Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

4 Jul 2020

Sedia Payung Sebelum Hujan, Sedia Pedang Sebelum Perang

Sedia Payung Sebelum Hujan, Sedia Pedang Sebelum Perang

Oleh Muhammad Nasrudin (Monas)
PERIBAHASA 'Sedia Payung Sebelum Hujan' itu sudah selalu didengar. Maknanya juga sudah dipahami. Agar bersiap-sedia sebelum kejadiannya ada. Jangan sampai tergesa-gesa persiapannya dan akhirnya tidak bisa. Jika hujan jangan sampai basah. Jika ada musuh jangan sampai kalah karena tdak bersiap sebelumnya. Itulah esensi makna peribahasa. 

Tentu saja tulisan ini tidak dimaksudkan menimbulkan makna permusuhan. Jika ada yang bertanya, "Sudahkah Anda memiliki senjata baik berupa pedang, golok atau apapun,. sebagaimana Rosululloh dan para sahabat suka mengkoleksinya sebagai senjata dalam menghadapi perang?" Ini pertanyaan umum dan biasa saja. Tidak harus juga dikonotasikan mencari permusuhan.

Pedang Rosululloh tidaklah satu, tapi cukup banyak. Saya pribadi pernah melihat-lihat pedang Rosululloh saat berkunjung ke istana Al Fatih Turki. Demikian halnya para sahabat.

Pedang, keris, kujang, rencong, oleh orang zaman dahulu, merupakan kebutuhan hidup yakni sebagai alat untuk pertahanan diri dari ancaman bahaya, dzi syarrin.

Rosululloh dan para sahabat, pedang pedang mereka berkualitas. Terbuat dari besi yang berkualitas, makanya senjata mereka masih bertahan hingga saat ini.

Jangan kita berpikir, kita kan lagi damai, untuk apa menyimpan senjata. Damai, perang itu kan sifatnya tidak statis. Sekarang damai bulan depan blm tentu. Sekarang aman, Minggu depan juga belum tentu. Makanya berpikir, 'Sedia Payung sebelum Hujan'. 

Kita buka catatan sejarah, masih sangat relevan utk kita terapkan dalam hal ini. Jangan nunggu hujan , baru terpikir untuk membeli payung, wah..keburu kehujanan. Jangan nunggu perang baru terpikir beli senjata. Sudah terlambat. Kalau sdh perang, ekspedisi pengiriman sdh ditutup, produksi senjata sudah langka, kita akan sulit mendapatkan nya krn sdh menjadi kebutuhan pokok saat itu.

Apalagi di tengah negeri kita yang dalam ancaman besar terjadinya disintegrasi kapan saja, tanpa kita ketahui, seperti halnya terjadinya pemberontakan PKI 48,65 yang terjadi tiba tiba, maka ke depan gangguan keamanan akan terjadi juga kapan saja dan tiba tiba. Sediakan lah payung sebelum hujan, Sebagai bentuk ikhtiar kita sebagaimana Rosululloh dan para sahabat juga memiliki senjata banyak di rumah nya masing-masing.

Nah milikilah senjata terbaik di rumah anda masing-masing, kualitas terbaik sebagai bentuk ikhtiar terbaik kita dalam wiqoyatunnafsi atau penjagaan diri.

Monas Inspire.

3 Jul 2020

'Ngumpul Bareng' Keluarga itu Juga Membuat Bahagia

'Ngumpul Bareng' Keluarga itu Juga Membuat Bahagia

Oleh Siti Nurbaya AZ, SE
KELUARGA, ya keluarga kita. Ayah, Mak, kakak, adek, ponakan dan semuanya. Itulah keluarga inti kita. Berkumpul bersama mereka, itu pasti membuat bahagia. Malam ini, Selasa, 30 Juni 2020 kami berkumpul di rumah Ayah-Emak seperti biasanya. Kami menyebutnya Rumah Tua. Berdoa dalam rangka bertambahnya umur Om Emi (adek saya) tanggal 06 Juni 2020, Dhira (ponakan) tanggal 15 Juni 2020, Abang Richiiro dan Adek Amira (keduanya juga ponakan) tanggal 30 Juni 2020. Sekalian doa keberhasilan untuk Mas Ai, Mbak Najwa (ponakan), Akiif (cucu) , dan Biu (ponakan juga) melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus pada level sekarang. Mas Ai dan Mbak Najwa ke SMP sementara Akiif dan Biu masuk SD. 

Bahagia itu sederhana, sebagai anak tertua mungkin ini yang bisa dibuat sebagai pembiasaan mensyukuri nikmat atas apa yang telah diberikan Allah. Kami bukan dari keluarga berada yang harus merayakannya secara sendiri - sendiri. tapi aku selalu mengajak adik - adikku merayakannya momen - momen tertentu secara bersamaan, yang penting bukan makanan yang dihidangkan tapi bagaimana kami bisa berkumpul bersama - sama. Momen seperti ini, tidak bisa dilaksanakan jika hanya karena inisiatif individu tanpa ada yang memotorinya. Alhamdulillah semenjak semua adik - adikku sudah berkeluarga walaupun kami bukan kondisi berlebihan tapi kami berusaha membuat semuanya menjadi meriah dengan gaya keluarga kami.
Bersama Keluarga di Rumah Tua

Selagi bisa membahagiakan kedua orangtua kami berusaha untuk selalu makan bersama di Rumah Tua untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepada keluarga kami. Alhamdulillah, semua harus disyukuri, adikku Sabaria yang berada di Negeri Sakurapun malam ini ikut merayakan suasana bahagia ini walaupun hanya dengan mengikutinya melalui Video Call saja.

Pembiasan suatu hal yang harus dilestariakan dalam keluarga, seperti kata pepatah, "Air dicincang tak akan putus." Begitu juga dengan persaudaran, pupuklah selagi bisa, saling membantu meringankan beban itu penting. bahagia itu sederhana, berkumpul bersama keluarga. Semoga doa yang dipimpin oleh suamiku yang kebetulan lulusan PGA dan sering menjadi imam, diijabah Allah. Kami selamat, sehat dan sukses dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Amin. (AZ)

6 Jun 2020

Ambulance Laut BAZNAS untuk Mengetuk Hati Emas

Ambulance Laut BAZNAS untuk Mengetuk Hati Emas

Oleh M. Rasyid Nur


"SEJATINYA BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kabupaten Karimun harus mampu mengurangi jumlah masyarakat miskin di kabupaten ini." Kalimat itu adalah salah satu pesan Wabup (Wakil Bupati) Karimun, H. Aunur Rafiq, (kini dia adalah bupati) pada suatu siang di hari Senin (24/ 02/ 2014), enam tahun lalu. Ketika itu dia meresmikan penggunaan gedung baru, Kantor BAZNAS Kabupaten Karimun di Jalan Poros (Jalan Sukarno-Hatta) Karimun. Di hadapan Ketua BAZNAS Karimun, waktu itu H. Atan AS, Kepala Kantor Kemenag Karimun, (Waktu itu) H. Afrizal dan para undangan lainnya, Wabup memberikan beberapa pesan dan harapan kepada pengurus BAZNAS Kabupaten Karimun. 

Seperti diketahui, enam tahun lalu itu, BAZNAS Kabupaten Karimun baru saja berusaha berdiri sendiri (baca: berumah sendiri) tanpa harus berkantor dengan status ‘nebeng’ di salah satu gedung di Masjid Agung Kabupaten Karimun. Dalam perjalanannya, BAZNAS Kabupaten Karimun terkenal sebagai lembaga zakat yang melejit namanya di Provinsi Kepri karena mampu mengumpulkan uang umat, baik zakat (mal) maupun infaq-sedekah dalam jumlah cukup signifikan. Hanya di bawah Batam, namun mampu mengatasi kabupaten lain di provinsi Kepri dalam mengumpulkan uang umat. Tidak heran, lembaga agama pengumpul zakat, infaq dan sedekah ini menjadi harapan masyarakat sekaligus harapan Pemerintah Daerah untuk bersama-sama Pemerintah mengentaskan kemiskinan di daerah ini.

Rabu (03/06/2020) kemarin, satu hari yang lalu, BAZNAS Kabupaten Karimun kembali membuat catatan sejarah. Untuk pertama kali BAZNAS membuat terobosan, pengadaan Ambulance Laut. Kendaraan laut bantuan dari PT. Timah ini tentu saja akan diperuntukkan bagi kaum dhuafa, fakir-miskin yang sakit, yang bertempat tinggal di pulau-pulau nun jauh dari Ibukota Kabupaten yang harus dirujukkan ke Rumah Sakit Daerah (Kabupaten) yang berada di Kota Tanjungbalai, Ibu Kota Kabupaten Karimun. Kemarin, itu kembali Pak Rafiq yang kini sudah menajdi bupati mengatakan bahwa BAZNAS harus terus berusaha membantu orang-orang miskin dan mampu pula mengubah kehidupan ekonomi mereka menjadi tidak miskin lagi.

Pemerintah Daerah berkepentingan sekaligus berkewajiban meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Pemerintah selalu dan akan selalu membuat program pengentasan kemiskinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu,semua pihak hendaklah saling bahu-membahu menyukseskan program pengentasan kemiskinan yang digerakkan oleh BAZNAS dan Pemerintah. BAZNAS akan terus berkesempatan membuktikan jati dirinya  dalam rangka mengurangi angka kemiskinan ini. Begitu inti sambutan orang nomor satu Kabupaten Karimun itu di hadapan undangan, di Gedung Nasional.

Sebagaimana sudah diberitakan sebelumnya bahwa baru saja BAZNAS mendapatkan  satu unit kapal yang diperuntukkan sebagai angkutan laut untuk orang-orang sakit. “Inilah ambulance laut pertama di Indonesia yang dikelola BAZNAS,” kata Nasial, Ketua BAZNAS dalam sambutan laporannya. “Kami ingin mengetuk hati emas semua kita, masyarakat Kabupaten Karimun atau siapa saja untuk menyalurkan uang zakat, infaq dan sedekahnya melalui BAZNAS Kabupaten Karimun, khususnya untuk biya operasional kapal ini. Konon, diperlukan Rp 1.3 M anggaran setiap tahun untuk mengoperasikan ambulance laut ini.

Benar apa yang disampaikan Pak Rafiq. Dan BAZNAS selama ini memang sudah melakukan berbagai program dalam rangka menyalurkan uang umat yang dititipkan di BAZNAS. Dari sekian banyak uang muzakki kabupaten, itu memang tidak semua uang itu berupa zakat. Ada juga dana berupa sedekah dan inafaq. Jika uang zakat sudah diperuntukkan untuk delapan asnab yang sudah ditentukan maka uang yang terakhir ini dapat pula diberikan kepada para masyarakat yang ingin mengembangkan usahanya. Biarpun tidak terlalu miskin, tapi demi pengembangan usaha (dagang, dll) maka BAZNAS dapat memberi atau menyalurkannya kepada kelompok ini. Harapan selanjutnya, kelak mereka ini dapat pula memberikan sebagian rezeki dari usahanya menjadi zakat atau infak dan sedekah. Dari mustahik diharapkan bisa berubah menjadi muzakki. Begitulah harapannya.

Jika orang miskin dapat dikurangi dengan pemberian zakat ini maka diharapkan jumlah penduduk miskin semakin hari semakin berkurang. Pemerintah harus terus mendorong lembaga ini untuk mengurangi rakyat miskin di daerah ini. Berulang-ulang bupati mengingatkan dalam sambutannya bahwa partisipasi masyarakat yang berhati emas mau memberikan sebagian kekayaannya untuk fakir-miskin melalui BAZNAS, insyaallah tingkat kesejahteraan masyarakat kita dapat terus ditingkatkan.

Dengan pemberian kapal ambulane laut dari PT. Timah Kepada BANAS Kabupaten Karimun, ini semoga saja akan terus mengetok hati orang-orang berhati emas di sini untuk terus memberikan bantuannya kepada masyarakat miskin di sini. Kapal ambulance laut ini, yang dibeli dengan uang zakat para karyawan PT Timah setelah dikumpulkan dalam beberpa tahun, insyaallah akan menjadi modal baru bagi BAZNAS dalam usaha mengetuk hati emas masyarakat kaya. Tentu saja akan dipakai untuk membantu masyarakat fakir-miskin di daerah ini ketika nanti memerlukan transportasi saat sakit. Benar harapan ini, bantuan begitu besar dari PT. Timah kepada BAZNAS kiranya akan mampu mengetuk hati emas para muzakki di sini. Semoga!***

Juga di: https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/6/kapal-ambulance-laut-baznas-untuk-mengetuk-hati-emas-2900659

2 Jun 2020

Memperingati Hari Lahirnya Pancasila: Mari Merefleksi Diri

Memperingati Hari Lahirnya Pancasila: Mari Merefleksi Diri


Oleh M. Rasyid Nur
BUKAN perdebatan kapan sebenarnya hari lahir Pancasila yang penting. Pasti itu tidak produktif untuk diperdebatkan. Apalagi jika masuk ke debat kusir, kapan sebenarnya lahirnya yang tepat untuk ditetapkan, seperti di era rezim sebelumnya, misalnya. Kita ingat, tahun-tahun kemarin itu, khususnya di era Orde Baru, perihal lahirnya Pancasila tidak terlalu bergaung secara merata karena perdebatan kapan lahirnya Pancasila. Justeru yang selalu didengung-dengungkan tentang Kesaktian Pancasila yang semua kita sepakat ketika ada oknum yang saat itu ingin mengubah Dasar Negara. Peristiwa penculikan beberapa tentara menjelang penghujung 1965, itu dicatat sejarah sebagai peristiwa usaha mengubah Pancasila sebagai Dasar Negara. 

Tahun-tahun berikutnya, diskusi dan debat perihal lahirnya Pancasila tidak pernah menemukan titik kesamaan untuk semua yang masih memperdebatkannya. Berdebat secara ilmiah saja pernah terjadi tahun-tahun sebelumnya itu namun tetap tanpa ada satu kata aklamsi. Apakah karena sudah terbungkus politik? Boleh jadi.

Benar, bangsa Indonesia memerlukan tanggal lahir setiap momen atau kejadian-kejadian penting, seumpama lahirnya Pancasila itu. Sebagai falsafah bangsa, Pancasila menjadi hal penting dalam bangsa yang majemuk ini. Apalagi bangsa kita juga sudah punya tradisi memperingati secara resmi setiap tanggal penting yang ada dalam sejarah. Sebagian tanggal-tanggal penting itu ada yang sudah ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional, karena dipandang begitu pentingnya.

Begitu banyak tanggal yang disebut sebagai 'tanggal penting' di Negara kita. Kalau dirunut sejak awal Januari, di setiap bulan dalam satu tahun itu ada tanggal pentingnya. Baik level Nasional (Indonesia) maupun level dunia (Internasional) begitu banyak tanggal-tanggal penting yang tentu saja diperingati secara Nasional mapun secara Internasional. 

Mari kita tilik di bulan Januari, misalnya. Setiap tanggal 1 Januari adalah sebagai Tahun Baru Masehi (Internasional); 3 Januari sebagai Hari Departemen Agama; 5 Januari sebagai Hari Korps Wanita Angkatan Laut; 10 Januari sebagai Hari Gerakan Satu Juta Pohon (Internasional) dan sebagai Hari Tritura dan beberapa lagi dalam bulan Januari. Setiap bulan dalam satu tahun, itu pasti ada tanggal penting yang sudah ditetapkan baik secara Nasional maupun Internasional. Jadi, menetapkan tanggal penting itu yang penting. Termasuk tanggal lahirnya Pancasila.

Bagi guru seperti kita penetapan tanggal penting yang bernilai sejarah dalam Negara dan Bangsa kita tentu lebih penting lagi. Bukan saja sebagai pengetahuan bagi diri kita, tapi juga ada kewajiban lain yang melekat pada profesi kita. Kita wajib pula menjelaskannya kepada anak-didik kita, sebagai generasi muda yanag akan menggantikan generasi sekarang. Itu penting untuk kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keluarnya Kepres Nomor 24 Tahun 2016 tentang lahirnya Pancasila yang menetapkan 1 Januari adalah Hari Lahirnya Pancasila dengan cantolan sejerah peristiwa, saat Ir. Sukarno berpidato di depan sidang  BPUPKI (Badang Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), 1 Juni 1945 maka perdebatan kapan Pancasila sudah tidak perlu. Bahwa masih ada yang berpendapat lain, karena adanya rumusan Pancasila 22 Juni 1945 (Piagam Jakarta) dan rumusan akhir pada 18 Agustus 1945, saat Negara RI beanr-beanr sudah ada (merdeka) tentulah cukup catatan sejarah. Cukup menajdi pengetahuan rakyat. Entah jika suatu hari nanti ada argument lain yang berdasarkan catatan lain yang menyebabkan tanggal lahir Pancasila berubah. Biarlah sejarah juga yang akan mencatatnya.

Bagi kita saat ini, terutama sejak empat tahun lalu itu, diskusi perihal Pancasila adalah bagaimana bangsa Indonesia, setiap rakyatnya merefleksi diri –sendiri atau kelompoknnya—tentang penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan sederhananya, sebagai ‘anak bangsa’ yang cinta bangsanya, yang harus berjuang untuk bangsanya, sudahkah kita membuktikan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan benar? Setiap 1 Januari, kini kita memperingati. Kemarin pagi kita peringati, sudahkah kita merefleksi diri?

Mungkin kita tidak elok menyebut koruptor yang merampok uang Negara, tapi pastilah tindakan korupsi itu tidak sejalan dengan Pancasila. Kita juga tidak akan menyebut orang-orang kaya yang pelit di Negara kita, yang pikirannya hanya mengumpulkan dan menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak mau membantu orang-orang susah secara serius. Pastilah sikap itu tidak sesuai juga dengan Pancasila. Dan pasti banyak lagi kesalahan dan kejahatan yang dilakukan oleh sebagian rakyat Indonesia yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Jika itu adalah kita, sudahkah kita berkaca diri?

Kini, itu haruslah menjadi pertanyaan yang kita ajukan kepada diri kita masing-masing. Apapun profesi kita, sudahkah kita melaksanakannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku? Jika sudah, itulah bukti kiya mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Kita melaluinya kemarin, hari ini adalah hari pertama kita masuk ke hari baru di tahun berikutnya setalah kita memperingati lahirnya Pancasila. Hendaklah kita semua benar-benar mempertanyakan keseriusan kita untuk menerima dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Bagi kita orang yang beragama, dengan mengamalkan Pancasila secara benar, secara otomatis kita akan menjalankan ajaran agama yang beanr juga. semoga!***  
Dapat dibaca juga di:  https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/06/pancasila

20 Mei 2020

Menyesali yang Sudah Terjadi akan Menjadi Kesalahan yang Berualng Lagi

Menyesali yang Sudah Terjadi akan Menjadi Kesalahan yang Berualng Lagi


Surat Terbuka: Untuk Dia yang Langkahnya Semakin Goyah
Oleh M. Rasyid Nur
SEDIH. Ya menyedihkan. Setelah ibunda pergi, berpulang ke pangkuan Ilahi, barulah ada yang disadari sambil menyesali. Kini  baru tersadar, tak lagi ada tempat bersandar. Ini benar-benar kesedihan terbesar setelah titik akhir itu menghampiri. Sedih karena keliru memahmi dan melakoni apa yang memang mesti akan terjadi. Hanya ada genangan air mata di pipi.

Kepergian ibunda itu hal biasa, sejatinya. Tiada sesiapa yang dapat menjaga dan menahannya. Hidup mustahil dapat ditahan untuk selamanya. Kematian bukan hanya peristiwa alam. Kematian adalah sunnah dari-Nya yang tak pernah ada diantara manusia yang mampu melawannya. Sesayang apapun manusia peada hidupnya, sekuat apapun cinta manusia kepada hidupnya, tetaplah Dia yang akan menentukan segalanya. Hidup akan akan ditutup dengan kematian.

Sayangnya, dalam waktu begitu lama, itu tersia-sia. Tak hendak memahaminya. Sejak ayah mendahului semua keluarga, belasan tahun sudah, dia terbuai sebagai anak bungsu yang merasa berhak dimanja dan berbuat yang dia suka. Ketika semua abang-kakak sudah berkeluara karena usia sudah tiba, dia tetap merasa berhak dimanja ibunda. Celaknya, uang pensiun ayah yang tidak seberapa sebagai warisan pegawai rendah di instansi Pemerintah dia saja yang merasa berhak berkuasa dan mencairkannya. Sesungguhnya itu adalah warisan penghasilan alakadar yang wajib diberikan ke ibunda.Jika pun ibunda memberinya, itulah pertanda kasih-sayang ibunda kepada anaknya.

Untuk kelakuan yang salah ini ibunda hanya mengurut dada. Menyaksikan si bungsu berpoya-poya dengan uang yang tidak seberapa setiap bulannya, ibunda terus harus mengurut dada. Ibunda malah menyandarkan perut yang tidak jarang kosong kepada beberapa abang-kakak yang terpaksa rela menerima kehadiran ibunda. Sesuap nasi dan seteguk air untuk settitik kehidupan ibunda kini menjadi tanggung jawab bersama abang-kakak. Tapi dia tetap tidak berubah kelakuannya.
Apakah si bungsu salah asuh yang membuat dia malas? Apakah dia benar-benar pemalas? Sepertinya memang kelihatan berkategori pemalas. Malas bekerja. Malas berusaha. Malas hidup bersusah-susah. Malas hampir segalanya, kecuali berpoya-poya dengan uang yang tidak seberapa.

Dia benar-benar tidak menunjukkan bahwa dia sudah lebih dari sekadar dewasa. Usianya sesungguhnya sudah hampir setengah tua. Sudah lebih dari dewasa. Jika harus menyebut angka, mendekati angka 30 tahun. Tapi tetap saja berperilaku anak remaja yang tindakan dan perbuatannya lebih banyak membuat susah.
Kini ibunda sudah tiada. Ibunda pergi. Pergi menyusul ayahanda yang sudah lama tiada. Dia bagaikan kehilangan tumpuan. Abang-kakak tidak mudah akan menopang selamanya untuk dia terus seperti itu. Masing-masing sudah lama bersusah-payah agar bertahan tegak bersama keluarga. Isteri-suami dan anak-anak sendiri-sendiri adalah warga baru yang harus dibela. Tidak akan mudah menerima dia yang tidak juga berubah.
Kini penyesalan terbesar sudah terasa. Penyesalan sudah membelit diri. Uang pensiun yang selama itu dibuat salah kelola, sudah pasti tidak akan ada lagi. Ibunda adalah waris terakhir yang dapat menerima. Anak-anak yang usianya sudah tua mustahil akan mewarisinya. Maka dia kini benar-benar menyesali hidupnya. 
Sudah saatnya berubah. Bukan menyesali apa yang terjadi. Bukalah mata, bukalah telinga, renungkan di hati. Apa yang terjadi sudah terjadi. Hidup bukan untuk menyesali apa yang sudah terjadi. Kejadian itu adalah suannh-Nya. Dia, Kau dan aku hanya bisa dan wajib menerima. Belajar ikhlas menerimanya adalah cara terbaik mengubah semua kesalahan itu.
Tidak harus menyalahkan diri tersebab karena anak bungsu. Menjadi anak bontot sering tersalahpahamkan. Anak bungsu, anak keempat dari adik-beradik yang  kesemuanya sudah berkeluarga bukanlah kejadian tiba-tiba dari Tuhan. Abang-kakak yang sudah mengingatkan agar bekerja, bekerja dan bekerja adalah cara benar yang tidak juga didengar. Berusaha,  mandiri. berusahalah menopang hidup sendiri karena usia sudah lebih dari dewasa juga nasihat yang berulang selama ini. Tapi itu bukanlah untuk disesali mengapa selama ini tidak diikuti.
Segera saja kembali. Jalan salah yang selama ini dituruti akan membawa langkah salah semakin jauh. Dan menyesali apa yang terjadi malah akan menciptakan kesalahn kedua. Padahal kesalahan pertama ini perlu segera diperbaiki. Semoga catatan ini menjadi pelita hati, menyadarkan dirimu.***