam.

Yasinan di malam nisfu Sya'ban bukanlah tradisi berlebihan. Jika Nabi mencontohkan pemuliaan Sya'ban dengan begitu instens beramal, termasuk melaksanakan puasa bagaikan puasa di Bulan Ramadhan, sejatinya kita sebagai umatnya juga membuktikan pemuliaan Sya'ban ini dengan melaksanakan amal-ibadah yang disukai Allah. Dan membaca ayat-ayat Allah, khususnya dengan memilih surah-surah yang disebutkan sebagai surah utama di dalam alquran tiada lain tujuannya adalah untuk mendapatkan berkah dan maghfirah dari Allah. Keyakinan akan dikirimnya buku catatan amalan kepada Allah di malam ke-15 kiranya tidak menimbulkan sesalan kita karena lalainya kita memanfaatkan kemuliaan Sya'ban.***

15 Mar 2022

Alhamdulillah Merapatkan Saf Solat Sudah Bisa

Alhamdulillah Merapatkan Saf Solat Sudah Bisa


SEBUAH berita berjudul "[BREAKING NEWS] Ketua Bidang Fatwa MUI Serukan Saf Salat Jemaah Kembali Dirapatkan," yang diposting di laman  https://www.repelita.com/breaking-news... pada hari Rabu (09/03/2022) lalu memberikan berita gembira kepada kita (muslim) dalam melaksanakan solat berjamaah. Saf sudah bisa dinormalkan. Dirapatkan.

Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh, dia meminta masyarakat muslim yang melaksanakan solat berjamaah agar saf kembali dirapatkan sebagaimana seharusnya. Katanya, merapatkan kembali saf salat berjamaah dapat dilakukan karena trend kasus Covid-19 mulai menurun saat ini. Berita gembira bagi kita, tentunya.

Sudah kita ketahui, sudah sangat lama kita tidak boleh merapatkan saf dalam solat berjamaah dalam usaha ikhtiar mengurangi atau menghapus kemungkinan penyebaran covid-19 dalam kontak langsung saat melaksanakan solat berjamaah. Selama covid meraja-lela kita pun berperang melawannya yang salah satu strateginya menjaga jarak. Berusaha agar tidak menular ke kita atau kita tidak menularkan ke orang lain. Sudah ditetapkan, salah satu protokolnya adalah menjaga jarak antara satu oang dengan lainnya. Itulah sebabnya saf salat selama ini tidak dirapatkan. Ini benar-benar ikhtiar dan agama membolehkan.

Kini covid semakin sedikit. Begitu info kita pahami. MUI melalui Ketua Bidang Fatwa, Asrorun Niam Soleh memberikan arahan agar kita kembali salat berjamaah sesuai aturan salat berjamaah. Pak Niam di awal keterangannya menyinggung tentang Surat Edaran (SE) Kemenhub Nomor 25 Tahun 2022 tentang Aturan Kapasitas Penumpang Transportasi Umum. Seperti diketahui, merujuk SE Kemenhub 25/2022 itu tempat duduk penumpang di KRL sudah tidak lagi diberi jarak. Sudah dibolehkan duduk berdekatan.

Beranalogi kepada SE itu artinya menjaga jarak tidak lagi diharuskan asal tetap berusaha menjaga kesehatan. Misalnya tetap menggunakan masker. Kalau begitu artinya dalam salat kita dapat kembali merapatkan saf salat tapi kita tetap dianjurkan menggunakan masker. Tidak masalah menggunakan masker. Inti merapatkan saf dalam salat berjamaah dapat diterapkan.

Pernyataan Niam dalam postingan itu, “Fatwa tentang kebolehan perenggangan saf ketika salat itu merupakan rukhshah atau dispensasi, karena ada udzur mencegah penularan wabah,” adalah untuk mengingatkan kita bahwa menjarakkan saf dalam salat sebagaimana difatwakan MUI, itu sesungguhnya memang ada rujukannya. Sebagai muslim, kita tidak semata-mata menjarakkan satu dengan lainnya dalam salat, tapi dengan maksud agar penularan covid dapat dihindari. Karena itulah dikeluarkannya fatwa menjaga jarak oleh MUI, waktu itu.

Kini, dengan melandainya kasus serta adanya pelonggaran aktivitas sosial, termasuk aturan jaga jarak di dalam aktivitas publik, maka udzur yang menjadi dasar adanya dispensasi sudah hilang. Tidak diperlukan lagi fatwa menjaga jarak itu untuk diterapkan. Kembali ke aturan salat biasa. Inilah berita gembira bagi kita. Namun tentu tetap harus diingatkan untuk waspada dan tetap menjaga kesehatan.

Hal utama dalam makna (filosofi) salat berjamaah sebagai menjaga persatuan dan kekompakan dapat dirasakan. Inilah hal penting, mengapa kita menyambut baik arahan MUI agar kita kembali melaksanakan salat berjamaah dengan aturan standarnya. Semoga kita tetap kuat dan bersatu dalam kekuatan dan persatuan bingkai negara kita, Indonesia.***

9 Mar 2022

Menjelang Ramadhan, Hati-hati Godaan Syetan

Menjelang Ramadhan, Hati-hati Godaan Syetan


MENJELANG Ramadhan tiba, kurang dari satu bulan lagi, kita akan selalu memperbanyak amal-ibadah kita yang bersinggungan dengan iman, akhlak dan hal-hal berkaitan dengan hati serta jiwa. Secara pisik (badan) kita pasti akan berusaha untuk sehat dan kuat menghadapi puasa nanati. Kesehatan pisik memang diperlukan untuk memastikan kemampuan (kesehatan) berpuasa kita. Tapi secara mental psychis inilah persiapan yang cukup berat sebenarnya.

Tentu saja ada banyak godaan yang akan menghalangi keinginan kita dalam beribadah. Perasaan malas, kurang bersemangat, terlalu sibuk dengan pekerjaan duniawi dan lain sebagainya adalah beberapa contoh godaan non pisik yang dapat menghalangi aktivitas amal-ibadah. Dan harus kita ingat, satu makhluk Allah yang diciptakan-Nya justeru akan menjadi penghalang berat kepada kita dalam melaksanakan amal-ibadah. Itulah syetan dan iblis.

Sangat banyak peringatan Allah kepada hamba-Nya tentang syetan sebagai musuh manusia di hadapan Allah. Banyak ayat menegaskan tentang syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Sebagaimana banyak ditulis dan diulas para ulama bahwa syetan, itu merupakan makhluk ciptaan Allah yang memang ditugaskan-Nya untuk menggoda manusia agar terbawa melawan Allah. Dikatakan dalam kitab suci kalau syetan, itu selalu memiliki banyak cara untuk menggoda kita, manusia.


Bahwa syetan adalah musuh terbesar bagi umat manusia, itu sudah nyata dan terang bagi kita yang beriman seperti yang ditegaskan Allah. Oleh karena itu maka syetan pun akan masuk ke dalam hati setiap kita, manusia. Dan makhluk ini tidak hanya masuk ke hati orang mukmin tapi juga kepada orang kafir sekalipun. Dikatakan dalam kitab suci kalau seytan itu akan terus melakukan upaya untuk membawa hasutan, keburukan, dan kejahatan ke dalam diri manusia, dan akan berusaha menjerumuskannya agar masuk kedalam api neraka. Ini sudah sumpah dari syetan.

Kisah Nabi Adam (manusia pertama yang diciptakan Allah) dan Bunda Siti Hawa adalah kisah yang membuktikan betapa godaan syetan itu memang ada. Sebagaimana sudah sama-sama kita ketahui, bagaimana Nabi Adam dan isterinya Siti Hawa akhirnya diusir dari syurga karena termakan hasutan dan godan syetan. Sudah ada larangan untuk tidak memakan buah khuldi, nyatanya syetan mampu menggoda Adam dan Hawa untuk melanggar larangan itu. Itulah kisah awal bagaimana syetan menggoda manusia.

Mengutip firman Allah pada surah Al-Baqoroh ayat 36 yang maknanya, “Syetan akan memukul dan menyerang manusia dari segala arah, sehingga manusia tak berdaya dan menjadi kufur kepada Allah,” atau ayat lainnya, misalnya pada surah Al-A'raf ayat 17 yang maknanya, ”Kemudian saya (syetan atau iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur atau taat,” maka keyakinan kita tidak rusak sedikitpun perihal keberadaan syetan sebagai penggoda manusia.

Oleh karena itu, guru-guru kita, para ulama dan para cerdik-pandai dalam agama memberikan peringatan kepada kita agar berhati-hati dengan godaan syeten. Perlu kita pahami ada banyak tempat dan cara syetan menggoda kita agar terbawa cara mereka. Dikutip dari laman hajinews.id yang melansir dari rumaysho, ada empat pintu utama syetan untuk menggoda kita, yaitu, 

1. Banyak Memandang Lawan Jenis;

Ternyata syetan menjadi pandangan atau cara memandang sebagai salah satu pintu masuk untuk menggoda manusia. Syetan akan menggoda manusia dengan aneka cara yang salah satunya dari pandangan. Terkhusus memandang lawan jenis. Seorang laki-laki memandang perempuan atau sebaliknya. Dari sini terbuka kemungkinan timbulnya nafsu dan dari nafsu yang tidak terkendali itulah lahirnya dosa.

Satu hal yang diperintahkan Allah kepada manusia agar terpelihara dari pandangan yang salah adalah dengan cara berjalan menunduk. Kita baca firman Allah pada surah An-Nur ayat 30 yang maknanya, ”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya.” Atau pada surah yang sama ayat berikutnya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya.” Itu membuktikan Allah sudah mewanti-wanti kita agar terjaga pandangan yang mengarah kepada munculnya nafsu.

2. Terlalu Banyak Bicara;

Satu hal yang penting diingat bahwa ternyata syetan menggunakan kata-kata manis untuk menipu manusia. Kadang manusia akan lebih banyak berbicara, dan ucapannya terkadang akan banyak membicarakan orang lain. Di sinilah masuknya strategi syetan agar kita terjerumus ke dalam perangkap dia.

Oleh karena itu perlu kita menjaga bicara kita. Menjaga bicara atau ucapan adalah hal yang dianjurkan oleh agama, karena perkataan adalah alat yang paling kejam dalam menyakiti hati orang lain. Kata peribahasa orang tua-tua, luka oleh senjata bisa diobati, tapi luka oleh lidah tidak sembuh selamanya. Ingat, salah berbicara dapat menimbulkan fitnah, seperti membicarakan orang lain baik dalam kebaikkannya atau pun kejelekannya. Maka janganlah suka terlalu banyak berbicara jika itu tidak ada gunanya.

3. Banyak Makan (Rakus); 

Allah lengkapi diri kita dengan hawa nafsu, pada hakikatnya berguna untuk kepentingan kita. Bukan hanya nafsu syhwat tapi nafsu lainnya termasuk nafsu makan, itu penting bagi manusia. Sebagai umat muslim, menjaga hawa nafsu itu ternyata juga penting karena akan menyadarkan kita kepada Sang Kholiq yang memberi nafsu. Dan dengan itu kita akan menggunakan nafsu dengan sebaik-baiknya.
 

Kekeliruan menggunakan nafsu, khususnya dalam nafsu makan ternyata sangat buruk efeknya kepada kita. Banyak makan atau menjadi rakus ternyata itu merupakan sifat syetan. Umat Islam dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw untuk makan secukupnya saja. Kata Nabi dalam salah satu hadits, “Makanlah jika kamu lapar dan berhentilah sebelum kamu kenyang”. Artinya jangan berlebih-lebihan.

4. Terlalu Banyak Bergaul (Tak Terbatas);

Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain dalam segala urusannya. Termasuk kebutuhan bergaul. Hanya saja, bergaul merupakan salah satu jalan syetan menjerumuskan manusia. Tentu saja jika pergaulannya tidak terkontrol atau tidak terbatas. Disebut juga dengan pergaulan bebas.

Pergaulan yang tak terbatas (tak ikut aturan) akan cenderung berbuat maksiat. Dari informasi pergaulan, didapatkan info tentang perjudian, pencurian dan lainya. Itulah jalan yang akan dipakai syetan untuk menjerumuskan manusia.
 

Tentu masih ada cara dan tempat tertentu lainnya yang akan dipakai syetan sebagai jalan menjerumuskan manusia. Maka, waspadalah hendaknya kita. Khusus menyambut Ramadhan yang akan bersama kita, marilah kita jaga betul diri kita untuk tidak sampai tergoda oleh syetan Semoga Allah senantiasa melindungi kita dan keluarga serta sahabat-sahabat kita.***

8 Mar 2022

Mari Bersalawat dengan Pahala Berlipat-lipat

Mari Bersalawat dengan Pahala Berlipat-lipat


SATU artikel pendek berjudul Inilah Shalawat yang Membuat Malaikat Kerepotan Mencatat Pahalanya diposting di laman hejinews.id pada Kamis (03/03/2022) lalu mengingatkan kita betapa amalan ringan seumpama membaca salawat nabi, itu sangatlah besar pahalanya. Bersama bulan Syakban yang sudah kita masuki sejak beberapa hari lalu layak tulisan itu kita ulang baca dan kita pahami pesannya. Selanjutnya kita amalkan sebagai bagian persiapan kita menghadapi Ramadhan tahun ini.

Kita tahu bahwa seorang muslim memang dianjurkan untuk memperbanyak salawat kepada Nabi Muhammad Saw karena fadhilahnya yang sangat hebat. Dalam hadits sudah disebutkan, jika seseorang bersalawat satu kali saja maka Allah akan bersalawat untuknya 10 kali. Nah, lho betapa besar keuntungan bagi kita jika dengan tulus kita bersalawat kepada Nabi. 

Ternyata dari banyak lafaz salawat yang diajarkan Nabi, ada satu salawat yang pahalanya sangat besar. Dikatakan, tidak terbatas jumlahnya. Bahkan para Malaikat saja sampai kerepotan mencatat pahala salawat ini. Dikutip dari catatan singkat di atas, disebutkan bahwa Abul Hasan al-Bakri, Abu ‘Umarah bin Zaid al-Madini dan Muhammad bin Ishaq al-Mathlabi meriwayatkan begini,  "Suatu hari ketika Nabi Saw berada di masjid, seorang lelaki yang menutup wajahnya datang menemui beliau. Lelaki itu membuka kain penutup wajahnya dan berkata dengan fasih: Salam sejahtera untukmu duhai manusia yang memiliki kemuliaan yang menjulang tinggi dan tak tertandingi.” ⁣Ini makna salawat dalam Bahasa Indonesianya. 


Nabi kemudian mendudukkan lelaki tersebut di antara beliau dan Sayyidina Abu Bakar. ⁣Abu Bakar memandangi lelaki itu kemudian berkata kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, mengapa engkau mendudukkannya di antara aku dan engkau, sedangkan aku mengetahui bahwa di muka bumi ini tidak ada seseorang yang engkau cintai melebihi diriku?” ⁣

Rasulullah kemudian bersabda: “Wahai Abu Bakar, Jibril memberitahuku bahwa lelaki ini suka bersaalawat kepadaku dengan sebuah salawat yang belum pernah dibaca oleh siapapun sebelumnya.” ⁣ Lalu Sayyidina Abu Bakar pun lantas berkata: “Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku salawat yang ia baca agar aku dapat bersalawat kepadamu dengannya.” ⁣Lalu Rasulullah menyebutkan salawat dimaksud sebagai berikut, 

Allohumma sholli ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala aali Sayyidina Muhammadin fil awwaliina wal aakhirin, wa fil mala-il a’la ila yaumiddiin.⁣

Lalu Abu Bakar bertanya: “Ya Rasulullah, apakah balasan yang akan diperoleh seseorang yang membaca saalawat ini?” ⁣Rasulullah menjawab: “Wahai Abu Bakar, engkau telah menanyakan sesuatu yang aku tidak mampu menghitungnya. Seandainya lautan menjadi tinta, pepohonan menjadi pena dan para malaikat menjadi juru tulis, maka lautan akan kering, pepohonan akan habis sedangkan para Malaikat belum selesai mencatat pahala shalawat ini.” ⁣

Sesungguhnya bersalawat kepada nabi, dalam bacaan seperti apapun selala itu bermakna memuji Nabi Muhammad, maka kita sudah tercatat sebagai umat yang menerima syafaat Nabi dari salawat yang sudah kita bacakan. Maka, marilah kita bersalawat, terkhusus bersempena menjalani hidup di bulan mulia, Syakban ini. Memperbanyak salawat pada bulan ini juga menjadi salah satu kesempatan terbaik bagi kita untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Semoga.***

7 Mar 2022

Laporan Peringatan Israk-Mikraj Kampung Wonosari

Laporan Peringatan Israk-Mikraj Kampung Wonosari


BERTEMPAT di ruang aula --saat ini aula menjadi ruang solat sementara-- Masjid Al-Ubudiyah, Wonosri, Meral, Jumat (04/03/2022) malam dilaksanakan peringatan Israk Mikraj (IM) Nabi Besar Muhammad Saw. Kegiatan dilaksanakan oleh pengurus Masjid Al-Ubudiyah bersama masyarakat RW 007 Wonosari, Baran Barat, Kecamatan Meral. Diundang sebagai penceramah Buya Syarifuddin Al-Makky, pimpinan Pondok Pesantren Syawarikul Anwar, Kabupaten Karimun.

Bakda Isya, masyarakat Wonosari sudah berkumpul di ruang kegiatan. Sebelum acara pokok dimulai panitia menghidangkan hiburan solawat nabi dengan mengundang Grup Nasyid Syawarikul Anwar yang juga dipimpin oleh Buya Syarifuddin Al-Makky. Pak Syarifuddin sendiri ikut membawakan nasyid solawat di awal akan dimulainya tausiah yang akan dia sampaikan.

Prosesi acara diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci alquran yang dibawakan oleh salah seorang santri Pondok Pesantren Syawarikul Anwar. Dengan membawakan ayat-ayat pada surah Al-Isra santri ini membuat suasana ruangan yang didominasi oleh anak-anak, itu terasa khidmat. Lebih tenang berbanding sebelum pembacaan alquran.

Acara kedua, Pidato Sambutan oleh Ketua Pengurus Masjid Al-Ubudiyah, H. Suaprdi. Dalam pidatonya dia mengajak masyarakat, khususnya jamaah yang hadir pada malam itu untuk mengikuti acara peringatan IM dengan baik. "Meskipun peringatan ini sedikit terlambat, tetaplah ini penting bagi kita sebagai umat Islam," katanya mengingatkan. Pak Pardi, begitu dia dipanggil mengajak seluruh hadirin untuk menyimak apa-apa yang akan disampaikan oleh Buya Syarifuddin dalam tausiah nanti. "Mari kita simak ceramah buya kita," pintanya.

Acara selanjutnya adalah tausiah agama yang disampaikan oleh Buya Syarifuddin Al-Makky. Sebelum memulai pidato, dia mengawali dengan solawat nabi yang diiringi oleh musik dari grup Syawarikul Anwar. Cukup panjang bacaan solawat yang dibawakan oleh Buya bersama anggota grup nasyid pimpinannya sebelum menyampaikan materi tausiah. Setelah itu barulah dia memulai pidato ceramahnya. 

Ada banyak pesan yang disampaikannya berkaitan dengan peristiwa IM, khususnya berkaitan dengan perintah solat sebagai salah satu misi peristiwa IM. Tentang pentingnya solat yang langsung dijemput Nabi ke hadapan Allah, tentang pentingnya solat sebagai syarat keselamatan umat di hadapan Allah dan hal-hal lain, itulah materi ceramahnya. Hadirin cukup antusias menyimak isi ceramahnya. Hingga pukul 22.25 barulah selesai ceramahnya dengan ditutup dengan doa oleh buya langsung.***

4 Mar 2022

Selamat Datang Bulan Sya'ban, akan Datang Bulan Ramadhan

Selamat Datang Bulan Sya'ban, akan Datang Bulan Ramadhan


TERNYATA Kamis (03/03/2022), malam Jumat semalam sudah masuk bulan Sy'ban. Di media diberitakan demikian. Pada laman hajinews.id edisi Kamis (03/03/2022) kemarin, dalam judul berita "Alhamdulillah! Selamat Datang Sya'ban 1443 H, Pintu Gerbang Menuju Ramadhan 2022", misalnya adalah salah satu media yang memberitakan begitu. Alhamdulillah, tentunya kita sudah masuk ke pembuka --hari pertama-- Sya'ban yang notabene adalah pembuka Ramadhan. Mari kita sambut dan kita ucapkan,  'Selamat Datang Bulan Syaban 1443' sebagai salah sati Bulan Mulia dalam agama kita.

Hal utama yang perlu menjadi sikap kita (muslim) tentu saja menyiapkan diri menyambut bulan suci Ramadan 1443 H yang insyaallah akan hadir sebulan ke depan. Kita tidak mempermasalahkan tanggal berapa --di bulan April nanti-- jatuhnya awal Ramadhan 1443. Apakah nanti pada 2 April sebagaimana sudah diumumkan oleh Muhammadiyah atau akan jatuh pada 3 April sebagaimana dikatakan di hajinews.id itu biarlah menjadi urusan Pemerintah sebagai pemegang otoritas yang diberi kuasa oleh rakyat. Kita akan patuh dan taat saja. Kita dengar dan kita lakukan. Itulah sikap damai kita.

Apapun dan bagaimanapun, bulan Sya'ban adalah saat terbaik bagi kita untuk berbenah dan berdoa sebelum memasuki bulan suci Ramadan, tentunya. Sebagaimana kita pahamai dalam satu hadits Rasulullah Saw mengatakan (yang maknanya) “Sesungguhnya Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadan adalah bulan umatku.” Dan dalam beberapa riwayat lain dijelaskan juga bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan akan diangkatnya amal-ibadah kita ke langit. Sedih jika momen terbaik ini kita sia-siakan.

Untuk penguat dan pemotivasi diri kita atas kehadiran bulan Sya'ban mari kita kutip lagi salah satu pemahaman pesan Nabi dalam salah satu hadits yang meknanya begini, “Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam keadaan berpuasa.” Hadits yang diriwayatkan An-Nasa’i dan Imam Ahmad. Artinya, selain penting bagi kita bulan Sya'ban sebagai bulan yang amal-ibadah kita dinaikkan juga penting diingat sinyalemen Rasulullah yang menyebut kebanyakan umat lalai dengan ini. Artinya, sinyalemen ini kiranya tidak kita yang dimaksudkannya.

Seperti dikutip dari hajinews.id bahwa Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani mengatakan dalam risalahnya: “Barangsiapa membiasakan diri beribadah di bulan Syaban dengan bersungguh-sungguh, maka ia akan memperoleh kemenangan dalam bulan Ramadan dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan baik“. Sungguh beruntung jika kita benar-benar menjadikan bulan Sya'ban sebagai langkah awal persiapan Ramadhan ke depan untuk mengaktifkan dan mengefektifkan amal-ibadah kita. 

Beberapa amalan yang dianjurkan oleh Nabi sebagaimana disebutkan dalam haditsnya adalah memperbanyak solawat selain berpuasa. Nabi sendiri dalam hadits mengatakan bahwa salah satu bulan yang belyau lebih banyak berpuasanya adalah di bulan Sya'ban. Dikatakan, bahkan Nabi bisa berpuasa satu bulan penuh di bulan ini. Dan tentang bersolawat, karena para ulama sudah menjelaskan ke kita kalau turunnya ayat yang memerintahkan bersolawat --al-ahzab:56-- itu diturunkan Allah pada bulan ini. Di ayat itu jelas Allah katakan kalau Allah dan malaikat saja bersolawat kepada Nabi Muhammad. Bagaimana dengan kita? Tentu juga sebaiknya bersolawat dengan harapan nanti di yaumil akhir akan ada syafaat dari setiap ucapan solawat yang kita lantunkan.

Mari kita jadikan Sya'ban sebagai pintu gerbang Ramadhan sebagai bulan yang nanti akan kita dapatkan ampunan. Malam nisfu sya'ban yang juga menajdi salah satu keistimewaan bulan Sya'ban mari pula kita songsong dengan penuh gairah. Beribadah semata karena Allah.

28 Feb 2022

Peringatan Israk Mikraj 1443 Masih Bersama Covid-19

Peringatan Israk Mikraj 1443 Masih Bersama Covid-19




COVID-19 belum juga pergi dari negeri ini. Tiga tahun bersama, segala usaha dicoba Negara dan masyarakat kita agar virus itu sirna ternyata belum juga bisa. Berkurang ada, tapi terkadang kembali bertambah jumlahnya. Meskipun begitu segala aktivitas kehidupan tetaplah sebagaimana mestinya. Sebagai umat beragama, segala-galanya akhirnya kita kembalikan juga kepada-Nya. Mungkin ini musibah, azab-Nya atau sekadar memperingatkan kita bangsa dengan kebanggaan Pancasila . 

Dalam situasi covid masih menghimpit peringatan Israk-Mikraj 1443 yang di kalender jatuh pada Senin (28/02/2022) ini tidak termasuk hari terjepit. Senin adalah awal pekan yang lazimnya kita memulai pekerjaan di sekolah atau di kantor. Tapi hari ini kita libur. Libur Nasional. Kita libur untuk kesempatan melaksanakan peringatan berkaitan keimanan. Israk-Mikraj. Kisah Israk-Mikraj adalah kisah iman yang kokoh dan subur. Hanya iman yang melekat yang akan lekat keyakinan juga seumpama amanat. Memperingati Israk-Mikraj di era covid begini semakin perlu keteguhan keimanan.

Bahwa Peringatan Israk-Mikraj sudah menjadi peringatan utama bagi kita (muslim) Indonesia pun sudah sama-sama dimaklumi dan diyakini. Satu hal penting bagi kita bahwa pada kejadian dan peringatan Israk-Mikraj ini ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil. Tentu saja disesuaikan juga dengan kondisi terkini, termasuk pandemi Covid-19 yang hingga hari ini masih bersama kita. Kita harus memperingatinya bersama covid yang masih terus mengintip. 

Analogi berbagai cobaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw sebelum peristiwa Isra Mikraj, yang merupakan ujian untuk meningkatkan keimanan dapat pula kita kenang dan aplikasikan saat ini. Artinya covid ini pun adalah sebagai cobaan kita untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah Swt. Kita memperingati peristiwa bersejarah yang memerlukan iman kita, di sisi lain sekaligus kita dicoba dengan hadirnya virus sudah begitu lama. Tanpa iman boleh jadi kita akan keliru menerima kehadiran covid-19 ini.

Satu kata yang harus kita sepakati adalah bahwa peringatan Israk-Mikraj tahun 1443 bersamaan tahun 2022 ini adalah peringatan yang harus menerima keberadaan covid-19 ini juga. Itu berarti peringatannya tetap khidmat dilakukan sementara protokol kesehatannya juga tetap ketat dilaksanakan. Tidak mudah, tapi itulah cobaannya.

Di bagian ujung ini jika kita berharap momentum Isra Mikraj ini kita jadikan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, sekaligus untuk meningkatkan amaliah ibadah yang sifatnya mahdhah dan ghairu mahdhah agar seimbang antara keimanan dan pikiran, tentu saja itu tidak berlebihan.  Peringatan Israk-Mukraj yang begitu spektakuler kejadiannya di pikiran manusia hanya akan dapat diterima jika pikiran itu disejalankan dengan keimanan. Lalu harapan lainnya, kiranya kekuatan iman itu sekaligus menjadi penguat usaha dan ikhtiar kita untuk berusaha memerangi virus covid, maka peringatan Israk-Mikraj tahun benar-beanr menjadi peringatan terbaik bagi kita, bangsa Indonesia. Semoga.***