Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan

20 Apr 2022

MUI Mengutuk Israil, Cukupkah?

MUI Mengutuk Israil, Cukupkah?


ORGANISASI Islam pengayom umat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israil terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsa, Palestina pada Jumat, 15 April 2022 lalu. Seperti disiarkan di laman hajinews.id Sabtu (16/04/2022) pengurus MUI menyatakan kalau tentara Negara Yahudi itu adalah penjahat kemanusiaan.

Melalui tulisan berjudul MUI Mengutuk Keras Penyerangan Aparat Israel ke Masjid Al Aqsa website yang dikelola pengurus IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Idonesia) Pusat, itu menerangkan bahwa Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan, penyerangan terhadap umat muslim Palestina di Masjid Al-Aqsa saat sedang beribadah itu menunjukkan bahwa Israil memang dikuasai para penjahat kemanusiaan. Ini kalimat yang sangat keras yang disampaikan MUI sebagai organisasi perwakilan umat (Islam) Indonesia.

Sebagai orang Indonesia, khususnya umat Islam kita mendukung kecaman MUI yang mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israil terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 15 April 2022 kemarin itu. Tidak dapat diterima oleh perasaan kemanusia kita. Bagaimana manusia yang menyatakan haknya untuk beribadat malah diserang begitu oleh aparat bersenjata.

Menurut Prof. Sudarnoto, semua tindakan Israel itu seharusnya semakin menyadarkan negara-negara manapun –terutama yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israil– untuk meninjau ulang kerja sama dan hubungan diplomatik mereka dengan negara zionis tersebut.  Tindakan mereka, katanya, juga meningkatkan kesadaran bahwa Israil memang negara yang tidak bisa dipercaya.

Lebih jauh Prof. Sudarnoto mengatakan, “Sebagaimana yang pernah MUI sampaikan, maka diperlukan langkah-langkah yang serius yang dilakukan oleh elemen masyarakat manapun untuk memboikot Israil dan menyeret Israil ke Mahkamah Internasional dan memberikan sanksi internasional terhadap Israil,” katanya seperti dikutip dari laman hajinews.id tersebut.

Amerika Serikat, yang selama ini memberikan dukungan penuh kepada Israil harusnya mengubah cara pandangnya agar bisa bertindak secara lebih adil dan benar-benar membela kemanusiaan. Tidak membela Israil secara membabi-buta sebagaimana selama ini mereka pertontonkan kepada dunia. Sebagai negara yang selalu menyatakan menjunjung perinsip-perinsip kemanusiaan, Amerika wajib membuktikannya ketika melihat dan menilai Israil sebagai Negara yang menginjak kemanusiaan.
 

Kita juga ingat janji Presiden Joe Bidden saat dilantik menjadi Presiden untuk “menghentikan kemungkaran” di Palestina yang dilakukan Israil harusnya benar-benar ditepati. Jangan sekadar lip services, menyenangkan umat Islam untuk sementara. Israel benar-benar melakukan kemungkaran dan karena itu Amerika harus menunjukkan kemauan dan kemampuannya menghentikan kebrutalan Israel. Apakah Amerika akan melakukannya? Rasanya tidak. Itu sudah terbukti dalam begitu lama dan begitu banyak pergantian presiden di Amerika Serikat.

Kita juga berharap, MUI dan Pemerintah khususnya melakukan tindakan yang lebih nyata untuk terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab di Palestina dan Israil itu. Cukupkah dengan hanya menyampaikan kecaman? Pasti tidak.*** (Catatan M. Rasyid Nur)

15 Apr 2022

Tiga Golongan Orang Berpuasa, Kita Ada Dimana?

Tiga Golongan Orang Berpuasa, Kita Ada Dimana?

BEGITU cepat terasa waktu berlalu. Riuh-rendah dan heboh mengawali Ramadhan yang disebabkan oleh adanya perbedaan keyakinan memulai Ramadhan, kemarin masih terasa. Belum lama. Tapi kini kita sudah berada menjelang pertengah Ramadhan. Jika fase puasa dibagi tiga, sepuluh dan sepuluh hari maka kita sudah memasuki fase sepuluh hari kedua. Oleh hadits dikatakan sebagai fase penuh ampunan (maghfiroh) setelah sebelum disebut fase penuh rahmat. 

Menyikapi Ramadhan yang sudah kita jalani, ini ternyata oleh para ulama dan para ustaz disimpulkan ada beberapa kemungkinan golongan orang bersikap. Dalam tulisan berjudul Hikmah Malam : 3 Golongan Manusia di Bulan Ramadhan, Nomor Terakhir Disukai Allah yang diposting di laman hajinews.id disebutkan sekurang-kurangnya terdapat tiga golongan orang dalam kebersamaannya dengan Ramadhan. Dengan mengutip penjelasan Ustaz Muhammad Saiyid Mahadhir dalam bukunya “Bekal Ramadhan dan Idul Fithri (1): Menyambut Ramadhan” dikatakan ada tiga golongan manusia dalam menyikapi bulan Ramadhan.

1. Golongan Zalim;

Golongan zalim di sini adalah orang-orang yang kurang sekali perhatiannya terhadap bulan Ramadhan. Bagi mereka kedatangan Ramadhan dianggap biasa-biasa saja malah dianggap sebagai beban. Kelompok ini menyamakan bulan Ramadhan dengan bulan-bulan yang lainnya. Tak ada istimewanya. Mereka memang berpuasa, tapi hanya sebagian harinya saja, lalu sebagian lainnya mereka tinggalkan bukan karena alasan yang diperbolehkan. Sehingga kewajiban berpuasa tidak dijalankan dengan sempurna.

Bisa jadi mereka berpuasa penuh selama satu bulan, namun hari-hari mereka meninggalkan salat fardhu, banyak tidur. Inilah kezaliman mereka untuk diri masing-masing. Di akhirat kelak nasibnya akan menyedihkan, walaupun kita tetap berharap ampunan dan kasih sayang Allah. Orang-orang seperti ini harus diingatkan dan diajak dengan baik agar menyadari pentingnya beramal saleh di bulan Ramadhan.

2. Golongan Muqtashid;

Golongan ini adalah mereka yang bergembira menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Rasa gembira itu semakin bertambah karena mengetahui setelah itu akan ada libur panjang. Ada kesadaran bergama bahwa di Ramadhan waktunya untuk menghapus dosa dan mengambil banyak pahala untuk bekal di akhirat. Sayangnya, padatnya aktivitas dan kurang mantapnya iman, membuat mereka lalai mengerjakan ibadah-ibadah sunnah. Tetap masih rugi.

Kelompok pertengahan ini terkadang meninggalkan ibadah solat tarawih dan witir ataupun solat rawatib qabliyah dan ba’diyah. Dalam satu hari itu ada rasa malas untuk membaca Al-Qur’an, sehingga target bacaan Al-Qur’an tidak tercapai. Mereka juga full berpuasa, namun ada di antara mereka yang kesehariannya terlalu banyak tidur. Karena amalan-amalan sunnah Ramadhan yang tidak begitu diperhatikan, itulah yang menyebabkan tetap saja masih merugi.

3. Golongan Sabiqun Bil Khairat;

Kelompok ketiga ini disebut dengan istilah orang-orang berprestasi karena memang mereka adalah orang-orang yang berusaha meninggalkan perkara haram dan makruh. Mereka juga meninggalkan sebagian perkara mubah demi kesempurnaan ibadah puasa yang mereka jalankan.

Mereka ini sebenarnya bukan hanya berprestasi di bulan Ramadhan, namun di luar Ramadhan mereka juga orang-orang berprestasi. Kerinduan mereka kepada Ramadhan membuat mereka selalu berdoa sepanjang bulan kepada Allah. Golongan ketiga ini sangat disukai Allah Swat. Golongan inilah sejatinya yang harus kita dapatkan. Caranya tentu saja dengan mendahulukan ibadah tanpa meninggalkan pekerjaan wajib lainnya.

Pertanyaannya, dimanakah kita berada diantara ketiga golongan orang-orang di atas? Kata peribahasa, tepuk dada tanya selera. Kitalah yang tahu persis posisi kita. Jika kita berdoa untuk termasuk golongan ketiga, maka  marilah berusaha ke arah itu. Insyaallah bisa, jika berusaha.***


13 Apr 2022

Isteri Solehah Seperti Apa?

Isteri Solehah Seperti Apa?


SETIAP suami ingin isteri solehah. Belum terdengar --secara terbuka-- suami menginginkan sebaliknya. Hanya dalam realita tidak selalu seperti yang didamba. Harapan tidak selalu sebagaimana impian. Lalu seperti apa isteri solehah itu?

Sebuah tulisan pendek berjudul Hikmah Malam : Gambaran Seorang Istri Shalehah yang Disebutkan Rasulullah Saw yang diposting pada hari Senin (04/04/2022) lalu di laman hajinews.id memberikan gambaran seperti apa pendamping yang didambakan para suami itu. Tidak dapat disangkal kalau istri solehah itu akan memberi andil keberhasilan seorang suami di dunia dan juga dapat menolong kelak di akhirat. Bisa dikatakan bahwa peran istri dan doanya, akan menjadi jembatan emas bagi suami untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Itu mengutip tulisan tersebut.

Satu kisah, saat Umar bin Khattab bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Wahai Rasullullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki? Nabi menjawab, "Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan isteri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (Shahih Ibnu Majah)

Jadi, Nabi dengan jelas menyebut isteri yang mukminah dalam pengertian solehah, itulah sebaik-baiknya perhiasan di dunia. Dalam sebuah hadis yang lain, "Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra, ia berkata, bahwa Rasullullah Saw bersabda : “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang terbaik adalah wanita shalehah.” (HR. Muslim)

Jadi, seorang perempuan yang menjadi isteri haruslah dapat menempatkan dirinya laksana perhiasan yang melekat pada diri pemakainya. Isteri harus selalu menjadi penyejuk, penyedap, pesona dan pemberi semangat hidup pada suaminya. Isteri juga merupakan wakil suami dalam keluarga. Isteri yang solehah akan menjadi andalan pokok oleh suaminya dalam membangun bahtera rumah tangga.

Dalam fungsi dan tanggung jawab itu seorang isteri hendaklah menghormati dan mematuhi suami sebagai Kepala Rumah Tangga. Suami adalah seorang pemimpin dan isteri wajib taat atas kepemimpinan suaminya itu. Kerja sama dengan ketaatan kepada suami seperti itulah yang akan mengantarkan seorang isteri berstatus sebagai isteri solehah. Ketaatan kepada Allah menjadi dasar ketaatan kepada suami.

Bukti ketaatan itu dapat terlihat dalam suasana sehari-hari di rumah tangga. Isteri tidak hanya mematuhi perintah dan arahan suami. Isteri juga memberi ingatan kepada suami tentang hal-hal yang perlu untuk diingatkan. Keberagamaan suami pun menjadi hal penting untuk diingatkan isteri kepada suaminya. Jika suami lalai dalam menjalankan perintah agama, isteri yang solehah hadir untuk mengingatkannya. Keteledoran suami dalam beragama pun menjadi bagian tanggung jawab isteri.

Sebuah hadits yang diriwayatkan Thabrani bermakna begini, "Dari Abdullah bin Salam RA, Rasullullah Saw bersabda, Sebaik-baik istri yaitu yang menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh, menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi,” perlu dan penting menajdi panduan kita (para suami) untuk memahmi bagaimana seorang isteri yang solehah. Dilengkapi dengan firman Allah dalam Surah An-Nisa: 34 yang maknanya, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar,” kita tahu persis seperti seorang isteri yang berstatus isteri solehah.***

12 Apr 2022

Membayar Zakat Fitrah Kapan Sebaiknya?

Membayar Zakat Fitrah Kapan Sebaiknya?


TIDAK terasa kita (muslim) sudah melaksanakan puasa beberapa hari sejak ditetapkannya awal Ramadhan Ahad (03/04/2022) lalu oleh Pemerintah. Tidak juga akan terasa sebentar lagi Ramadhan akan pergi Idul Fitri dan bagi yang terkena kewajiban berzakat (fitrah) akan membayar zakatny. Lalu menyalurkannya kepada mustahik yang sudah ditentukan agama. 
 
Ada beberapa sikap kita dalam menentukan waktu membayar zakat, khususnya zakat fitrah. Di akhir Ramadhan, di tengah atau di awalnya. Lazimnya adalah di akhir Ramadhan, menjelang Idul Fitri tiba. Bahkan dengan alasan mencari sunat ada yang menunaikannya menjelang solat Idul Ftiri. Tentu saja zakat fitrahnya sah. Kebiasaan itu menjadikan kebanyakan umat membayar di akhir-akhir Ramadhan.

Mengikuti keadaan yang ada saat ini dipandang perlu perubahan sikap dan pandangan. Tidak harus selalu dibayarkan kewajiban zakat fitrah itu di akhir Ramadhan. Lagi pula hasil zakat fitrah yang dikelola oleh amil akan disalurkan kepada yang berhak, fakir-miskin. Dan untuk lebih efektif penggunaan oleh para penerima alangkah baiknya disalurkan lebih awal. Artinya para pembayar zakat pun mesti membayar lebih awal.
 
MUI sendiri sebagai lembaga pengayom umat sudah menjelaskan bahwa diperbolehkan membayar zakat lebih awal. Sebagaimana dishare situs hajinews.id hari Selasa (05/04/2022) lalu bahwa untuk membayar zakat fitrah diperbolehkan sejak awal Ramadhan. Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan, menyampaikan pembayaran zakat fitrah di awal Ramadan agar dapat dimanfaatkan secara lebih optimal oleh masyarakat yang memang berhak.
 
Menurut buya, berdasarkan panduan ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1443 H yang diterbitkan MUI, setiap Muslim yang terkena kewajiban zakat boleh menunaikan zakat fitrah dan menyalurkannya sejak awal Ramadan tanpa harus menunggu malam Idul Fitri. Nah, dengan penjelasan itu kita tidak perlu ragu untuk membayar zakat. Dan bagi pengelola pun tidak usah ragu untuk menyalurkannya sejak awal Ramadhan.

Menurut MUI melalui Sekjendnya juga, keputusan tersebut didasarkan pada beberapa landasan. Pertama, riwayat dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Abbas RA bertanya kepada Nabi SAW tentang penyegeraan pengeluaran zakat sebelum waktunya lalu beliau SAW mengizinkannya. (HR Ibnu Majah dan Abu Dawud).

Landasan kedua ialah pendapat Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu, mengenai bolehnya membayar zakat fitrah sebelum waktu wajib. Imam Nawawi mengatakan, ulama Mazhab Syafi’i berpendapat, penyegeraan membayar zakat fitrah sebelum waktu wajib adalah boleh.

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh mushannif bahwa ada tiga pendapat dan yang benar adalah boleh menyegerakan bayar zakat fitrah mulai dari awal Ramadan dan tidak boleh membayar zakat fitrah sebelum masuk Ramadan. Dengan begitu tidak perlu ada keraguan kita untuk membayar zakat fitrah dan kapan menyalurkannya. Semoga puasa kita sampai ke Allah karena kita tidak melalaikan pembayaran zakat fitrah.***

11 Apr 2022

Idul Fitri Semoga Sama Meskipun Awal Ramadhan Kita Berbeda

Idul Fitri Semoga Sama Meskipun Awal Ramadhan Kita Berbeda


TENTANG awal Ramadhan tahun 1443 (2022) sudah kita lalui. Masyarakat muslim Indonesia meyakininya berbeda. Ada dua versi 1 Ramadhan 1443. Organisasi Islam seperti Muhammadiyah mengumumkan kepada anggotanya untuk berpuasa pada hari Sabtu (02/04/2022) sementara Pemerintah Republik Indonesia memutuskan awal Ramadhan itu jatuh pada esok harinya, Ahad (03/04/2022). Maka terjadilah perbedaan awal Ramadhan tahun ini.

Di akhir Ramadhan umat akan memasuki Syawal dan tentu saja Hari Raya Idul Fitri. Akankah akhir Ramadhan alias awal Syawal akan terjadi perbedaan? Tidak mustahil jika melihat awalnya yang berbeda. Namun, MUI (Majelis Ulama Indonesia) sudah memberi pernyataan. Mengutip tulisan yang dimuat hajinews.id hari Senin (04/04/2022) lalu MUI menyatakan Perbedaan awal Ramadhan tidak serta-merta akan membuat akhir Ramadhan juga berbeda. MUI Sebut Hari Raya Idul Fitri 2022 Berpotensi Dilaksanakan Serentak, Meski Awal Ramadan Berbeda. Artinya akan sama.

Penjelasan itu mengeaskan bahwa benar Kementerian Agama dan Muhammadiyah telah mengumumkan tanggal yang berbeda untuk awal menjalankan ibadah puasa Ramadan 1443 Hijriah. Namun perbedaan tersebut tidak akan menjadi dasar Syawal bebeda juga. Bagaimanapu masyarakat cukup khawatir juga. Akankah berbeda lagi, itulah kekhawatiran utama. 

Pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menjelaskan bahwa perbedaan tersebut tidak akan terjadi pada hari Raya Idul Fitri nanti sedikit menyenangkan perasaan. MUI mengatakan bahwa lebaran tahun ini berpotensi akan dirayakan secara serentak. Sebagaimana dikatakan Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan hari Sabtu (02/04/2022) bahwa Idul Fitri berpotensi sama. Untuk itu Amirsyah dikatakan mendorong Pemerintah agar lebih terbuka untuk masalah ini, biar masyarakat tidak merasa cemas. 

Amirsyah berharap perbedaan tidak akan muncul terkait hari lebaran. Terlebih, momen istimewa itu membentangkan pula pertalian antara seluruh lapisan masyarakat. Dan atas perbedaan itu Pemerintah harus lebih arif dan bijaksana mendengar masukan dari berbagai pihak, sehingga tidak ada potensi perbedaan masuk 1 Syawal 1443 nanti. Begitu kurang-lebih yang dapat kita pahami dari beberapa media yang menyiarkan sikap MUI melalui Sekjendnya. 

Kita memang sangat berharap, kebersamaan lebaran adalah momentum yang sangat tepat untuk kelihatan lebih kompak dalam merajut kebersamaan sesama anak bangsa. Kita melakukan ibadah puasa didasarkan niat dan keikhlasan. Artinya tidak akan ada resah atas lamanya berpuasa. Maka janganlah sampai resah di saat akan mengakhiri puasa. Kita tahu perbedaan Idul Fitri adalah potensi dan kerawanan yang dapat menimbulkan keresahan itu. Tapi dengan toleransi dan pemahaman yang benar atas satu perbedaan akan menjadikan kebersamaan dan persatuan tetap terpelihara.

Mengulang penjelasan Amirsyah yang menerangkan ibadah puasa 1 Ramadan sebenarnya berlaku sama bagi umat di seluruh dunia secara syar'i. Namun, penetapan tanggal dapat berbeda karena metodologi yang berbeda pula.  Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada pedoman hisab hakiki wujud al-hilal. Rumusan tersebut menggarisbawahi bulan Ramadan dikatakan dimulai bila memenuhi sejumlah kriteria secara kumulatif. Kriteria tersebut yakni terjadinya ijtima’ (konjungsi) sebelum matahari terbenam. Selain itu, piringan atas bulan terlihat berada di atas ufuk saat matahari terbenam. Amirsyah mengatakan kriteria-kriteria itu telah terpenuhi pada Jumat (1/4/2022) itu. 

Sementara itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan metode hisab Muhammadiyah dalam menentukan Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha hingga waktu-waktu salat ini sudah digunakan sejak lama, yakni sejak organisasi ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. “Jadi dalam kaitan ini sebenarnya bukan praktik baru di Muhammadiyah, karena Muhammadiyah berpendapat penetapan awal Ramadan dan akhir Ramadan serta Idul Adha merupakan satu rangkaian dalam ibadah.” Tentu saja keyakinan ini tidak dapat diubah begitu saja.

Dengan metode seperti dijelaskan di atas berapapun posisi hilal jika memang perhitungan sudah masuk maka dihitung sebagai bulan baru. Hal itu jelas Mu’ti berdasarkan pada firman Allah di beberapa surat, seperti Surat Ar-Rahman maupun Surat Yunus.Maka sedari awal, lanjut dia, Muhammadiyah telah memutuskan waktu-waktu untuk Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha. Itu sebabnya Muhammadiyah selalu mengumumkan hasil hisab itu tiga momen sekaligus.

Informasi lain kita ketahui bahwa Pemerintah saat ini mengadopsi standar baru. Kemenag memakai standar menteri-menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) 2021. Kriteria baru MABIMS menetapkan hilal dapat diamati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Kabarnya, berdasarkan pengamatan pada Jumat (1/4/2022) malam, bulan masih berada dalam posisi ketinggian kurang dari 2 derajat dan elongasinya sekitar 3 derajat.

Kata seorang pakar, “Hilal kemungkinan tidak teramati. Kalau ada yang mengeklaim melihat hilal, dimungkinkan itu bukan hilal. Secara astronomi klaim itu bisa ditolak.,” terang pakar astronomi, Thomas Djamaluddin saat sidang isbat pada Jumat (1/4/2022) sebagaimana dimuat hajinews.id. 

Terlepas dari pengamatan itu, pihak-pihak terkait tak lantas menjadi saling tuding. Sebab perbedaan interpretasi bersifat relatif. Perbedaan itu juga tidak akan mengurangi pahala seseorang. Maka dalam menyikapi perbedaan harus dihindari pendapat satu-satunya yang benar, sementara yang lain salah. Sikap ini tentu akan menimbulkan masalah dan seolah tidak menerima pendapat lain. Begitu keterangan Sekjen MUI.  

Apa yang kita pahami adalah bahwa Al-Qur’an memang memberikan porsi ‘perbedaan pendapat’, porsi ber-ijtihad lebih banyak agar umat Islam kreatif dan dinamis dan dapat bermusyawarah, bersedia untuk berdialog dan saling memahami satu sama lain. Amirsyah turut menyinggung urgensi dalam bidang pendidikan keagamaan. Ia mengusulkan perubahan arah dalam sistem agar masyarakat Indonesia dapat menjadi lebih toleran. Menurutnya, perbedaan tidak seharusnya melahirkan pertentangan dan permusuhan. Sebab, perbedaan merupakan rahmat. 

Apapun keadaannya, kita sebagai masyarakat di bawah hanya ingin ketentraman dan keyakinan yang tidak mendatangkan perpecahan. Bersatu dalam perbedaan yang ada juga satu rahmat yang harus tetap dijaga. Semoga bangsa kita tetap utuh dan keyakinan kita tidak rusak atau saling meragukan.***

9 Apr 2022

Idul Fitri 1443 Tak Harus Berbeda

Idul Fitri 1443 Tak Harus Berbeda


TENTANG awal Ramadhan tahun 1443 (2022) sudah kita lalui. Masyarakat muslim Indonesia meyakininya berbeda. Ada dua versi 1 Ramadhan 1443. Organisasi Islam seperti Muhammadiyah mengumumkan kepada anggotanya untuk berpuasa pada hari Sabtu (02/04/2022) sementara Pemerintah Republik Indonesia memutuskan awal Ramadhan itu jatuh pada esok harinya, Ahad (03/04/2022). Maka terjadilah perbedaan awal Ramadhan tahun ini.

Di akhir Ramadhan umat akan memasuki Syawal dan tentu saja Hari Raya Idul Fitri. Akankah akhir Ramadhan alias awal Syawal akan terjadi perbedaan? Tidak mustahil jika melihat awalnya yang berbeda. Namun, MUI (Majelis Ulama Indonesia) sudah memberi pernyataan. Mengutip tulisan yang dimuat hajinews.id hari Senin (04/04/2022) lalu MUI menyatakan Perbedaan awal Ramadhan tidak serta-merta akan membuat akhir Ramadhan juga berbeda. MUI Sebut Hari Raya Idul Fitri 2022 Berpotensi Dilaksanakan Serentak, Meski Awal Ramadan Berbeda.

Penjelasan itu mengeaskan bahwa Kementrian Agama dan Muhammadiyah telah mengumumkan tanggal yang berbeda untuk awal menjalankan ibadah puasa Ramadan 1443 Hijriah namun perbedaan tersebut tidak akan menjadi dasar Syawal bebeda. Namun demikian tentu saja masyarakat cukup khawatir juga. Akankah berbeda lagi?

Namun, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memastikan perbedaan tersebut tidak akan terjadi pada hari Raya Idul Fitri nanti. MUI mengatakan bahwa lebaran tahun ini berpotensi akan dirayakan secara serentak. Sebagaimana dikatakan SEkretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan hari Sabtu (02/04/2022) bahwa Idul Fitri berpotensi sama. Untuk itu Amirsyah dikatakan mendorong Pemerintah agar lebih terbuka untuk masalah ini, biar masyarakat tidak merasa cemas.

Amirsyah berharap perbedaan tidak akan muncul terkait hari lebaran. Terlebih, momen istimewa itu membentangkan pula pertalian antara seluruh lapisan masyarakat. Dan atas perbedaan itu Pemerintah harus lebih arif dan bijaksana mendengar masukan dari berbagai pihak, sehingga tidak ada potensi perbedaan masuk 1 Syawal 1443 H. Begitu kurang-lebih yang dapat kita pahami dari beberapa media yang menyiarkan sikap MUI melalui Sekjendnya.

Kita memang sangat berharap, kebersamaan lebaran adalah momentum yang sangat tepat untuk kelihatan lebih kompak dalam merajut kebersamaan sesama anak bangsa. Kita melakukan ibadah puasa didasarkan niat dan keikhlasan. Artinya tidak akan ada resah atas lamanya berpuasa. Maka janganlah sampai resah di saat akan mengakhiri puasa. Kita tahu perbedaan Idul Fitri adalah potensi dan kerawanan yang dapat menimbulkan keresahan itu. Tapi dengan toleransi dan pemahaman yang benar atas satu perbedaan akan menjadikan kebersamaan dan persatuan tetap terpelihara. Semoga.***

24 Mar 2022

Hati-hati, Amal akan Tergerogoti

Hati-hati, Amal akan Tergerogoti


KOSA kata 'amal' sudah menjadi bahasa Indonesia meskipun aslinya dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab dibaca (berasal dari kata) 'amala' yang berarti bekerja atau berbuat atau mengamalkan. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata amal diartikan antara lain 'perbuatan' baik atau buruk; perbuatan baik yang mendatangkan pahala (dalam Islam); yang dilakukan dengan tujuan untuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia. Itulah tiga makna yang dikandungnya. Kata amal sering dipasangkan dengan ibadah sehingga menjadi 'amal-ibadah'.

Mengutip tulisan berjudul Hikmah Pagi : 6 Perkara yang Dapat Menggerogoti Amal Kebaikan yang dimuat di laman hajinews.id hari Senin (21/03/2022) kemarin dikatakan bahwa amal merupakan perwujudan dari sesuatu yang menjadi harapan jiwa. Bentuknya bisa berbagai rupa, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun getaran hati. Nilai suatu amal didasarkan pada niat si pelaku. Ini sesuai keyakinan dan ketentuan dari Allah Swt. Baik amal jariah, amal ibadah, dan amal saleh sepenuhnya akan berkaitan dengan niat itu sendiri. Sabda Nabi, sesungguhnya setiap amal alan ditentukan oleh niat.

Dari tiga jenis amal di atas, amal jariah memiliki spesifikasi tetentu dalam harapan kita kepada Allah. Hal itu karena amal jariah yang berarti “perbuatan yang berkelanjutan” kita pahami sebagai amal yang pahalanya berkelanjutan alias terus-menerus ada meskipun orang yang beramalnya sudah tidak ada. Bentuk lain yang sama dengan amal jariah adalah wakaf. Kata wakap sendiri yang berasal dari kata waqafa mengandung arti “menghentikan, mengekang, atau menahan” karena benda yang jadi objeknya yang ditujukan bagi kemaslahatan umum dan agama, itu seolah tertahan keberadaannya dan pahalanya terus ada.

Pahala amal jariah tidak akan terputus walaupun pemberinya sudah meninggal dunia, selama benda yang diamalkan tersebut masih memberikan manfaat bagi kepentingan umum alias seolah masih tertahan dalam posisi semula. Tentang ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, “Bila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga (hal): sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim).

Kata 'jariah' berasal dari kata 'jara' yang artinya mengalir, tidak putus-putusnya. Maka, amal jariah agar manfaatnya berlangsung abadi, harus dikelola dengan baik. Dan pengelola amal jariah adalah badan wakaf yang menjadikan wakaf itu tetap bertahan dalam posisinya yang bermanfaat. Namun demikian ada hal penting yang perlu diperhatikan agar pahala amal seperti itu tidak hilang atau terputus. Menyitir sindonews.com oleh hajinews.id dan dengan mengutip penjelasan Pimpinan Ponpes As-Shidqu Kuningan, Jawa Barat, Al-Habib Quraisy Baharun, dia menjelaskan ada 6 perkara yang harus dijauhi demi menjaga kemurnian amalan dan tidak tergerogoti pahalnya. Keeam perkara tersebut adalah,

1. Al Istighlal bi’uyubil kholqi;

Artinya sibuk dengan aib orang lain, sehingga lupa pada aib sendiri. Dalam peribaha kita mengenal kalimat, Semut di seberang kelihatan sedangkan gajah di pelupuk mata tidak kelihatan. Ini malapetaka pertama yang akan merusak nila-nilai pahala.

2. Qaswatul Qulub;

Artinya hati yang keras. Kerasnya hati terkadang lebih keras dari pada batu karang. Sulit menerima nasihat. Kerasnya besi masih bisa dilembutkan dengan dibakar. Tapi kerasnya batu dia akan bertahan hingga pecah. Jauhilah keras hati.

3. Hubbud-Dunya;

Maksudnya cinta dunia. Merasa hidupnya hanya di dunia saja. Segala aktivitasnya tertuju pada kenikmatan dunia, sehingga lupa akan hari esok di akhirat. Padahal hidup akhirat lebih kekal dan akan tetap kita alami. Janganlah berlebih mencintai dunia karena akan merusak pahala kita.

4. Qillatul Haya';

Artinya sedikit rasa malunya. Apabila seseorang telah kehilangan rasa malu maka akan melakukan apa saja tanpa takut dosa. Lihatlah seekor hewan yang memang tidak diberi rasa malu. Hewan akan lakukan apa saja. Manusia sesungguhnya sudah diberi rasa malu. Maka janganlah dihilangkan perasaan malu pada diri kita.

5. Thulul Amal;

Artinya panjang angan-angan. Merasa hidupnya masih lama di dunia ini, sehingga ia enggan untuk taubat. Kalimat aku ingin hidup seribu tahun lagi, itu dipahami sebagai kehidupan yang lama di dunia dan digunakan untuk mengingkari Allah. Nauzubillah.

6. Dzhulmun la Yantahi;

Artinya kezaliman yang tak pernah berhenti. Perbuatan maksiat itu biasanya membuat kecanduan bagi pelakunya. Jika tidak segera taubat dan berhenti, maka sulit untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut lagi. Hendaklah diwaspadai ini.

Keenam sifat itu dapat saja menghinggapi semua orang selama orang itu tidak menyadari bahwa itu semua adalah tipuan syaitan. Hendaklah kita jauhi dan tidak sampai menggerogoti pahala amalan kita.***

18 Mar 2022

Yasinan di Malam Nisfu Sua'ban

Yasinan di Malam Nisfu Sua'ban


BAHWA bulan Sya'ban adalah salah satu bulan yang mulia selain bulan Ramadhan pasti sudah kita (muslim) pahami. Bahwa dianjurkan banyak beramal-ibadah pada bulan Sya'ban sebagaimana Nabi Muhammad melaksanakannya juga sudah sama-sama diketahui. Dan salah satu waktu yang diyakini memiliki kekhususan dalam bulan bulan Sya'ban adalah pada malam ke-15 atau setengah dari bulan yang mulia ini. Kita sebut dengan nisfu Sya'ban. Sudahkah kita melaksanakannya untuk bulan Sya'ban tahun 1443 (2022) ini? Itulah pertanyaannya.

Di Masjid Al-Ubudiyah, Wonosari, Kecamatan Meral kegiatan Nisfu Sya'ban dilakukan dengan sederhana saja. Selepas solat magrib di hari Kamis (17/03/2022) itu lalu ada solat sunat Nisfu Sya'ban. Tidak semua jamaah magrib itu ikut melaksanakannya. Mungkin meragukan solat dua rakaat sebelum doa magrib yang dibawakan Pak Imam itu.

Lalu acara berikutnya adalah yasinan. Membaca surah Yasin dengan doa-doa yang disampaikan untuk melengkapi bacan surah Yasin. Pembacaan surah Yasin secara bersama yang diikuti oleh belasan orang jamaah magrib itu berlansgung antara magrib menjelang isya. Dipandu oleh seorang jamaah, Mas Arifin pembacaan surah Yasin dilakukan sebanyak tiga kali. Harapannya, sebagaimana disampaikan oleh pemandu yasinan adalah meminta kepada Allah untuk kesehatan dan kekuatan sehingga Allah kabulkan untuk sampai ke bulan Ramadhan. Harapan lainnya, beroleh rezeki yang cukup dan berkah serta berharap kirianya Allah mematikan dalam keadaan Islam.

Yasinan di malam nisfu Sya'ban bukanlah tradisi berlebihan. Jika Nabi mencontohkan pemuliaan Sya'ban dengan begitu instens beramal, termasuk melaksanakan puasa bagaikan puasa di Bulan Ramadhan, sejatinya kita sebagai umatnya juga membuktikan pemuliaan Sya'ban ini dengan melaksanakan amal-ibadah yang disukai Allah. Dan membaca ayat-ayat Allah, khususnya dengan memilih surah-surah yang disebutkan sebagai surah utama di dalam alquran tiada lain tujuannya adalah untuk mendapatkan berkah dan maghfirah dari Allah. Keyakinan akan dikirimnya buku catatan amalan kepada Allah di malam ke-15 kiranya tidak menimbulkan sesalan kita karena lalainya kita memanfaatkan kemuliaan Sya'ban.***

17 Mar 2022

Status Hamba: Hamba Siapakah Kita?

Status Hamba: Hamba Siapakah Kita?


Catatan Mohd. Nasruddin


Kalau ditanya, mau jadi hambah Allah atau hamba hawa nafsu?, Tentu kita akan menjawab, ya jadi hamba  Allah dong.

Nah sekarang kita tinggal buktikan sendiri, benar ga kita termasuk hamba Allah sementara ini.

Status hamba adalah status penyerahan identitas secara mutlak kepada juragan atau bos kita.

Seorang hamba siap melakukan apapun yang dikehendaki juragan nya tanpa ada hak memilih. Karena itu seorang hamba baru bisa punya hak memilih manakah ia dimerdekakan.

Nah sekarang kita uji, benar ga kita termasuk hamba Allah, atau hanya ngaku ngaku saja, padahal dalam prakteknya kita sesungguhnya hamba hawa nafsu.

Jika juragan kita adalah Allah, dan kita hamba Nya, maka Allah memberikan SOP atau JOBDES kepada kita untuk dilakukan agar kita benar benar diakui sebagai seorang hamba. Apa itu?

Ada rukun Iman, saya yakin, 6 tuntutan Allah ini , mayoritas sudah kita lakukan, meskipun saya yakin kalau kita kupas secara mendalam belum tentu kita lakukan semuanya. Saya ga bahas ini, krn bisa panjang, perlu pembahasan khusus.

JOBDES kedua adalah, rukun Islam, dalam rukun islam ada 5 hal yang harus kita lakukan. Yakni syahadat, sholat,puasa, zakat, dan (haji dan umroh).

Kelima syarat ini secara kuantitatif, mungkin 4 hal yang pertama mungkin sudah kita lakukan, karena tidak memerlukan pengorbanan biaya. Kebanyakan manusia krn kuatnya kemelekatan dunia, jarang yg mampu berhasil jika diuji dg pengorbanan materi. Alasan kedua kebanyakan orang gagal menunaikan rukun Islam  yang ke lima, karena pemahaman yang belum lurus ttg syarat yg ke lima ini dan mudah tertipu bujukan dunia dan hawa nafsu.

Kenapa, saya katakan pemahaman yang belum lurus ttg perintah haji dan umrah. Karena banyak orang memahami ayat manistatho'a ilaihi sabiila secara keliru. Manistatho'a ilaihi sabiila, sering dipahami jika mampu secara ekonomi, jadi kalau merasa tidak mampu, mereka beranggapan terlepas dari kewajiban ini, padahal tidak. Kewajiban ini tdk mungkin gugur semudah itu,Allah nanti akan menimbang, benar ga kita benar benar ga bisa ke sana, atau kita sebenarnya mampu, tapi kita abaikan dan lbh memilih kesenangan duniawi . Karena  ini soal, jiwa kita memandang Allah atau memandang dunia dan hawa nafsu. Buktinya banyak orang mampu, kaya, pejabat, pendapatan banyak, tapi belum berangkat hingga saat ini. Namun, sebaliknya,ada tukang ojek, tukang becak, sudah mampu berangkat karena ketaatan dan cinta.

Kata Sabiil dalam redaksi manistatho'a ilaihi sabiila, bermakna jalan..jadi makna sebenarnya adalah bagi yang mengetahui jalannya atau mampu jalannya. Jadi ini soal cara, metode, dan tekad. Bukan soal ekonomi saja .


Makanya dalam tafsir Ibnu Katsir, ibnu abas, menjelaskan ayat ini, batasan seseorang dianggap mampu itu, dan terkena kewajiban harus memenuhi panggilan Nya adalah ketika dia memiliki 300 dirham. 300 dirham jika dikonversikan ke rupiah saat ini ya, sekitar 4-5 juta-an. kita punya ga uang segitu, untuk Allah, baik uang di tabungan maupun uang hasil menjual aset duniawi? Insyaallah banyak sekali yang punya, tapi merasa ga punya.

Dan lebih lanjut ibnu abas ketika menjelaskan ayat waman kafaro fainnallaho ghoniyyun Anil alamin, adalah bagi yang tidak mau memenuhi panggilan Allah padahal ia mampu, maka ia dianggap kafir.

Dalam sebuah hadits nabi Muhammad, Saw mempertegas konteks ini dg mengatakan, barang siapa yang memiliki kemampuan, tapi tidak memenuhi panggilan Allah hingga ajal menjemput, maka ia akan mati dalam keadaan Yahudi maupun Nasrani. Nauzubillah min dzalik. Ya Allah tumbuhkan tekad dalam hati kami utk ringan memenuhi panggilan Mu ya Allah.

Menafsirkan sebatas kemampuan mu itu harus nya dimaknai semaksimal mungkin kamu bisa, berikan pengorbanan terbaikmu untuk Allah,bukan seminimal mungkin kemampuan yang bisa diberi. Klo seminimal mungkin kemampuan yang bisa diberi,kita memahami hal ini, tidak heran, kita belum berangkat berangkat memenuhi panggilan Nya, karena kita menunggu benar benar ada uang cash lebih, padahal aset nya begitu banyak yang bisa dikorbankan untuk Allah.

Jd manistatho'a ilaihi sabiila itu soal tekad dan metode kita dalam memberikan pengorbanan kita ke Allah, bukan kemampuan ekonomi semata. Nah jangan lagi berlindung dari ayat ini, lalu menganggap kita lepas dari tanggung jawab menunaikan rukun islam ke 5. Ingat ini rukun. Rukun itu di atas wajib. Rukun itu ibarat tiang. Bangunan akan roboh manakala tiangnya tidak ditegakkan. Allah maha teliti hisabnya. Sungguh semua akan dipertanggungjawabkan tanpa ada yang bisa kita sembunyikan.

Nah sekarang ukur sendiri kenapa berkurban untuk Allah dg segenap harta yang Allah titipkan ke kita, kita tidak mampu, sedangkan membeli tanah, beli mobil, jalan jalan , beli HP, dll, sangat ringan bagi kita. Nah kita termasuk hamba siapa?, Hamba Allah atau hamba hawa nafsu?😁🙏🏻

Monas Inspire

Ust.Monas

Hubungi 081266557203

Bagi yang mau umroh ramadhan atau bulan normal atau haji furoda, harga murah, fasilitas mewah

9 Mar 2022

Menjelang Ramadhan, Hati-hati Godaan Syetan

Menjelang Ramadhan, Hati-hati Godaan Syetan


MENJELANG Ramadhan tiba, kurang dari satu bulan lagi, kita akan selalu memperbanyak amal-ibadah kita yang bersinggungan dengan iman, akhlak dan hal-hal berkaitan dengan hati serta jiwa. Secara pisik (badan) kita pasti akan berusaha untuk sehat dan kuat menghadapi puasa nanati. Kesehatan pisik memang diperlukan untuk memastikan kemampuan (kesehatan) berpuasa kita. Tapi secara mental psychis inilah persiapan yang cukup berat sebenarnya.

Tentu saja ada banyak godaan yang akan menghalangi keinginan kita dalam beribadah. Perasaan malas, kurang bersemangat, terlalu sibuk dengan pekerjaan duniawi dan lain sebagainya adalah beberapa contoh godaan non pisik yang dapat menghalangi aktivitas amal-ibadah. Dan harus kita ingat, satu makhluk Allah yang diciptakan-Nya justeru akan menjadi penghalang berat kepada kita dalam melaksanakan amal-ibadah. Itulah syetan dan iblis.

Sangat banyak peringatan Allah kepada hamba-Nya tentang syetan sebagai musuh manusia di hadapan Allah. Banyak ayat menegaskan tentang syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Sebagaimana banyak ditulis dan diulas para ulama bahwa syetan, itu merupakan makhluk ciptaan Allah yang memang ditugaskan-Nya untuk menggoda manusia agar terbawa melawan Allah. Dikatakan dalam kitab suci kalau syetan, itu selalu memiliki banyak cara untuk menggoda kita, manusia.


Bahwa syetan adalah musuh terbesar bagi umat manusia, itu sudah nyata dan terang bagi kita yang beriman seperti yang ditegaskan Allah. Oleh karena itu maka syetan pun akan masuk ke dalam hati setiap kita, manusia. Dan makhluk ini tidak hanya masuk ke hati orang mukmin tapi juga kepada orang kafir sekalipun. Dikatakan dalam kitab suci kalau seytan itu akan terus melakukan upaya untuk membawa hasutan, keburukan, dan kejahatan ke dalam diri manusia, dan akan berusaha menjerumuskannya agar masuk kedalam api neraka. Ini sudah sumpah dari syetan.

Kisah Nabi Adam (manusia pertama yang diciptakan Allah) dan Bunda Siti Hawa adalah kisah yang membuktikan betapa godaan syetan itu memang ada. Sebagaimana sudah sama-sama kita ketahui, bagaimana Nabi Adam dan isterinya Siti Hawa akhirnya diusir dari syurga karena termakan hasutan dan godan syetan. Sudah ada larangan untuk tidak memakan buah khuldi, nyatanya syetan mampu menggoda Adam dan Hawa untuk melanggar larangan itu. Itulah kisah awal bagaimana syetan menggoda manusia.

Mengutip firman Allah pada surah Al-Baqoroh ayat 36 yang maknanya, “Syetan akan memukul dan menyerang manusia dari segala arah, sehingga manusia tak berdaya dan menjadi kufur kepada Allah,” atau ayat lainnya, misalnya pada surah Al-A'raf ayat 17 yang maknanya, ”Kemudian saya (syetan atau iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur atau taat,” maka keyakinan kita tidak rusak sedikitpun perihal keberadaan syetan sebagai penggoda manusia.

Oleh karena itu, guru-guru kita, para ulama dan para cerdik-pandai dalam agama memberikan peringatan kepada kita agar berhati-hati dengan godaan syeten. Perlu kita pahami ada banyak tempat dan cara syetan menggoda kita agar terbawa cara mereka. Dikutip dari laman hajinews.id yang melansir dari rumaysho, ada empat pintu utama syetan untuk menggoda kita, yaitu, 

1. Banyak Memandang Lawan Jenis;

Ternyata syetan menjadi pandangan atau cara memandang sebagai salah satu pintu masuk untuk menggoda manusia. Syetan akan menggoda manusia dengan aneka cara yang salah satunya dari pandangan. Terkhusus memandang lawan jenis. Seorang laki-laki memandang perempuan atau sebaliknya. Dari sini terbuka kemungkinan timbulnya nafsu dan dari nafsu yang tidak terkendali itulah lahirnya dosa.

Satu hal yang diperintahkan Allah kepada manusia agar terpelihara dari pandangan yang salah adalah dengan cara berjalan menunduk. Kita baca firman Allah pada surah An-Nur ayat 30 yang maknanya, ”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya.” Atau pada surah yang sama ayat berikutnya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya.” Itu membuktikan Allah sudah mewanti-wanti kita agar terjaga pandangan yang mengarah kepada munculnya nafsu.

2. Terlalu Banyak Bicara;

Satu hal yang penting diingat bahwa ternyata syetan menggunakan kata-kata manis untuk menipu manusia. Kadang manusia akan lebih banyak berbicara, dan ucapannya terkadang akan banyak membicarakan orang lain. Di sinilah masuknya strategi syetan agar kita terjerumus ke dalam perangkap dia.

Oleh karena itu perlu kita menjaga bicara kita. Menjaga bicara atau ucapan adalah hal yang dianjurkan oleh agama, karena perkataan adalah alat yang paling kejam dalam menyakiti hati orang lain. Kata peribahasa orang tua-tua, luka oleh senjata bisa diobati, tapi luka oleh lidah tidak sembuh selamanya. Ingat, salah berbicara dapat menimbulkan fitnah, seperti membicarakan orang lain baik dalam kebaikkannya atau pun kejelekannya. Maka janganlah suka terlalu banyak berbicara jika itu tidak ada gunanya.

3. Banyak Makan (Rakus); 

Allah lengkapi diri kita dengan hawa nafsu, pada hakikatnya berguna untuk kepentingan kita. Bukan hanya nafsu syhwat tapi nafsu lainnya termasuk nafsu makan, itu penting bagi manusia. Sebagai umat muslim, menjaga hawa nafsu itu ternyata juga penting karena akan menyadarkan kita kepada Sang Kholiq yang memberi nafsu. Dan dengan itu kita akan menggunakan nafsu dengan sebaik-baiknya.
 

Kekeliruan menggunakan nafsu, khususnya dalam nafsu makan ternyata sangat buruk efeknya kepada kita. Banyak makan atau menjadi rakus ternyata itu merupakan sifat syetan. Umat Islam dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw untuk makan secukupnya saja. Kata Nabi dalam salah satu hadits, “Makanlah jika kamu lapar dan berhentilah sebelum kamu kenyang”. Artinya jangan berlebih-lebihan.

4. Terlalu Banyak Bergaul (Tak Terbatas);

Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain dalam segala urusannya. Termasuk kebutuhan bergaul. Hanya saja, bergaul merupakan salah satu jalan syetan menjerumuskan manusia. Tentu saja jika pergaulannya tidak terkontrol atau tidak terbatas. Disebut juga dengan pergaulan bebas.

Pergaulan yang tak terbatas (tak ikut aturan) akan cenderung berbuat maksiat. Dari informasi pergaulan, didapatkan info tentang perjudian, pencurian dan lainya. Itulah jalan yang akan dipakai syetan untuk menjerumuskan manusia.
 

Tentu masih ada cara dan tempat tertentu lainnya yang akan dipakai syetan sebagai jalan menjerumuskan manusia. Maka, waspadalah hendaknya kita. Khusus menyambut Ramadhan yang akan bersama kita, marilah kita jaga betul diri kita untuk tidak sampai tergoda oleh syetan Semoga Allah senantiasa melindungi kita dan keluarga serta sahabat-sahabat kita.***

8 Mar 2022

Mari Bersalawat dengan Pahala Berlipat-lipat

Mari Bersalawat dengan Pahala Berlipat-lipat


SATU artikel pendek berjudul Inilah Shalawat yang Membuat Malaikat Kerepotan Mencatat Pahalanya diposting di laman hejinews.id pada Kamis (03/03/2022) lalu mengingatkan kita betapa amalan ringan seumpama membaca salawat nabi, itu sangatlah besar pahalanya. Bersama bulan Syakban yang sudah kita masuki sejak beberapa hari lalu layak tulisan itu kita ulang baca dan kita pahami pesannya. Selanjutnya kita amalkan sebagai bagian persiapan kita menghadapi Ramadhan tahun ini.

Kita tahu bahwa seorang muslim memang dianjurkan untuk memperbanyak salawat kepada Nabi Muhammad Saw karena fadhilahnya yang sangat hebat. Dalam hadits sudah disebutkan, jika seseorang bersalawat satu kali saja maka Allah akan bersalawat untuknya 10 kali. Nah, lho betapa besar keuntungan bagi kita jika dengan tulus kita bersalawat kepada Nabi. 

Ternyata dari banyak lafaz salawat yang diajarkan Nabi, ada satu salawat yang pahalanya sangat besar. Dikatakan, tidak terbatas jumlahnya. Bahkan para Malaikat saja sampai kerepotan mencatat pahala salawat ini. Dikutip dari catatan singkat di atas, disebutkan bahwa Abul Hasan al-Bakri, Abu ‘Umarah bin Zaid al-Madini dan Muhammad bin Ishaq al-Mathlabi meriwayatkan begini,  "Suatu hari ketika Nabi Saw berada di masjid, seorang lelaki yang menutup wajahnya datang menemui beliau. Lelaki itu membuka kain penutup wajahnya dan berkata dengan fasih: Salam sejahtera untukmu duhai manusia yang memiliki kemuliaan yang menjulang tinggi dan tak tertandingi.” ⁣Ini makna salawat dalam Bahasa Indonesianya. 


Nabi kemudian mendudukkan lelaki tersebut di antara beliau dan Sayyidina Abu Bakar. ⁣Abu Bakar memandangi lelaki itu kemudian berkata kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, mengapa engkau mendudukkannya di antara aku dan engkau, sedangkan aku mengetahui bahwa di muka bumi ini tidak ada seseorang yang engkau cintai melebihi diriku?” ⁣

Rasulullah kemudian bersabda: “Wahai Abu Bakar, Jibril memberitahuku bahwa lelaki ini suka bersaalawat kepadaku dengan sebuah salawat yang belum pernah dibaca oleh siapapun sebelumnya.” ⁣ Lalu Sayyidina Abu Bakar pun lantas berkata: “Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku salawat yang ia baca agar aku dapat bersalawat kepadamu dengannya.” ⁣Lalu Rasulullah menyebutkan salawat dimaksud sebagai berikut, 

Allohumma sholli ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala aali Sayyidina Muhammadin fil awwaliina wal aakhirin, wa fil mala-il a’la ila yaumiddiin.⁣

Lalu Abu Bakar bertanya: “Ya Rasulullah, apakah balasan yang akan diperoleh seseorang yang membaca saalawat ini?” ⁣Rasulullah menjawab: “Wahai Abu Bakar, engkau telah menanyakan sesuatu yang aku tidak mampu menghitungnya. Seandainya lautan menjadi tinta, pepohonan menjadi pena dan para malaikat menjadi juru tulis, maka lautan akan kering, pepohonan akan habis sedangkan para Malaikat belum selesai mencatat pahala shalawat ini.” ⁣

Sesungguhnya bersalawat kepada nabi, dalam bacaan seperti apapun selala itu bermakna memuji Nabi Muhammad, maka kita sudah tercatat sebagai umat yang menerima syafaat Nabi dari salawat yang sudah kita bacakan. Maka, marilah kita bersalawat, terkhusus bersempena menjalani hidup di bulan mulia, Syakban ini. Memperbanyak salawat pada bulan ini juga menjadi salah satu kesempatan terbaik bagi kita untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Semoga.***

7 Mar 2022

Laporan Peringatan Israk-Mikraj Kampung Wonosari

Laporan Peringatan Israk-Mikraj Kampung Wonosari


BERTEMPAT di ruang aula --saat ini aula menjadi ruang solat sementara-- Masjid Al-Ubudiyah, Wonosri, Meral, Jumat (04/03/2022) malam dilaksanakan peringatan Israk Mikraj (IM) Nabi Besar Muhammad Saw. Kegiatan dilaksanakan oleh pengurus Masjid Al-Ubudiyah bersama masyarakat RW 007 Wonosari, Baran Barat, Kecamatan Meral. Diundang sebagai penceramah Buya Syarifuddin Al-Makky, pimpinan Pondok Pesantren Syawarikul Anwar, Kabupaten Karimun.

Bakda Isya, masyarakat Wonosari sudah berkumpul di ruang kegiatan. Sebelum acara pokok dimulai panitia menghidangkan hiburan solawat nabi dengan mengundang Grup Nasyid Syawarikul Anwar yang juga dipimpin oleh Buya Syarifuddin Al-Makky. Pak Syarifuddin sendiri ikut membawakan nasyid solawat di awal akan dimulainya tausiah yang akan dia sampaikan.

Prosesi acara diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci alquran yang dibawakan oleh salah seorang santri Pondok Pesantren Syawarikul Anwar. Dengan membawakan ayat-ayat pada surah Al-Isra santri ini membuat suasana ruangan yang didominasi oleh anak-anak, itu terasa khidmat. Lebih tenang berbanding sebelum pembacaan alquran.

Acara kedua, Pidato Sambutan oleh Ketua Pengurus Masjid Al-Ubudiyah, H. Suaprdi. Dalam pidatonya dia mengajak masyarakat, khususnya jamaah yang hadir pada malam itu untuk mengikuti acara peringatan IM dengan baik. "Meskipun peringatan ini sedikit terlambat, tetaplah ini penting bagi kita sebagai umat Islam," katanya mengingatkan. Pak Pardi, begitu dia dipanggil mengajak seluruh hadirin untuk menyimak apa-apa yang akan disampaikan oleh Buya Syarifuddin dalam tausiah nanti. "Mari kita simak ceramah buya kita," pintanya.

Acara selanjutnya adalah tausiah agama yang disampaikan oleh Buya Syarifuddin Al-Makky. Sebelum memulai pidato, dia mengawali dengan solawat nabi yang diiringi oleh musik dari grup Syawarikul Anwar. Cukup panjang bacaan solawat yang dibawakan oleh Buya bersama anggota grup nasyid pimpinannya sebelum menyampaikan materi tausiah. Setelah itu barulah dia memulai pidato ceramahnya. 

Ada banyak pesan yang disampaikannya berkaitan dengan peristiwa IM, khususnya berkaitan dengan perintah solat sebagai salah satu misi peristiwa IM. Tentang pentingnya solat yang langsung dijemput Nabi ke hadapan Allah, tentang pentingnya solat sebagai syarat keselamatan umat di hadapan Allah dan hal-hal lain, itulah materi ceramahnya. Hadirin cukup antusias menyimak isi ceramahnya. Hingga pukul 22.25 barulah selesai ceramahnya dengan ditutup dengan doa oleh buya langsung.***