Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

2 Jun 2020

Memperingati Hari Lahirnya Pancasila: Mari Merefleksi Diri

Memperingati Hari Lahirnya Pancasila: Mari Merefleksi Diri


Oleh M. Rasyid Nur
BUKAN perdebatan kapan sebenarnya hari lahir Pancasila yang penting. Pasti itu tidak produktif untuk diperdebatkan. Apalagi jika masuk ke debat kusir, kapan sebenarnya lahirnya yang tepat untuk ditetapkan, seperti di era rezim sebelumnya, misalnya. Kita ingat, tahun-tahun kemarin itu, khususnya di era Orde Baru, perihal lahirnya Pancasila tidak terlalu bergaung secara merata karena perdebatan kapan lahirnya Pancasila. Justeru yang selalu didengung-dengungkan tentang Kesaktian Pancasila yang semua kita sepakat ketika ada oknum yang saat itu ingin mengubah Dasar Negara. Peristiwa penculikan beberapa tentara menjelang penghujung 1965, itu dicatat sejarah sebagai peristiwa usaha mengubah Pancasila sebagai Dasar Negara. 

Tahun-tahun berikutnya, diskusi dan debat perihal lahirnya Pancasila tidak pernah menemukan titik kesamaan untuk semua yang masih memperdebatkannya. Berdebat secara ilmiah saja pernah terjadi tahun-tahun sebelumnya itu namun tetap tanpa ada satu kata aklamsi. Apakah karena sudah terbungkus politik? Boleh jadi.

Benar, bangsa Indonesia memerlukan tanggal lahir setiap momen atau kejadian-kejadian penting, seumpama lahirnya Pancasila itu. Sebagai falsafah bangsa, Pancasila menjadi hal penting dalam bangsa yang majemuk ini. Apalagi bangsa kita juga sudah punya tradisi memperingati secara resmi setiap tanggal penting yang ada dalam sejarah. Sebagian tanggal-tanggal penting itu ada yang sudah ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional, karena dipandang begitu pentingnya.

Begitu banyak tanggal yang disebut sebagai 'tanggal penting' di Negara kita. Kalau dirunut sejak awal Januari, di setiap bulan dalam satu tahun itu ada tanggal pentingnya. Baik level Nasional (Indonesia) maupun level dunia (Internasional) begitu banyak tanggal-tanggal penting yang tentu saja diperingati secara Nasional mapun secara Internasional. 

Mari kita tilik di bulan Januari, misalnya. Setiap tanggal 1 Januari adalah sebagai Tahun Baru Masehi (Internasional); 3 Januari sebagai Hari Departemen Agama; 5 Januari sebagai Hari Korps Wanita Angkatan Laut; 10 Januari sebagai Hari Gerakan Satu Juta Pohon (Internasional) dan sebagai Hari Tritura dan beberapa lagi dalam bulan Januari. Setiap bulan dalam satu tahun, itu pasti ada tanggal penting yang sudah ditetapkan baik secara Nasional maupun Internasional. Jadi, menetapkan tanggal penting itu yang penting. Termasuk tanggal lahirnya Pancasila.

Bagi guru seperti kita penetapan tanggal penting yang bernilai sejarah dalam Negara dan Bangsa kita tentu lebih penting lagi. Bukan saja sebagai pengetahuan bagi diri kita, tapi juga ada kewajiban lain yang melekat pada profesi kita. Kita wajib pula menjelaskannya kepada anak-didik kita, sebagai generasi muda yanag akan menggantikan generasi sekarang. Itu penting untuk kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keluarnya Kepres Nomor 24 Tahun 2016 tentang lahirnya Pancasila yang menetapkan 1 Januari adalah Hari Lahirnya Pancasila dengan cantolan sejerah peristiwa, saat Ir. Sukarno berpidato di depan sidang  BPUPKI (Badang Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), 1 Juni 1945 maka perdebatan kapan Pancasila sudah tidak perlu. Bahwa masih ada yang berpendapat lain, karena adanya rumusan Pancasila 22 Juni 1945 (Piagam Jakarta) dan rumusan akhir pada 18 Agustus 1945, saat Negara RI beanr-beanr sudah ada (merdeka) tentulah cukup catatan sejarah. Cukup menajdi pengetahuan rakyat. Entah jika suatu hari nanti ada argument lain yang berdasarkan catatan lain yang menyebabkan tanggal lahir Pancasila berubah. Biarlah sejarah juga yang akan mencatatnya.

Bagi kita saat ini, terutama sejak empat tahun lalu itu, diskusi perihal Pancasila adalah bagaimana bangsa Indonesia, setiap rakyatnya merefleksi diri –sendiri atau kelompoknnya—tentang penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan sederhananya, sebagai ‘anak bangsa’ yang cinta bangsanya, yang harus berjuang untuk bangsanya, sudahkah kita membuktikan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan benar? Setiap 1 Januari, kini kita memperingati. Kemarin pagi kita peringati, sudahkah kita merefleksi diri?

Mungkin kita tidak elok menyebut koruptor yang merampok uang Negara, tapi pastilah tindakan korupsi itu tidak sejalan dengan Pancasila. Kita juga tidak akan menyebut orang-orang kaya yang pelit di Negara kita, yang pikirannya hanya mengumpulkan dan menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak mau membantu orang-orang susah secara serius. Pastilah sikap itu tidak sesuai juga dengan Pancasila. Dan pasti banyak lagi kesalahan dan kejahatan yang dilakukan oleh sebagian rakyat Indonesia yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Jika itu adalah kita, sudahkah kita berkaca diri?

Kini, itu haruslah menjadi pertanyaan yang kita ajukan kepada diri kita masing-masing. Apapun profesi kita, sudahkah kita melaksanakannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku? Jika sudah, itulah bukti kiya mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Kita melaluinya kemarin, hari ini adalah hari pertama kita masuk ke hari baru di tahun berikutnya setalah kita memperingati lahirnya Pancasila. Hendaklah kita semua benar-benar mempertanyakan keseriusan kita untuk menerima dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Bagi kita orang yang beragama, dengan mengamalkan Pancasila secara benar, secara otomatis kita akan menjalankan ajaran agama yang beanr juga. semoga!***  
Dapat dibaca juga di:  https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/06/pancasila

20 Mei 2020

Menyesali yang Sudah Terjadi akan Menjadi Kesalahan yang Berualng Lagi

Menyesali yang Sudah Terjadi akan Menjadi Kesalahan yang Berualng Lagi


Surat Terbuka: Untuk Dia yang Langkahnya Semakin Goyah
Oleh M. Rasyid Nur
SEDIH. Ya menyedihkan. Setelah ibunda pergi, berpulang ke pangkuan Ilahi, barulah ada yang disadari sambil menyesali. Kini  baru tersadar, tak lagi ada tempat bersandar. Ini benar-benar kesedihan terbesar setelah titik akhir itu menghampiri. Sedih karena keliru memahmi dan melakoni apa yang memang mesti akan terjadi. Hanya ada genangan air mata di pipi.

Kepergian ibunda itu hal biasa, sejatinya. Tiada sesiapa yang dapat menjaga dan menahannya. Hidup mustahil dapat ditahan untuk selamanya. Kematian bukan hanya peristiwa alam. Kematian adalah sunnah dari-Nya yang tak pernah ada diantara manusia yang mampu melawannya. Sesayang apapun manusia peada hidupnya, sekuat apapun cinta manusia kepada hidupnya, tetaplah Dia yang akan menentukan segalanya. Hidup akan akan ditutup dengan kematian.

Sayangnya, dalam waktu begitu lama, itu tersia-sia. Tak hendak memahaminya. Sejak ayah mendahului semua keluarga, belasan tahun sudah, dia terbuai sebagai anak bungsu yang merasa berhak dimanja dan berbuat yang dia suka. Ketika semua abang-kakak sudah berkeluara karena usia sudah tiba, dia tetap merasa berhak dimanja ibunda. Celaknya, uang pensiun ayah yang tidak seberapa sebagai warisan pegawai rendah di instansi Pemerintah dia saja yang merasa berhak berkuasa dan mencairkannya. Sesungguhnya itu adalah warisan penghasilan alakadar yang wajib diberikan ke ibunda.Jika pun ibunda memberinya, itulah pertanda kasih-sayang ibunda kepada anaknya.

Untuk kelakuan yang salah ini ibunda hanya mengurut dada. Menyaksikan si bungsu berpoya-poya dengan uang yang tidak seberapa setiap bulannya, ibunda terus harus mengurut dada. Ibunda malah menyandarkan perut yang tidak jarang kosong kepada beberapa abang-kakak yang terpaksa rela menerima kehadiran ibunda. Sesuap nasi dan seteguk air untuk settitik kehidupan ibunda kini menjadi tanggung jawab bersama abang-kakak. Tapi dia tetap tidak berubah kelakuannya.
Apakah si bungsu salah asuh yang membuat dia malas? Apakah dia benar-benar pemalas? Sepertinya memang kelihatan berkategori pemalas. Malas bekerja. Malas berusaha. Malas hidup bersusah-susah. Malas hampir segalanya, kecuali berpoya-poya dengan uang yang tidak seberapa.

Dia benar-benar tidak menunjukkan bahwa dia sudah lebih dari sekadar dewasa. Usianya sesungguhnya sudah hampir setengah tua. Sudah lebih dari dewasa. Jika harus menyebut angka, mendekati angka 30 tahun. Tapi tetap saja berperilaku anak remaja yang tindakan dan perbuatannya lebih banyak membuat susah.
Kini ibunda sudah tiada. Ibunda pergi. Pergi menyusul ayahanda yang sudah lama tiada. Dia bagaikan kehilangan tumpuan. Abang-kakak tidak mudah akan menopang selamanya untuk dia terus seperti itu. Masing-masing sudah lama bersusah-payah agar bertahan tegak bersama keluarga. Isteri-suami dan anak-anak sendiri-sendiri adalah warga baru yang harus dibela. Tidak akan mudah menerima dia yang tidak juga berubah.
Kini penyesalan terbesar sudah terasa. Penyesalan sudah membelit diri. Uang pensiun yang selama itu dibuat salah kelola, sudah pasti tidak akan ada lagi. Ibunda adalah waris terakhir yang dapat menerima. Anak-anak yang usianya sudah tua mustahil akan mewarisinya. Maka dia kini benar-benar menyesali hidupnya. 
Sudah saatnya berubah. Bukan menyesali apa yang terjadi. Bukalah mata, bukalah telinga, renungkan di hati. Apa yang terjadi sudah terjadi. Hidup bukan untuk menyesali apa yang sudah terjadi. Kejadian itu adalah suannh-Nya. Dia, Kau dan aku hanya bisa dan wajib menerima. Belajar ikhlas menerimanya adalah cara terbaik mengubah semua kesalahan itu.
Tidak harus menyalahkan diri tersebab karena anak bungsu. Menjadi anak bontot sering tersalahpahamkan. Anak bungsu, anak keempat dari adik-beradik yang  kesemuanya sudah berkeluarga bukanlah kejadian tiba-tiba dari Tuhan. Abang-kakak yang sudah mengingatkan agar bekerja, bekerja dan bekerja adalah cara benar yang tidak juga didengar. Berusaha,  mandiri. berusahalah menopang hidup sendiri karena usia sudah lebih dari dewasa juga nasihat yang berulang selama ini. Tapi itu bukanlah untuk disesali mengapa selama ini tidak diikuti.
Segera saja kembali. Jalan salah yang selama ini dituruti akan membawa langkah salah semakin jauh. Dan menyesali apa yang terjadi malah akan menciptakan kesalahn kedua. Padahal kesalahan pertama ini perlu segera diperbaiki. Semoga catatan ini menjadi pelita hati, menyadarkan dirimu.***

17 Mei 2020

Belajar Terapi untuk Kesembuhan Aneka Penyakit dari Aris Ahmad Jaya

Belajar Terapi untuk Kesembuhan Aneka Penyakit dari Aris Ahmad Jaya


Catatan  M. Rasyid Nur, peserta Pelatihan Online
 
A. PENDAHULUAN
KEMAMPUAN Terapi mestinya dikuasai oleh semua orang. Kemampuan terapi adalah kemampuan dasar yang mestinya dikuasan setiap orang.  Sekurang-kurangnya bisa menerapi untuk diri sendiri. Dengan belajar Ilmu Terapi sesungguhnya seseorang itu sedang mempersiapkan dirinya menjadi lebih baih baik dan lebih bermakna. Dan bagi guru materi terapi ini seharusnya dikuasai karena akan berguna ketika melaksanakan fungsi kita sebagai guru. Begitu juga bagi orang tua yang susatu saat atau kapan-kapan saja akan menerapi anak-anaknya sendiri.

Belajar Ilmu Terapi adalah belajar ilmu yang harus dipraktikkan. Bukan teori saja. Untuk itu ilmu ini nantinya harus dirapktikkan sekurang-kurangnya dipraktikkan untuk diri sendiri. Jangan khawatir dengan pertanyaan, apakah ilmu ini akan bisa diparktikkan atau tidak. Jangan takut. Praktikkan saja. jadi, Ilmu Terapi adalah ilmu yang wajib dipraktikkan.

Kata Pak Aris, kita akan pelajari hal-hal yang paling sederhana. Kita akan lebih banyak praktikan, nantinya dari pada belajar teori. Jadi, materi ini akan ilmu yang dapat membantu diri kita, anak-anak kita, murid-murid kita dan semua orang lainnya. Bisa menjadi amal jariah bagi kita.

B. MATERI TERAPI
DENGAN mengicapkan salam, Asalamualaikum warohmatullah…Pak Aris memulai penyampaian materi.  Katanya, dengan keikhlasan di bulan suci ini semoga ilmu yang diberikan ini menjadi amal saya dan para peserta semua.

Pertanyaan pertama, apa yang menjadi sebab tiba-tiba, misalnya HP kita bermasalah. Heng. Tiba-tiba tidak bisa berfungsi sebagaimana sehausnya? Karena HP ini banyak menerima aplikasi-aplikasi sampah yang sebenarnya tidak diperlukan atau tidak lagi berguna. Untuk itu harus di-unisntal aplikasi-aplikasi yang tidak perlu itu. Cara lain, perbesar kapasitas HP itu sendiri.

Kita (manusia) juga begitu. Mengapa kita, misalnya bisa galau? Karena sebenarnya di diri kita banyak 'aplikasi' yang sebanrnya ita tidak perlu tapi masih ada. Ada banyak masalah-masaslah masa lalu sebagai sampah yang harusnya kita lepaskan. 

Metode ini akan membantu kita melepaskan permasalahan-permalahan yang ada di diri kita itu. Mari kita bersama melakukannya. Semoga kita menjadi duta-duta kebaikan untuk orang lain selain tentunya untuk diri kita sendiri.

Sampah emosi yang ada pada diri kita boleh jadi ada sejak kita kecil atau sejak kita remaja. Seperti kita makan makanan --contoh pisik-- yang sebagian diolah tapi sebagian ada yang tertinggal. Dan kalau contoh makanan non pisik (sperti emosi, misalnya) bagaimana? Misalnya, sampah-sampah emosi yang membuat tidak bahagia hingga trauma masa lalu. Boleh jadi karena perlakuan kita. Atau hubungan yang kurang harmonis. Itu semua adalah bagaikan sampah yang akan membuat kehidupan kita tidak nyaman. Galau. Bagaikan HP yang hang itu tadi.

Jika ini tidak diatasi maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri kita. Ada ketidaknyamanan yang akan menjadikan kehidupan kita tidak sebagaimana seharusnya.. Terkadang kita mampu melepaskan masalah-masalah itu karena kedewasaan kita. Tapi bagi yang tidak mampu bisa menjadi penyakit tertentu (sakit kepala, pinggang, punggug, dll) yang menyebabkan diri kita galau atau tidak nyaman itu. Jatuhnya ke penyakit pisik juga. 

Tapi secara non pisik juga bisa. Hidup tak nyaman. Duit, misalnya banyak tapi takut naik pesawat karena trauma.Takut tidur di hotel bertingkat. Akibatnya tidak pernah naik haji atau umroh karena tidak berani naik pesawat. Ini penyakit secara non pisik.

Penyebab itu semua adalah karena ketidakseimbangan emosi. Maka sampah emosi inilah yang wajib dibuang. Tidak boleh penyakit itu dibiarkan terus-menerus ada pada diri kita. Itulah gunanya terapi ini kita pelajari. 

Pertanyaan, lebih nikmat mana hasil atau proses? Ingat, hasil adalah bagian dari proses. Maka keduanya haruslah seimbang. Pertanyaan berikut, mana yang lebih mudah diutamakan mengubah proses atau mengubah hasil? Orientasi harus kedaunya. Jalan terbaiknya adalah nikmati proses dan hasilnya serahkan kepada Yang Maha Kuasa. 

Maka jawaban terbaiknya adalah kita harus mengubah proses. Dengan itu hasilnya akan berubah. Kata Ensten, 'Hanya orang bodoh yang ingin menghasilkan sesuatu yang berbeda tapi prosesnya sama.' Maka itu kita harus mengubah proses itu. Bukan mengubah hasil. Hasil diserahkan kepada Allah.

Proses itu terdiri dari peristiwa dan respon. Pertanyaannya, mana yang lebih mudah mengubah respon atau mengubah peristiwa? Ternyata yang lebih mudah dan lebih baik adalah mengubah respon dari pada peristiwa. Apapun peristiwa kita tidak bisa berbuat apa-apa sebenarnya. Orang mau mencaci kita, memuji kita dll kita tidak bisa terkadang menolaknya. Tapi kita bisa mengubah respon diri kita terhadap apapun yang datang dan menimpa kita. Jadi respon inilah yang mesti diubah.

Bagaimana? Maka reson pertama adalah menerima apapun peristiwa. Kita tidak akan bisa mengatur mperistiwa. Kita mungkin bisa mengatur sedikit saja. Tapi kita bisa mengatur respon diri kita. Jadi, kunci terapi ini adalah memilih mengubah respon diri kita terhadap apapun yang terjadi. Kita wajib lebbih dewasa. Jadi, tugas pertama kita adalah MENGELOLA RESPON.

Ingatlah, ketika Adam dilempar ke luar syurga, dia tidak menyalahkan siapapun. Dia tidak menyalahkan Iblis atau Tuhan. Dia berdoa yang di dalam doanya justeru berisi penerimaan keadaan itu. (Rabbana zholamna anfusana…dst). Begitu juga ketika Nabi Yunus terbuang, dia masuk laut dan perut ikan tapi menerima itu. Kita bisa baca doanya. (La ilaha illa anta…dst).

Bagaimana mengelola respona? Pertama, akui dulu bahwa semua yang terjadi tidak ada yang salah (semuanya dari Allah), tidak mempermasalahkan mengapa itu terjadi. Jadi, nyatakan saja itu memang harus terjadi begitu.Penerimaan inilah kunci pertama. Kedua, menerima (apapun kasusnya, anak kita nakal, dll) dengan ikhlas. Dengan menerima kita akan ridho dan pasrah atas apapun yang terjadi. Kejadian-kejadian itu, dengan rasa ikhlas kita terima.  Tiga, melepaskan, memaafkan. (melepaskan, memaafkan kondisi itu) dengan baik. Peryataan kita, ‘Saya menerima peristiwa ini, saya redho dan saya siap untuk mengevaluasi diri saya.'

Benar. Harus ada evaluasi dan perbaikan atas segala yang terjadi itu. . Terapi ini adalah cara kita untuk evaluasi dan memperbaiki itu. Mari niatkan, pelajaran ini bukan pelajaran teori tapi menjajdi cara kita untuk membantu diri kita dan orang untuk perbaikan. Harus kita buktikan dengan mempraktikkannya.

C. PROSES TERAPI
Mulai dengan membaca Bismillah (bagi yang muslim). Niatkan materi ini untuk berbagi, untuk kebaikan, niat untuk orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri. Kita harus percaya bahwa kita hanya berusaha dan keberhasilan itu akan ditentukan Tuhan. Ada tiga proses terapi yang akan kita lalui:
1. Pra terapi
2. Terapi
3. Pasca terapi

PRATERAPI; adalah proses yang dilakukan sebelum terapi dilakukan:. Apa saja? a) Gali akar masalahnya (spesifik). Misalnya (yang pisik), saya sakit gigi, graham kanan belakang. Sakit. Ini contoh masalah. Dibuat skala, masksudnya sesakit apa tingkatnya. Buat saja skala 1-10. Angka 1 menyatakan sakit paling rendah. Sedangkan angka 10 adalah sakit paling berat atau tinggi (parah). 

Contoh non pisik, Ada anak yang suka sakit perut setiap Rabu pagi. Selalu mengeluh sakit perut, kembung dan mules. Akar masalahnya adalah tidak nyaman belajar Matematika yang ternyata sejak SD sudah bermasalah. Atau contih lain, ibu yang menyatakan sekit kepala (mirgran). Ternyata masalahnya adalah anaknya yang tidak mau kuliah dst… 'Saya pusing menyaksikan kenyataan anak saya.' misalnya kata seorang Ibu yang migran itu. Jadi, migran itu akarnya adalah karena masalah anaknya. Disarankan saat terapi jauhkan HP karena ada yang akan mengganggu. Sebaiknya minum air putih (saat tak puasa). 

TERAPI; Proses terapi ini terbagi menjadi tiga bagian. Ini ditemukan oleh Kallahan. Dan Kallahan punya murid yang menerapkan cara terapi ini. Di Indonesia juga berkembang terapi ini.  Proses terapi ini disebut juga dengan teknik IST. Ada tiga proses terapi yaitu,

a) Set Up; maksudnya  ucapan kalimat yangdiungkapkan oleh kita sesuai dengan akar masalah nyang kita gali. Ini akan lebih keren jika spesifik, khusyuk dan diulang tiga kali. Contoh, Ya Allah meskipun saya sakit gigi (atau lainnya) saya ikhlas dan pasrah kesembuhannya hanya kepada-Mu.
Praktiknya, letakkan tunjuk jari ke titik karate sambil mengetukkan, dan ucapkan kalimat Set Uap itu berulang sambil mengetok titik karate: Busmillah (bagi muslim) Ya Allah meskipun sakit….tidak membuat saya nyaman….saya ikhlas, saya rela dan menerimanya, dan saya serahkan kesembuhannya hanya kepada-Mu. Lalu tarik nafas dan keluarkan. Biasanya di sini sudah ada yang bisa sembuh. Baru mengetuk titik karate.
Komentar peserta: ada yang mengaku penyakitnya berkurang rasa sakitnya: semutan kaki berkurang; 

 b)Tune In;  artinya Fokus dan konsentrasi saat melakukan terapi. Kalau diam sakit kepala, fokuslah pada sakit epala. Kalau masalahnya galau karena utang maka fokuuslah kepada masalahnya sammbil tetap mengucapkan kalimat pernyataandi Set-Up. Fokus inilahnyang disebut Tun In dan inisangat penting. Makanya HP wajib dijauhkan atau disilentkan. 

c) Tapping; masksudnya melakukan tap (ketukan) pada titik-titik terntu yang kita sebut Titik Ajaib. Ada beberapa titik Titik itu adalah 1) di kepala (ubun) diketuk dengan tangan atau jari. 2) titik antara alis mata (di bawah kening)s; 3) bagian kanan kening, persis sejajar alis bagian luar. 4) di bawah mata, persis tulang di bawah mata. Bisanya mag ada di sini. 5) bagian di bawah hidung, persis belahan bibir di bawah hidung. 6) dagu ataundi bawah bibir bawah.  Satu sampai enam sering  disebut aura puntur. 7) di dagu atau persismtulang yang menojol di atas dada dekat ke leher. Kiri-kanan diketok. 8) pas di bawah ketiak. Diketuk dengan tangan. Titik lain (biasanya untuk bapak-bapak) adalah titik ke 9) adalah di bawah payu dara. 

PASCATERAPI; adalah saat kita meyakinkan diri kita bahwa penyakit ini akan sembuh atau disembuhkan Allah. Percayalah dengantetap fokus melaksanakan nterapi. Tidak berhenti hingga kita benar-benar bisa menyelesaikan masalahnya. 

Untuk itu mari kita ulang titik-titik ajaib yang akan ditapping saat terapi. Kita hapal itu sambil mengetuk untuk terapi, 1) Titik di  ubun-ubun kepala; 2) dahi antara alis mata; 3) ujung alis mata kanan/ kiri, 4) pas di bawah mata kanan/ kiri; 5) di bawah hidung;  6)  di bawah bibir bawah (dagu); (aura puntur)  7) di  tulang menonjol di atas dada dekat leer; 8) di bawah ketiak; titik lainnya 9) di bawah payu dara; ucapkan terus, ‘saya ikhlas, saya pasrah’ sambil mengetuk titik-titik tersebut. Lalu tarik nafa. Setiap satu titik antara 10-16 ketuk sambul tetap mengucapkan kalimat sambil konsentrasi.
Untuk non pisik, pertama digali apa latar bekang, apa penyebabnya. Usahakan hal-hal yang tidak membuat nyaman dilepaskan saja. Hadirkan penyebabnya itu, sambil mengetok titik-titik ajaib itu. Kalau ketemu anak yang tak mau bicara, awal ditebak-tebak aja sampai tepat. Apa saja yang menajdi dia ketagihan (gam online), apa penyebab takut Matermatik, takut kecoa, cicak dll. Setelah diterapi, pertanyaannya “Sudah sebrapa berkurangnya?”  Saat  terapi sebut saja masalahnya sambil mengetok titik-titik. Setelah menyebut masalahnya, ucapkan “Saya ikhlas melepaskannya..” Lakukan Tune In dan diringi Tapping.

D. PENUTUP
Sesungguhnya pengobatan ini adalah pengobatan Timur. Terapi Timur memperbaiki pola, sementara terapi Barat lebih kepada mengobat atau operasi.  Terapi ini intinya MELEPASKAN kenyamanan atau ketidaknyamanan agar sesuai degan yang seharusnya. Kenyamanan game online bagaimana melepaskannya. Ketidaknayamanan belajar bagaimana mendapatkan kenyamanannya. 

Ingatlah bahwa terapi adalah untuk semua orang, tanpa beda umur, budaya, agama dan kesukaan lainnya. Cobakan saja, lihatlah kejabibannya. Terapi ini tidak sama dengan rukyah walaupun ada juga yang mengkombinasikannya. Godaan untuk tidak terapi adalah karena bosan dan malas. Praktikkan saja, keajaibannya kita lihat. Hasilnya serahkan saja kepada Allah. Terapi ini hanyalah wasilah saja. Penentu hasilnya tetaplah Yang Maha Penentu.

Demikianlah catatan ini dibuat berdasarkan pelatihan On Line seorang motivator hebat, Pak Aris. Untuk yang akan melakukan kontak langsung dengan Pak Aris Ahmad Jaya dapat mengontak nomor WA berikut, 081210461034 untuk konsultasi.***

Juga di:  https://mrasyidnur.blogspot.com/2020/05/belajar-terapi-untuk-kesembuhan-aneka.html#more


28 Apr 2020

Bersiaplah Payung Sebelum Hari Mendung: Corona akan Membuat Merana

Bersiaplah Payung Sebelum Hari Mendung: Corona akan Membuat Merana

Catatan M. Rasyid Nur
Dari Status FB Syafaruddin Mukhtar
INI adalah status di Facebook seorang dosen. Dia menjadi pengajar di UIN Pekanbaru. Dia orang Airtiris, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kita tahu orang Kampar sehari-hari menggunakan Bahasa Kampar yang disebut dengan Bahasa Ocu. Maksudnya bahasa orang Ocu, orang Melayu Daratan yang tinggal di Kabupaten Kampar dan sekitarnya. Ada juga istilah Ocu Deyen untuk makna Abang/ Kakak Kami. Orang Jambi menyebut Wong Kito.

Dosen yang bertempat tinggal di Pekanbaru ini menulis status begini, "Iko dai lubuok hati plg dalam go, nyie wang kmpg sabola, from the buttom of my heart, Mo la wak mulai mananam apo nang bisa ditanam, sbb Corona go condo kan lamo, podo ndak ado nang ka dimakan suok, tanam juo la ubi kayu atau ubi jalau. Klu lamo corona go bou kodo ilang, pas ilang suok, ekonomi go condo kan payah, apolai ekonomi awak la mirip jaman jahiliah. Klu awak aghokkan ajo titiok dai langik, ndak condo kan tughun, mo la wak bosuikkan dai bumi. Jadi, mo la wak mulai mananam le." Bingung memahaminya?

Begini terjemahan Indonesianya, "Ini dari lubuk hati yang paling dalam, nih. Kata orang kampung sebelah from the of my heart. Marilah kita memulai menanam apapun yang bisa ditanam, sebab corona ini tampaknya akan lama. Dari pada tidak ada yang akan dimakan besok, tanam jugalah ubi kayu atau ubi rambat (jalar). Kalau lama corona ini baru hilang, (ingat saat) pas hilang nanti, ekonomi ini sepertinya akan susah. Apalagi ekonomi kita ini sudah serupa (ekonomi) jaman jahiliah. Jika kita berharap saja tetesan 'hujan dari langit' kelihatannya tidak akan (ada) turun. (Maka) ayolah kita membesut (membuat terbesut/ menyembul air) dai bumi. Jadi, marilah kita mulai menanam lagi." Kurang lebih begitu terjemahannya ke Indonesia. Tolong koreksi, Pak Dosen, jika ada yang salah translite, hehe.

Pada bagian komentar, saya minta izin menshare status belyau itu di statusnya begini,  " Iyo go nyo? Serius? Yuong, izin Tuok Ongah pinda ng status waang ko ka bahaso uwang ulak, bajugak ketek, lai bulio nyo? Dibuek ketek pengantar bak nyie uwang siten du. Parolu juo posan pak dosen go. Bisa yie? Tuok Ongah muek di blog www.tanaikarimun.com yo, bia dibaco juo dek uwang ulak go." Maksudnya (bahasa Indonesia), Apakah iya ini, Serius? Yung (sapaan akrab saya dengannya, karena dia memang saudara saya, tepatnya setingkat ponakan) izin Tuok Ongah pindahkan status engkau (memposting ulang) ke bahasa orang rantau, 'berjuga' (berbahasa Indonesia) sedikit, boleh tak? Dibuat sedikit pengantar, bak kata orang di sana tuh. Perelu juga pesan Pak Dosen ini. Bisa, kan? Tuk Ongah muat di blog www.tanaikarimun.com (yang kebetulan saya adminnya,) biar dibaca orang lain. Dia jawab OK dengan menggunakan istilah 'mantap' artinya setuju.

Buat kita, sekurang-kurangnya bagi saya pesan Pak Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Susqo Pekanbaru ini sangatlah penting. Pesan utamanya, kita sebagai rakyat, khususnya yang berada di sekitar Kampar dan Riau Umumnya hendaklah segera mengantisipasi pengaruh covid-19 yang kelihatannya akan berkepanjangan ini. Jika pengelolaan covid-19 (corona) ini akan seperti sekarang ini dalam waktu yang lama, bisa dibayangkan pengaruhnya kepada ekonomi kita.

Saat ini boleh dikatakan, ekonomi rakyat itu sudah mendekati kematian bahkan sebagiannya sudah benar-benar mati. Bag orang-orang yang tidak bisa bekerja disebabkan peraturan Pemerintah mengharuskan begitu, artinya ekonominya sudah tamat. Sudah menjadi pengangguran. Tidak ada penghaslan. Mau mencuri atau merampok? Juga tidak akan bisa. Bantuan Pemerintah? Sampai kapan?

Maka Pak Dosen kita mengingatkan agar mulai saja menanam yang kemungkinan akan ada hasilnya. Bisa ubi kayu atau ubi jalar yang sudah sangat familiar denan orang Kampar dan sekitarnya. Tanah yang kosong, jangan lagi dibiarkan kosong seperti selama ini saat masih bekerja di temat lain.

Dengan menanam apa saja yang dapat dimakan, insyaallah ketika keadaan ekonomi kita masih tetap begini dalam waktu yang lama, maka persiapan untuk makan --ala kadarnya-- tetap ada. Kita (saya) ingat masa-masa kecil dulu, ubi itulah pengganti nasi (beras) yang tdak ada. Jadi, menanam ubi adalah jalan terdekat dan termudah serta paling masuk akal bagi masyrakat, khususnya masyarakat Kampar dan sekitarnya. Setuju? Setuju, Pak Dosen.

Pesan Pak Dosen ini boleh diibaratkan peribahasa 'Sedia payu sebelum hujan' yang di judul ini kita plesetkan menjadi 'bersiaplah payung sebelum hari mendung,' yang berarti bahkan jangan menunggu hujan. Mendung saja mestinya kita sudah menyediakan payung kita. Kalau sudah hujan malah tambah berat lagi masalahnya.***

21 Apr 2020

Mari Memetik Hikmah Pesan-pesan Kartini

Mari Memetik Hikmah Pesan-pesan Kartini


Catatan M. Rasyid Nur
HARI ini, 21 April kita memperingati lahirnya salah seorang Pahlawan Nasional, RA. Kartini. Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara. Anak dari Bupati Jepara waktu itu, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dengan Ibu M.A. Ngasirah. Dia wafat pada 17 September 1904 di Kabupaten Rembang.

Info dan catatan tentang Kartini dapat dengan mudah kita temukan. Baik di buku-buku sejarah anak-anak sekolah atau di media lainnya pasti ada. Syukurnya juga catatan tentang Kartini hampir hafal juga oleh para siswa sekolah kita. Mulai dari SD hingga ke SLTA bahkan ke Perguruan Tinggi sejarah Kartini dan pahlwan lainnya memang dipelajari.

Nama lengkap Kartini adalah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat dengan sebutan yang paling lengket di kepala kita adalah Ibu Kartini. Sebutan ini tentu saja karena ada lagu Nasional yang berjudul Ibu Kita Kartini yang setiap Senin Pagi selalu dinyanyikan. Apel Senin Pagi adalah saat kita selalu mendengarkan lagu itu dikumandangkan.

Ada satu kalimat Kartini yang terkenal berbunyi begini, "Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan.” Kartini menyatakan bahwa kehidupan manusia itu serupa dengan alam yang silih berganti antara gelap dan terang, antara susah dan senang. Kita tentu setuju pernyataan itu..

Tentang Kartini sendiri pasti tidak habisnya kita mempelajari. Dia memang tokoh wanita yang dicatat sejarah sangat besar jasanya kepada Bangsa. Kita baca di buku, misalnya karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah ia belajar sendiri, membaca, dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda yang akhirnya kebiasaan ini belakangan melahirkan buku yang terkenal itu, Habis Gelap Terbitlah Terang.

Apa yang penting saat ini kita tekankan, setidak-tidaknya pada diri kita adalah bahwa kita tidak akan melupakan Ibu Kartini. Saya menemukan catatan yang mengingatkan kita tentang kalimat-kalimat atau pernyataan Kartini yang terkenal dan sampai kini tetap kita ingat. Misalnya,

1) Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.

2) Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang.

3) Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna dapat kami rasakan.

Dan banyak lagi pesan Kartini yang perlu terus kita ingat untuk melanjutkan perjuangannya. Sekali lagi, tentu saja yang amat penting bagi kita adalah bagaimana kita memetik hikmah dari pesan-pesan yang pernah disampaikan Ibu Kita Kartini. Selamat Hari Kartini, semoga Tuhan menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya.***
Dari beberapa sumber. Sudah dipublish juga di: www.mrasyidnur.gurusiana.id