30 Jun 2022
25 Jun 2022
Rapat Singkat Berkeputusan Berat
JUMAT (24/06/2022) malam, bakda isya pengurus Masjid Al-Ubudiyah, Wonosari, Meral menghelat rapat. Rapat singkat tapi keputusannya cukup padat dan kuat. Meski terasa berat, peserta rapat sepakat keputusan itu mesti dibuat. Tujuannya agar segera terasa manfaat.
17 Jun 2022
Pesan Surah Ar-Rahman, Agar Tidak Kufur Nikmat
JIKA kita baca surah Ar-Rahman, surah ke-55 dari 114 surah yang ada di dalam alquran, kita akan terenyuh. Kita akan bersyukur dan tidak akan melupakan rahmat dan nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kita. Meneruskan pesan tulisan berjudul Hikmah Pagi : 8 Keutamaan Surat Ar Rahman, Pengingat Agar Tidak Kufur Nikmat yang diposting Sitha pada hari Kamis (16/06/2022) kemarin di laman hajinews.id kita diberi 8 (delapan) keutamaan surah Ar-Rahman jika kita membaca dan memahaminya..
5 Jun 2022
Mabrur, Sehat, Barokah, Inilah Slogan Haji Kita
ALHAMDULILLAH, suka cita kita, pemberangkatan Jamaah Calon Haji (JCH) Indonesia bermula pada hari, Sabtu (04/06/2022) kemarin. Seperti dapat kita baca di banyak media bahwa keloter pertama akan terbang di lima embarkasi, Solo, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Surabaya dan Padang. Mengutip pernyataan Saiful Mujab (Direktur Layanan Haji Dalam Negeri) seperti dimuat okezone.com (02/06/2022) "Insya Allah kloter pertama akan terbang pada tanggal 4 Juni 2022, yaitu ada lima penerbangan di lima embarkasi yaitu Solo, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Surabaya, dan Padang."
2 Jun 2022
Ini Info Membuat Senang, Salat di Masjid Haram Tak Perlu Bimbang
BERITA yang dishare oleh situs hajinews.id kemarin, Rabu (01/06/2022) membuat kita senang. Paling tidak bagi para calon haji tahun ini, inilah berita yang membuat bertambah senang setelah senang pertama terpilih untuk berangkat kie Tanah Suci tahun 2022 (1443) ini. Setelah dua musim haji kita (dari Indonesia) tidak pergi haji tersebab covid-19 kini kesempatan itu tiba. Tentu bangga dan senang.
31 Mei 2022
Doa Harian Doa Kita
Ada banyak doa yang bertebaran di media selain tentu saja terkumpul pada buku-buku doa yang ditulis dan dibuat oleh para ulama, ustaz atau guru-guru kita. Doa-doa berikut ini adalah sebagian dari doa yang boleh jadi sudah senantiasa kita baca di setiap kesempatan dan momen terbaik kita. Boleh jadi juga kita temukan pada media sosial dan media massa lainnya.
Izinkan saya mengulang tulis (jika sudah ditulis) atau mengulang baca (jika sudah dibaca) sebelum-sebelum ini. Sekali lagi, kita berharap semoga Allah mengabulkan doa-doa kita.
Bismillahirrohmaniirrohiim,
Alhamdulillahi robbil alami, asshsholaatu wassalamu ala Sayyidina Muhammadin wa aalihi ajma'in.
Allahumma Ya Allah
Seandainya hari ini masih menjadi bagian hidup kami
Berikanlah kemudahan dan kelancaran untuk segala urusan kami
Allahumma Ya Allah
Seandainya rezeki yang Engkau turunkan masih ada bagian hak kami
Berikanlah kepada kami dalam jumlah cukup, berkah, dan halalan thayyiban.
Allahumma Ya Allah
Seandainya keluarga, saudara-saudara, sahabat-sahabat masih diperkenankan mewarnai kehidupan kami
Jadikanlah mereka sebagai warna-warni keindahan, penuh kasih sayang, rukun dan damai di antara kami.
Jika kami dalam keadaan sakit, angkatlah penyakit kami dan ganti dengan kesehatan untuk kami.
Allahumma Ya Allah
Seandainya usia ini masih Engkau berikan kepada kami
Berikanlah sisa usia yang penuh manfaat dan barokah kepada kami dan kepada orang-orang lainnya.
Allahumma Ya Allah
Kami menyadari betapa besar dan luasnya rahmat dan nikmat-Mu untuk kami
Bukalah mata hati kami agar kami menjadi hamba-Mu yang selalu bersyukur atas anugerah rahmat dan nikmat serta curahan kasih sayang-Mu
Jadikanlah kami menjadi orang yang sabar dan ikhlas menerima takdir-Mu
Allahumma Ya Allah
Kami menyadari betapa pentingnya hubungan baik sesama kami
Jagalah silaturahim kami dan jauhkan kami dari segala fitnah atas diri kami
Jauhkan bencana dan malapetaka atas kelalaian kami menjaga silaturrahim di antara kami
Allahumma Ya Allah
Berikanlah ridho-Mu serta limpahkan jua pahala kepada kami atas segala kebaikan yang kami lakukan
Ijabahlah doa kami ini, amin ya robbal alamin.
Walhamdulillahi robbil alamin.***
30 Mei 2022
Din Syamsuddin: Rasa Ketakutan Lahirkan Ujaran Kebencian
UJARAN kebencian menjadi frase yang cukup menakutkan, belakangan. Kelompok kata ini bisa membuat tidak nyaman jika sudah dituduhkan kepada seseorang. Jika kita dicap telah mengucapkan kalimat yang dinilai mengandung 'ujaran kebencian' maka bersiap-siaplah akan berhadapan dengan aparat hukum. Polisi akan mempermasalahkan setelah mendapat laporan.
24 Mei 2022
Merenungkan Kisah-kisah dalam Alquran
KANDUNGAN kitab suci (alquran) sangatlah luas. Tidak sekadar 'perintah' dan 'tegah' saja. Begitu selalu kita dengar ceramah para ustaz dan ulama. Juga yang kita baca di kitab-kitab atau media yang ada. Alquran adalah kitab terlengkap yang pernah ada. Sebagai firman Tuhan isi alquran tidak ada yang diragukan. Bahasa alqurannya, la raiba fiihi, tidak ada keraguan ke atasnya.
Salah satu kandaungan alquran adalah tentang kisah-kisah atau peristiwa. Setidak-tidaknya ada tiga macam kisah dalam Al-Qur’an . Ada kisah-kisah Nabi terdahulu yang mencakup tentang sepak terjang dakwah mereka kepada kaumnya. Atau tentang mukjizat yang Allah berikan kepada mereka dan para penentang dakwahnya serta perjalanan dan perkembangan dakwah mereka.
Lalu ada kisah-kisah yang menceritakan kejadian-kejadianmasa lalu serta orang-orang yang tidak termasuk nabi namun Allah sebut di dalam alquran. Kita mengenal nama wanita, Maryam yang melahirkan Nabi Isa As atau sosok yang bernama Lukman. Dan kisah lainnya adalah kisah-kisah yang terkait peristiwa pada zaman Nabi Muhammad Saw. Seperti, perang Badar, perang Uhud dan beberapa peristiwa lainnya.
Tentu saja ada maksud dan tujuan mengapa Allah mengisahkan peristiwa-peristiwa itu. Seperti dijelaskan Syaikh Manna’ al-Qaththan, dalam buku berjudul Mabahits fi Ulum Al-Quran, adanya kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur’an itu mempunyai beberapa tujuan atau hikmah. Hikmah itu antara lain, Pertama, sebagai bukti kesamaan misi dakwah Al-Qur’an dengan Nabi terdahulu. Di dalam kitab-kitab Nabi terdahulu itu tertulis informasi tentang datangnya Nabi terakhir. Tetapi sangat disayangkan, fakta ini sengaja disembunyikan, bahkan hal ini dilakukan oleh para pemuka agamanya sendiri.
Penyampaian kisah-kisah dalam alquran itu adalah sebagai bentuk untuk memperlihatkan bahwa apa yang dibawa Nabi Saw dan nabi-nabi sebelumnya sama, menjelaskan tentang ketuhanan yang sama. Artinya sekaligus untuk mengajak umat manusia untuk menyembah Tuhan yang Esa. Jika kisah-kisah nabi sebelumnya tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, bagaimana bisa para pembaca mengetahui kesamaan misi dakwahnya.
Kedua, bahwa kisah dalam Al-Qur’an memantapkan hati Nabi Saw dan umatnya atas agama. Hal ini digambarkan dengan perjuangan Nabi dan umat Islam dalam berdakwah dan menyebarkan agama Allah ini dengan berbagai penolakan bahkan siksaan yang dialami mereka. Maka untuk menghadapi itu dibutuhkan keimanan yang kuat dan spirit (semangat) yang dapat menjadikan hati mereka untuk mengobarkan cahaya keimanan.
Beratnya medan juang juga dirasakan oleh para utusan terdahulu. Intimidasi terhadap umat yang beriman juga pernah dialami oleh umat terdahulu juga. Namun, hal itu hanya sebagai cobaan saja, karena kemenangan akan tercapai cepat atau lambat dan kebatilan akan segera sirna.
Ketiga, bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur’an membenarkan kenabian sekaligus mengenang jasa Nabi terdahulu. Ini dapat kita amati dari hadits yang menyebutkan bahwa kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkan hamba-hamba-Nya dan meminta pertanggungjawaban masing-masing mereka.
Di lain sisi, kisah Al-Qur’an juga membuktikan kebenaran dakwah Nabi Saw. Keberadaan kisah-kisah dapat menjadi bukti kebenaran Nabi karena melihat faktor bahwa Nabi tidak pernah belajar sejarah dari seorang pun. Namun demikian, kevalidan cerita-cerita yang disampaikannya dapat dibuktikan secara ilmiah di masa-masa modern walaupun orang-orang tidak percaya kepada beliau. Malah ada yang menganggap apa yang dibawa oleh nabi sebagai sesuatu yang mengada-ada, bahkan menuduh Nabi sebagai orang yang gila.
Keempat, kisah-kisah dalam Al-Qur’an juga dapat menjadi bantahan bagi ahli kitab yang menghilangkan fakta-fakta kebenaran. Hal ini berangkat dari klaim-klaim ahli kitab yang kebanyakan mengada-ada, ataupun merekayasa suatu hal. Seperti, halnya mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, ataupun sebaliknya.
Tidak hanya itu, kisah Al-Qur’an juga dapat berfungsi sebagai sarana pembelajaran yang efektif. Seperti diungkap sebelumnya, bahwa sebuah kisah itu merupakan salah satu bentuk kesusastraan yang dapat memancing perhatian pendengar dan lebih efektif menanamkan sebuah ajaran ke dalam hati. Berkisah ini telah menjadi salah satu sarana dan metode dalam pendidikan yang efektif dalam pembelajaran.***
20 Mei 2022
Salat Subuh dan Keutmaannya
17 Mei 2022
Pemuda Penghuni Surga, itu Karena Berakhlak Mulia
SETIAP kita ingin masuk surga. Siapapun kita. Berporfesi apapun kita. Karena surga adalah janji Allah yang merupakan tempat berlabuh terakhir dan abadi nan terindah setelah kematian manusia maka semua kita ingin menghuninya. Kita ingin tinggal di sana. Apakah kita akan mendapatkannya, inilah pertanyaannya.
Tersebab pernyataan Nabi itu para sahabat heran dan penasaran. Lalu bertanya dalam hati, apa gerangan yang membuatnya masuk surga? Dalam satu kisah, sebagaimana dikutip dari ceramah Direktur Quantum Akhyar Institute, Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan sebuah kisah tentang calon penghuni surga. Dikatakan dalam kisah itu, bahwa orang itu bisa-biasa saja ibadahnya. Lantas, amalan apa yang ia perbuat sehingga dijamin masuk surga? Dari hadits diriwayatkan Imam Malik Rasulullah Saw pernah berkata kepada para sahabat “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga.”
Perkataan Rasulullah itu membuat para sahabat penasaran dengan sosok yang disebut oleh Nabi. Pada saat itu, para sahabat melihat seorang laki-laki Anshar dengan wajah basah. Laki-laki tersebut baru saja mengambil air wudhu sambil membawa sepasang sandal jepit. Sekilas tak ada sesuatu yang istimewa pada laki-laki tersebut.
Keesokan harinya, Rasulullah Saw mengatakan hal yang sama: “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga”. Para sahabat pun semakin penasaran dengan sosok yang dimaksud Rasulullah. Namun, laki-laki yang membawa sepasang sandal jepit itu muncul lagi di hadapan para sahabat.
Ternyata Rasulullah Saw kembali mengatakan hal yang sama untuk ketiga kalinya. Para sahabat kemudian bertanya-tanya apa alasan laki-laki itu disebut sebagai calon penghuni surga. Salah satu sahabat, Abdullah bin Amr bin Ash pun memutuskan untuk membuntuti laki-laki yang disebut sebagai calon penghuni surga itu. Abdullah bin Amr bin Ash penasaran kira-kira amalan apa yang membuat laki-laki tersebut jadi salah satu orang yang selamat pada hari akhir.
Sahabat Rasulullah Saw itu kemudian meminta izin kepada laki-laki tersebut untuk menginap di rumahnya. Dengan begitu, dirinya akan mengetahui amalan apa yang dilakukan oleh laki-laki itu. “Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Jika boleh, aku ingin tinggal bersamamu selama tiga hari,” ujar Abdullah kepada laki-laki itu.
Laki-laki itu pun menyambut dengan gembira: “Tentu, silakan,” Selama 3 hari menginap, Abdullah hanya melihat si laki-laki melakukan ibadah yang biasa saja. Laki-laki itu bahkan tak tak pernah menunaikan ibadah sholat Tahajud di sepertiga malam. Abdullah bin Amr selalu mendengar laki-laki itu berzikir dan bertakbir saat terjaga dari tidur. Selain itu, laki-laki itu baru bangun saat waktu sholat subuh tiba. Laki-laki itu juga tak pernah menjalankan puasa sunnah. Meski begitu, Abdullah melihat bahwa laki-laki itu hampir tak pernah berbicara dan hanya melontarkan ucapan yang baik.
Saat akan beranjak pulang, Abdullah akhirnya mengakui bahwa dirinya menginap hanya untuk mengetahui amalan yang membuat laki-laki itu menjadi calon penghuni surga. “Wahai hamba Allah, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku. Tujuanku menginap di rumahmu adalah karena aku ingin tahu amalan yang membuatmu menjadi penghuni surga, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Aku bermaksud dengan melihat amalanmu itu aku akan menirunya supaya bisa menjadi sepertimu. Tapi, ternyata kau tidak terlalu banyak beramal kebaikan. Apakah sebenarnya hingga kau mampu mencapai sesuatu yang dikatakan Rasulullah sebagai penghuni surga?” tanyanya.
“Aku tidak memiliki amalan, kecuali semua yang telah engkau lihat selama tiga hari ini.” jawab laki-laki itu. Dan ketika Abdullah berniat keluar dari rumah, laki-laki itu kemudian memanggilnya sambil mengatakan, “Benar, amalanku hanya yang engkau lihat. Hanya saja, aku tidak pernah berbuat curang kepada seorang pun, baik kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri ataupun hasad kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya,” kata laki-laki tersebut.
Menurut Abdullah, mungkin amalan inilah yang membuatnya mendapatkan nikmat dari Allah sebagai calon penghuni surga. “Kemungkinan amalan inilah yang membuatmu mendapatkan derajat yang tinggi. Ini adalah amalan yang sangat sulit untuk dilakukan,” ujar Abdullah.
Dari kisah tersebut, kita bisa belajar bahwa sifat iri, dengki dan hasad dilarang dalam agama Islam. Rasulullah Saw bersabda, "Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu disini –beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali-. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” (HR Muslim).
7 Mei 2022
Dua Kemenangan di Bulan Ramadhan, Tetaplah Dipertahankan
Catatan M. Rasyid Nur
Kemenangan kemurahan hati
yang mampu mengalahkan sifat kikir dan tamak adalah kemenangan besar yang sebagian orang mampu meraihnya di bulan Ramadan dan sebagiannya mungkin belum mampu meraihnya. Ada banyak orang yang kikir dan tamak yang tiba-tiba berubah pada bulan puasa menjadi murah hati. Perasaan tidak ingin berbagi yang selama ini ada di hati bisa berubah menjadi ingin berbagi selama bulan puasa. Itulah kemenangan kemurahan hati.
Benar, kalau tamak dan kikir adalah penyakit yang bersarang di hati yang menjadi penyebab seseorang tidak mau berbagi. Hasrat ingin kaya yang tidak pernah puas membuat seseorang tidak sudi berbagi harta kekayaan dengan orang-orang yang membutuhkan. Boleh jadi karena tidak memahami bahwa pada harta kekayaan yang dimiliki ada hak orang lain di dalamnya. Atau jika sudah memahmi tetap saja tidak mau berbagi karena sifat tamak dan kikir tadi. Setiap diri dialah yang tahu mengapa seseorang tidak mau berbagi.
Alhamdulillah di bulan Ramadan sifat buruk itu dapat dikalahkan. Sifat murah hati mengalahkan sifat kikir dan tamak. Ini satu kemenangan yang tidak akan mudah. Tidak juga bisa datang serta-merta. Lazimnya karena usaha yang berat dan bersungguh-sungguh. Di bulan Ramadan hidayah Allah diberikan kepada orang-orang yang berusaha untuk mendapatkannya. Maka rajinlah orang yang tadinya kikir, kini menjadi murah hati untuk berbagi. Sifat kikir dan tamaknya dapat ditekan dan dikalahkan oleh sifat murah hatinya.
Kita tahu bahwa ketamakan dan kekikiran adalah adalah sisi buruk dari perilaku manusia yang sebenarnya akan mendatangkan mudharat. Disadari atau tidak sifat buruk inilah yang akan menjadi sumber malapetaka sosial yang melanda umat. Besarnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang melanda suatu daerah atau di negera kita pada hakikatnya disebabkan karakter kikir dan tamak dari sebagian orang. Jurang pemisah antara kaya dan miskin, pejabat dan rakyat pada hakikatnya bermula dari terpeliharanya sifat kikir dan tamak. Maka beruntunglah jika kita mampu mengalahkan sifat ini, setidak-tidaknya dalam bulan Ramadan itu. Mari niatkan dan usahakan untuk seterusnya di bulan-bulan yang akan datang.
Kemenangan kedua yang ingin diulangbualkan di sini adalah kemenangan keikhlasan hati yang mengalahkan sifat riya. Kemangan ini juga menjadi kemanangan yang sangat penting bagi kita jika mampu meraihnya. Tidaklah mudah menjadi orang ikhlas (mukhlisin) yang sesungguhnya menjadi penentu nilai ibadah kita di mata Allah.
Mukhlisin atau orang-orang ikhlas adalah golongan orang-orang yang Allah begitu ridha dengan mereka. Namun seikhlas-ikhlasnya dalam setiap amal tidak boleh sedikitpun merasa aman dari penyakit riya. Di sinilah peran kesabaran dalam ketaatan menjalankan perintah Allah. Kesabaran adalah proses puncak menuju maqam mukhlisin. Perlu proses juga untuk mendapatkannya.
Puasa mengajarkan kita tentang bagaimana sebuah amal yang kita kerjakan hanya diketahui oleh Allah. Rasulullah sampai mengingatkan para sahabatnya, “Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, maka para sahabat bertanya: ‘apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?’. Beliaupun bersabda: ‘Syirik kecil itu adalah riya’. Pada hari kiamat ketika manusia dibalas dengan amal perbuatannya maka Allah akan berkata kepada orang-orang yang berbuat riya: ‘pergilah kalian kepada apa-apa yang kalian berbuat riya’, maka lihatlah apakah kalian mendapat balasan dari mereka”. (HR. Ahmad). Artinya riya itu sebuah penyakit yang mesti diobati atau dilawan.
Para ustaz sudah selalu mengingatkan bahwa penyakit riya amatlah berbahaya karena ia akan menjangkiti seseorang bukan dalam keadaan seseorang bermaksiat tetapi justru ketika seseorang beramal shalih. Selain itu bila seorang yang beriman dalam amal shalihnya ternodai oleh sifat riya, berarti terdapat dalam dirinya satu bagian dari sifat-sifat kaum munafiqun. Alhamdulillah, jika proses ibadah selama puasa kemarin dapat mengalahkan penyakit ini maka itulah kemenangan penting yang juga akan mengantarkan kita ke pintu syurga.
Untuk dua kemenangan ini dan atau kemenangan-kemenangan lainnya, sikap kita tentu saja menjaga, merawat dan mempertahankannya untuk terus dilaksanakan pada waktu-waktu ke depannya. Semoga Allah memelihara kita untuk mampu bertahan dengan kemenangan ini.***
6 Mei 2022
Materi Khutbah Idl Fitri: Hakikat Kembali ke Fitrah*
PERTAMA-tama, marilah kita persembahkan puji dan syukur kita ke hadhirat Allah Swt atas kesempatan kita bisa berkumpul di tempat ini untuk menunaikan shalat Idul Fitri sembari kita mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai pengakuan kita akan kebesaran-Nya. Idul Fitri adalah hari raya kita, umat Islam yang disebut hari raya berbuka. Artinya, setelah sebulan penuh kita berpuasa, menahan lapar dan dahaga, kini tibalah saatnya hari berbuka. Itulah Hari Raya Berbuka.
Shalawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad Saw, Nabi yang telah mengajarkan kepada kita pentingnya menunjukkan kepedulian kepada sesama manusia juga dengan alam di sekeliling kita. Kita berdoa semoga keselamatan dan kesejahteraan tercurah kepada beliau, keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya, allohumma solli ala sayyidina Muhammad...
Sebagai muslim, kita perlu dan wajib meyakini bahwa Allah Swt tidaklah akan menciptakan kita kecuali semata untuk menyembah-Nya. Firman Allah, .... yang artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku," (Az-Dzariyat: 56) sangat jelas menegaskan itu. Oleh sebab itu, jika ada manusia yang menyombongkan diri tidak mau taat dan tunduk kepada Allah, maka ia telah mengingkari tujuan ia diciptakan. Akibat dari keingkaran tersebut, ia akan menghuni neraka dalam keadaan dihinakan, na’uzubillahi minzalik.
Hadirin, ketika kita masih berada di alam rahim, sesungguhnya Allah Swt telah meminta dan mengambil perjanjian kesiapan dari kita sebagai manusia untuk menyembah hanya kepada-Nya sebelum kita lahir ke muka bumi. Allah menanyai ruh kita tentang kesiapan mengakui Allah Swt sebagai Tuhannya dengan semua konsekuensinya. Lalu ruh menjawab dengan tegas bahwa ruh bersaksi tiada 'Tuhan selain Allah' yang berhak diimani dan disembah.
Sebagaimana firman-Nya, Allah bertanya kepada ruh, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap (ketauhidan) ini” (Al-A’raf: 172). Inilah bukti kesanggupan kita ketika masih berupa ruh.
Dalam menjaga komitmen kehambaan yang diikrarkan pada alam rahim tersebut, Allah Swt memerintahkan manusia (setelah lahir), agar menghadapkan wajah kepada agama yang lurus sebagai fitrah kehambaannya. Kita simak firman Allah sebagai berikut, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30) Jika kita melaksanakan perintah ini, itulah pertanda kita bertahan dengan fitrah kita.
Fitrah adalah kesucian jiwa yang senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah. Namun keadaan manusia dan lingkungan sekitarnya telah mempengaruhi kita sehingga menodai kesucian fitrah tersebut. Maka berubahlah ketauhidan menjadi kemusyrikan, keimanan menjadi kekafiran. Padahal kita sudah diberi tahu oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya,
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Untuk mengembalikan hakikat fitrah itulah sesungguhnya Allah menganugerahkan bulan Ramadhan. Kita diwajibkan berpuasa agar kita berkesempatan menjadi orang bertakwa sebagai implementasi fitrah kita. Jika di penghujung Ramadhan kita merayakan Idul Fitri, maknanya adalah kesiapan untuk menjadikan momentum Ramadhan sebagai proses pembersihan diri dan kesadaran akan urgensi kembali kepada fitrah.
Hakikat kembali fitrah itu harus dan dapat diwujudkan dalam bentuk 1) mengokohkan ketauhidan, 2) menguatkan komitmen ubudiyah, dan 3) memelihara karakteristik (akhlak) terpuji kita.
1) Mengokohkan Ketauhidan
Ibadah Ramadhan telah kita sempurnakan kita laksanakan. Mulai dari puasa, shalat tarawih, tadarus AlQur’an, membayar zakat fitrah, zakat harta, dll hingga hari terakhir kita tuntaskan dengan melaksanakan shalat Idul fitri. Semuanya itu kita yakini sebagai bentuk aktualisasi keimanan kita kepada Allah Swt. Bukti ketauhidan yang kita miliki.
Sebagai hamba, kita menyadari begitu banyak kekurangan yang telah kita lakukan. Terkadang kita sibuk berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun bekerja keras dan banting tulang hanya untuk menyenangkan hati orang-orang yang kita cintai. Suami, misalnya menghabiskan hampir semua waktu siangnya untuk menyenangkan istrinya hingga berkali-kali ia meninggalkan shalat entah Zhuhur atau Asharnya. Sebaliknya istri menghabiskan hampir semua waktu malamnya untuk menyenangkan suaminya hingga berkali-kali ketinggalan shalat Maghrib dan Isyanya. Keadaan itu tentu menjadikan kita seolah lemah keimanannya hingga boleh jadi sampai pada titik keimanan yang sangat lemah. Jika suasana itu terus berlanjut, kita pasti akan semakin jauh dari fitrah kita.
Ramadhan adalah momentum yang sangat efektif untuk mengokohkan keimanan kita dan mengembalikan kita kepada fitrah. Ramadhan adalah bulan yang disiapkan Allah untuk mendidik jiwa-jiwa yang menjauhi-Nya untuk kembali kepada-Nya. Mendidik jiwa-jiwa yang berlumur dosa untuk datang memohon ampunan kepada-Nya. Mendidik jiwa-jiwa yang lalai ibadahnya untuk bersimpuh bersujud dan mengikhlaskan pengabdiannya. Semoga Ramadhan ini mampu kita buktikan sebagai bulan mengokohkan iman dan ihtisab (mengharap pahala) kita kepada-Nya. Sabda Nabi, “Barang siapa berpuasa dengan iman dan ihtisab (mengharap pahala hanya dari Allah), akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
2) Menguatkan Komitmen Ubudiyah
Fitrah kehambaan menuntut setiap muslim untuk membuktikan komitmen ibadahnya. Kita sebagai hamba Allah dituntut tidak hanya bersungguh-sungguh menunaikan semua ibadah-ibadah fardhu, tapi juga ibadah-ibadah sunnah. Dalam Ramadan kita sudah buktikan, selain berpuasa solat fardhu kita juga melaksanakan tarwih, tadarus, bersedekah dan amalan sunah lainnya. Itulah yang akan mengantarkan kita ke derajat takwa sebagaimana Allah katakan, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183). Agar kita menjadi orang bertakwa. Ini semacam peruntah dari Allah.
Perintah takwa adalah perintah agama yang harus dilanggengkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita wajib memeliharanya hingga ajal kita tiba. Apabila seseorang memelihara ibadahnya secara benar dan konsisten, maka akan terangkat derajat ketaqwaannya, suatu derajat istimewa dan yang paling mulia di sisi Allah. Kata Allah, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kalian saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Jadi, jika kita ingin membuktikan kesungguhan kita untuk kembali kepada fitrah, salah satu bentuknya adalah dengan membuktikan komitmen ibadah kita. Komitmen ubudiyah. Kita jaga shalat fardhu dan melengkapi dengan shalat-shalat sunnah. Kita tunaikan puasa wajib dan melengkapinya dengan puasa-puasa sunnah. Mengeluarkan zakat (jika mampu) dan menyempurnakannya dengan infak dan sedekah. Kita melaksanakan haji dan menyempurnakannya dengan umrah. Inilah komitmen ubudiyah yang perlu kita pertahankan.
Dengan menjaga komitmen ubudiyah yaitu dengan konsisten beribadah dan menegakkannya secara sempurna, artinya kita mampu kembali kepada kesucian fitrah kita bagaimana diberikan Allah pada saat awal kita diciptakan-Nya.
3) Memelihara Akhlak Terpuji
Menjaga karakteristik atau akhlak kehambaan kita adalah salah cara untuk kembali ke fitrah. Karakteristik yang dimaksud adalah karakter amanah, jujur, sabar dan syukur. Dengan akhlak itu kita akan merasakan ketenangan dalam hidup. Tidak perlu merasa khawatir sebagaimana khawatirnya orang yang suka berkhianat, karena takut terbongkar pengkhianatan-nya, atau seperti pendusta yang takut terbongkar kebohongannya. Insyaallah juga akan terhindar dari bahaya pertengkaran dan perselisihan, karena sifat sabar yang dimiliki. Orang amanah, jujur, sabar dan syukur adalah orang yang akan disenangi dan dirindukan semua orang.
Semua karakter terpuji itu tentu tidak lahir begitu saja, tapi melalui proses penempaan dan pelatihan. Salah satu sarana pelatihan itu adalah puasa yang kemarin kita laksnakan di bulan Ramadan. Sesungguhnya dengan berpuasa, seseorang akan terdidik untuk bersifat amanah, karena dalam berpuasa syarat utamanya adalah amanah. Orang berpuasa akan memelihara amalan puasanya semata-semata karena Allah Swt. Ia mungkin bisa berbohong kalau ia makan dan minum secara sembunyi, tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri yang sedang terkondisi untuk mendekat kepada Allah Swt.
Selain itu, puasa juga membentuk karakter sabar. Rasulullah bersabda: “Puasa adalah setengah dari kesabaran”. Dengan menguatnya sifat sabar akan bisa menjaga diri untuk tidak terlibat dalam konflik, pertentangan, apalagi permusuhan sekecil apa pun lingkup dan kadarnya. Dan kalau pun harus terlibat dalam sebuah perbedaan pendapat, tetap bisa menyikapinya dengan sikap-sikap yang bijaksana. Firman Allah Swt:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Anfal: 46)
Maka marilah kita kokohkan persaudaraan kita sesama muslim di atas rasa cinta lainnya. Janganlah perbedaan-perbedaan menjadikan kita saling berbantah-bantahan dan saling membenci. Ingat, sikap itu hanya akan memuaskan setan dan hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan. Kita juga akan dihinggapi rasa lemah dan gentar sehingga kita tidak akan pernah menjadi umat yang kuat. Hati kita pun akan kehilangan karakteristiknya yang terpuji, berganti dengan karakter pemarah, egois, dan merasa paling benar. Akhlak mulialah yang akan menjaga fitrah kita.
Demikianlah khutbah kita pada hari ini, semoga Allah memberikan umur yang berkah kepada kita dan memberikan kemampuan untuk bertahan pada kebenaran. Amin.***
*Dibawakan pada solat Id 1443 di halaman Masjid Al-Mubarak, Meral, 02.05.2022
30 Apr 2022
Selain Tarwih dan Bersedekah Teruslah Membaca Alqur
SELAMA Ramadan ini, jika kita sukses menyatukan ibadah seperti solat sunat tarwih, bersedekah dan membaca alquran, maka bersyukurlah kepada Allah. Tidak mudah melakukan itu bersamaan atau sekaligus. Itulah prestasi terbaik yang sejatinya dicapai oleh setiap mukmin di bulan suci yang datang setahun sekali.
28 Apr 2022
Ada Orang Kaya yang Miskin, Kata Quraish Shihab
INILAH orang yang materi dan hartanya melimpah tapi dikatakan miskin. Miskin versi seorang ulama besar yang ceramah (tuturannya) senantiasa mencerahkan umat. Begitu pula tulisan-tulisannya selalu ditunggu banyak orang untuk menambah pengetahuan dan wawasan keagamaan. Dia adalah Quraish Shihab yang karya spektakulernya, Tafsir Al-Misbah telah membuat namanya sejajar dengan ahli tafsir dunia, bahkan melebihinya. Quraish Shihab adalah ulama yang selalu menjadi sumber ilmu oleh umat Islam.
22 Apr 2022
Makanan yang Dimakan Ternyata Berpengaruh kepada Iman
21 Apr 2022
Catatan Tausia Ustaz Abu Syahid Chaniago
Selain Bupati, H. Aunur Rafiq dan Pimpinan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) hadir pada acara itu pimpinan Forkopimda atau yang mewakili. Dan tentu saja para jamaah masjid Baitul Karimun dan dari beberapa masjid yang berlokasi tidak jauh dari masjid ini. Ada juga tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lainnya. Kegiatan tausiah dilaksanakan bakda solat tarwih.