3 Okt 2022

Seminar Bermulanya Panadbiran Pemerintah Karimun

Seminar Bermulanya Panadbiran Pemerintah Karimun


Catatan M. Rasyid Nur
BERSEMPENA dan untuk memeriahkan HUT (Hari Ulang Tahun) ke-23 Kabupaten Karimun tahun 2022, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karimun bekerja sama dengan Aliansi Boedak Balai menggelar seminar bertitel, Bermulanya Penadbiran (Pemerintahan) Karimun. Kegiatan dilaksanakan di Gedung Nasional, Minggu (02/10/2022) kemarin.

Seminar yang merupakan lanjutan seminar sebelumnya dihadiri Bupati Karimun Dr. H. Aunur Rafiq, S Sos, M Si, Wakil Bupati H. Anwar Hasyim, M Si dan Ketua DPRD Kabupaten Karimun, M Yusuf Sirat. Hadir juga para Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat Karimun, penyuka budaya dan sejarah serta para pemateri yang menjadi narasumber pada seminar yang bermaksud menentukan catatan sejarah awal keberadaan penadbiran atau pemerintahan Karimun.

Dari hasil seminr, ini diketahui kalau Karimun sudah sangat lama mempunyai penadbiran atau pemerintahan. Peserta seminar sepakat menetapkan 1 Mei 1828 sebagai awal penadbiran dan bermulanya pemerintahan Karimun itu. Dengan begitu 1 Mei ditetapkan pula sebagai Hari Jadi Karimun. Ketetapan itu diambil setelah pemaparan dan diskusi hasil seminar menetapan hari jadi Karimun. 

Hari jadi itu, sebagaimana dibicarakan dalam seminar didasari peristiwa pelantikan Raja Abdulrahman sebagai wakil kerajaan dengan tanda cap formal tertanggal 1 Mei 1828 atau bersamaan 16 Syawal 1243 Hijriyah. Itu berarti bahwa Karimun sudah berusia 194 tahun pada saat ini. Sudah sangat tua usianya.

Keputusan penetapan hari jadi Karimun yang didapat dari hasil seminar dengan titel 'Bermulanya Pentadbiran (Pemerintahan) Karimun' itu tentu saja penting bagi masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karimun bekerjasama dengan Aliansi Boedak Balai Bersatu harus diacungkan jempol atas hasil itu. Seminar ini menghadirkan sejumlah pakar sejarah sebagai narasumber, seperti Prof Madya Dato' Perdana Abdul Malik, Dato' Azwandi Syahri, Raja Dato' Wira Malik Hafrizal dan Raja Syirwansyah yang merupakan zuriat keturunan langsung dari para amir (pemimpin) Karimun terdahulu.

Pada kesempatan seminar itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karimun, Sugianto, MM mengatakan bahwa hasil keputusan seminar yang telah menetapkan tanggal tanggal 1 Mei 1828 sebagai awal pemerintahan Karimun akan menjadi dasar penetapan HUT Karimun sebagai awal penadbiran atau awal berpemerintahan. Meskipun keberadaan Kabupaten Karimun dalam sistem Pemerintahan saat ini baru lahir tahun 1999 ternyata Karimun ini sudah ada sejak hampir 200 tahun yang lalu.

Dikatakan Pak Sugianto, peristiwa 1 Mei 1828 yang menjadi penadbiran Karimun berdasarkan kajian yang disampaikan Dato' Wira Azwandi Syahri bahwa pemerintah awal Karimun dipimpin oleh Raja Abdulrahman yang merupakan anak Yang Dipertuan Raja Jaafar dari Penyengat. Itu artinya, tanggal itu adalah awal ada penadbiran Karimun. Peristiwa itu diperkuat juga dengan bukti arsip surat ingatan yang berisi tugas atau titah Raja Muda Jaafar kepada Raja Abdulrahman yang harus dijalankan sebagai kepala pemerintahan di Karimun.

Bagi generasi hari ini catatan penting ini perlu menjadi ingatan yang tidak boleh dilupakan. Jika sebelum ini seolah-olah dilupakan, tentu saja itu tidak boleh terjadi lagi. Hasil seminra ini sangatlah berguna dan membuka catatan lama yang menentukan awal mula penadbiran Karimun.***

1 Okt 2022

Catatan-catatan yang Tak Boleh Dilupakan

Catatan-catatan yang Tak Boleh Dilupakan


SETELAH beberapa kali tulisan ini bolak-balik saya temukan di beberapa grup WA yang saya ada di dalamnya, saya merasa catatan ini memang perlu terus dibaca. Itulah sebabnya, saya tidak pernah merasa kesal jika sebentar-sebentar ada yang memposting di medsos, khsusunya di WA. Saya baca dan akan baca lagi. Materinya sejarah. Kata orang tua-tua kita, jangan pernah melupakan sejarah. 

Dan berbarengan peringatan G30S/PKI tahun 2022 ini catatan ini muncul lagi. Dulu-dulunya saya tidak pernah bertanya siapa yang memposting pada awalnya. Bahkan yang memposting terakhir pun saya tidak merasa penting mengetahuinya. Tapi kali ini saya harus menyebut namanya, karena saya akan memposting ulang tulisan ini di sini. Terima kasih, temanku, Syahril Manaf yang memposting ulang di WA Grup PGA-77. Syahril adalah teman saya ketika tahun 1976-1977 kami bersama-sama belajar di PGA Negeri Pekanbaru. Inilah lanjutan postingannya, 

SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN OLEH KITA SEMUA

Tgl 31 Oktober 1948 :
Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumoroto Kabupaten Ponorogo. Sedang MH. Lukman dan Nyoto pergi ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).

Akhir November 1948 :
Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil dibunuh atau ditangkap, dan Seluruh Daerah yang semula dikuasai PKI berhasil direbut, antara lain : 
1. Ponorogo, 
2. Magetan, 
3. Pacitan, 
4. Purwodadi, 
5. Cepu, 
6. Blora, 
7. Pati, 
8. Kudus, dan lainnya.

Tgl 19 Desember 1948
Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.

Tahun 1949
PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.

Awal Januari 1950 :
Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka Mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.

Tahun 1950
PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.

Tgl 6 Agustus 1951 :
Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yang ada.

Tahun 1951 :
Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yang sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.

Tahun 1955
PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.

Tgl 8-11 September 1957 : 
Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.

Tahun 1958 :
Kedekatan Soekarno dengan PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.

Tgl 15 Februari 1958 :
Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontakan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.

Tanggal 11 Juli 1958 :
DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.

Bulan Agustus 1959 :
TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.

Tahun 1960
Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.

Tgl 17 Agustus 1960 :
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)" dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.

Medio Tahun 1960
Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 Juta orang.

Bulan Maret 1962
PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.

Bulan April 1962 :
Kongres PKI.

Tahun 1963 :
PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.

Tgl 10 Juli 1963
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.

Tahun 1963
Atas desakan dan tekanan PKI terjadi penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : 
1. KH. Buya Hamka, 
2. KH. Yunan Helmi Nasution, 
3. KH. Isa Anshari,
4. KH. Mukhtar Ghazali, 
5. KH. EZ. Muttaqien, 
6. KH. Soleh Iskandar, 
7. KH. Ghazali Sahlan dan
8. KH. Dalari Umar.

Bulan Desember 1964 :
Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.

Tgl 6 Januari 1965 :
Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.

Tgl 13 Januari 1965
Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.

Awal Tahun 1965 :
PKI dengan 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).

Tgl 14 Mei 1965
Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.

Bulan Juli 1965
PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota'y di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.

Tgl 21 September 1965:
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.

Tgl 30 September 1965 Pagi
Ormas PKI Pemuda Rakyat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.

Tgl 30 September 1965 Malam
Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut  GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : 
1. Jenderal Ahmad Yani,
2. Letjen R.Suprapto, 
3. Letjen MT.Haryono, 
4. Letjen S.Parman, 
5. Mayjen Panjaitan dan
6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo. 
PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution. PKI pun membunuh Aiptu Karel Satsuitubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga Rumah Kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan Rumah Jenderal AH. Nasution. 
PKI juga menembak Putri Bungsu Jenderal AH. Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yang berusaha menjadi Perisai Ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.
G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : 
1. Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan
2. Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta 
3. Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.
Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain :
Angkatan Darat :
1. Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, 
2. Brigjen TNI Soepardjo dan
3. Kolonel Infantri A. Latief.
Angkatan Laut :
1. Mayor KKO Pramuko Sudarno, 
2. Letkol Laut Ranu Sunardi dan 
3. Komodor Laut Soenardi.
Angkatan Udara :
1. Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, 
2. Letkol Udara Heru Atmodjo dan 
3. Mayor Udara Sujono.
Kepolisian : 
1. Brigjen Pol. Soetarto,
2. Kombes Pol. Imam Supoyo dan 
3. AKBP Anwas Tanuamidjaja.

Tgl 1 Oktober 1965 :
PKI di Yogyakarta juga Membunuh :
1. Brigjen Katamso Darmokusumo dan 
2. Kolonel Sugiono. 
Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil Alih Kekuasaan.

Tgl 2 Oktober 1965 :
Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.

Tgl 6 Oktober 1965 :
Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.

Tgl 13 Oktober 1965 :
Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.

Tgl 18 Oktober 1965 :
PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.

Tgl 19 Oktober 1965
Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.

Tgl 11 November 1965
PNI dan PKI bentrok di Bali.
Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.

Bulan Desember 1965 :
Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.

Tgl 11 Maret 1966 :
Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.

Tgl 12 Maret 1966 :
Soeharto melarang secara resmi PKI. 

Bulan April 1966 :
Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.

Tgl 13 Februari 1966 :
Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : 
”Di Indonesia ini tidak ada partai yang Pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar Partai Komunis Indonesia…”

Tgl 5 Juli 1966
Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH. Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.

Bulan Desember 1966 :
Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pada tahun 1967.

Tahun 1967 :
Sejumlah Kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.

Bulan Maret 1968 :
Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.

Pertengahan 1968 :
TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.

Dari tahun 1968 s/d 1998
Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasiya dilarang di Seluruh Indonesia dengan dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015

Pasca Reformasi 1998
Pimpinan dan Anggota PKI yang dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan simpatisanya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yang sangat panjang, dan jangan biarkan mereka menambah lagi daftar kekejamanya di negeri tercinta ini.

Semoga Tuhan YME senantiasa melindungi kita semua..... 
BAGIKAN SEJARAH INI. 
JADIKAN PELAJARAN
BUAT GENERASI YANG AKAN DATANG

Begitulah catatan postingan dari teman saya yang sebenarnya postingan ini sudah pernah juga saya baca di waktu-waktu sebelumnya. Kali ini, tahun ini, bersempena berakhirnya September dan akan beralih ke Oktober, salah satu catatan yang pernah terjadi di waktu ini, maka postingan ini mari kita ulang baca.***

30 Sep 2022

Pesan-pesan Indah Buat Kita, Lansia

Pesan-pesan Indah Buat Kita, Lansia



SAYA setuju kalau orang yang Allah beri umur di atas 50 tahun itu adalah sebuah keberkahan yang tidak terhingga. Sekaligus terkandung kewajiban dan tanggung jawab di dalamnya. Kehidupan adalah kuasa Allah sebagaimana kematian adalah ketentuan-Nya. Seperti diulangjelaskan dalam satu tulisan berjudul "Hikmah Malam: Nasihat Untuk yang Sudah Berumur 50 Tahun" yang diposting Nenden di laman hajinews.id hari Kamis (29/09/2022) bahwa orang yang berumur lansia di angka 50 ke atas tidaklah boleh menjadikan alasan tua sebagai dasar uzur untuk tidak aktif beribadah.

Dijelaskan, bahwa Al-Khattabi mengatakan, orang yang Allah panjangkan umurnya hingga 50 tahun, tidak diterima lagi keuzuran/alasan, karena usia 50 tahun merupakan usia yang dekat dengan kematian." Oleh karena itu, inilah kesempatan untuk memperbanyak taubat, beribadah dengan khusyuk, dan bersiap siap bertemu Allah setelah kematian.

Peringatan dan pesan Allah, lakukanlah yang terbaik di sisa usia senja kita, bertaubat dan berdoa kepada Allah agar Allah mengampuni dosa-dosa masa lalu kita. Jangan lagi berbuat dosa karena azab-Nya menanti kita atas dosa-dosa masa lalu itu sekaligus dosa-dosa sekarang yang jika masih dilakukan.

Mari kita renungkan beberapa pesan dari para alim-ulama yang dikutip dari tulisan di atas. Pesan-pesan ini lebih ditujukan kepada kita para lansia dalam menjalani sisa usia hingga kita menghadapnya. 

1. Jangan berlebih-lebihan bdalam erhias, bersolek, dan berpakaian;

2. Jangan berlebih-lebihan makan, minum, dan berbelanja barang yang kurang diperlukan untuk mendukung amal shalih;

3. Jangan berkawan dengan orang yang tidak menambah iman, ilmu, dan amal;

4. Jangan gelisah, berkeluh-kesah dan kesal dengan kehidupan sehari-hari. Selalulah dipenuhi hidup ini dengan rasa sabar dan bersyukur;

5. Perbanyak doa mengharap keridhaan Allah agar kemaian Husnul Khatimah dan dijauhkan dari Su’ul Khatimah;

6. Tambahkan ilmu agama, perbanyak mengingat kematian, dan bersiap menghadapinya;

7. Siapkan wasiat dan lakukan pembahagian harta;

8. Kerapkan menjalin silaturrahim dan merapatkan hubungan yang renggang sebelumnya;

9. Minta maaf dan berbuat baik terhadap pihak yang pernah dizalimi;

10. Tingkatkan amal shalih terutama amal jariah yang dapat terus memberi pahala dan syafa’at setelah kita mati;

11. Maafkan kesalahan orang kepada kita walau seberat apapun kesalahan itu;

12. Selesaikan segala utang yang ada dan jangan buat utang baru walaupun untuk menolong orang lain;

13. Berhentilah dari semua maksiat, baik maksiat mata, kaki, tangan, mulut dan lainnya;

14. Berbaik sangkalah kepada Allah atas segala sesuatu yang terjadi dan menimpa kita;

15. Penuhi terus hati dan lisan kita dengan istighfar dan taubat untuk diri sendiri, orang tua, dan semua orang beriman, di setiap saat, waktu dan keadaan;

Dan beberapa pesan lain yang mungkin belum terangkum dalam pesan-pesan ini. Intinya, setiap kita akan sampai ke titik kematian. Orang-orang yang usianya lansia secara kelaziman sudah dekat dengan kematian. Maka bersiap diri adalah cara terbaik menghadapi.***
*Juga di mrasyidnur.gurusiana.id

29 Sep 2022

Jangan Percaya, Capres Non Jawa 'Mustahil Tampil'

Jangan Percaya, Capres Non Jawa 'Mustahil Tampil'

Sumber Foto: Google

ISU Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) menjelang akan digelarnya Pilpres tahun 2024 nanti semakin kencang hembusannya. Partai-partai politik beraneka cara bereaksi menyambut akan datangnya Pilpres yang akan disejalankan dengan pemilihan anggota DPR, DPD dan DPRD nantinya. Di media kita baca 'pemilihan serentak' itu akan dilaksanakan KPU pada 14 Februari 2024. Masih satu setengah tahun lebih dari sekarang.

Walaupun menurut kita (masyarakat) masih lama namun tidaklah lama bagi Partai Politik (Parpol). Waktu satu tahun setengah akan datangnya Pilpres itu bukanlah waktu yang lama bagi para politisi.  Kasak-kusuk siapa nama Capres dan atau Cawapres yang akan mereka usung itulah isu yang saat ini memenuhi media. Banyak orang berkomentar banyak juga partai yang sibuk bersiap diri untuk membicarakan dan mengatur strateginya. Kelompok-kelompok yang arahnya akan berkoalisi juga sudah kelihatan  melalui media.

Satu isu yang hangat dibicarakan para elit politik dan partainya adalah tentang siapa yang akan dimajukan nantinya sebagai Capres. Karena sudah tidak ada incumbant alias patahana Capres maka otomatis Capresnya adalah sosok baru. Isu-isu Jokowi akan diusung lagi oleh Parpol dengan segala cara sudah tidak akan ada lagi. Jokowi sudah menyatakan itu. Parpol-parpol yang awal-awal kemarin masih membuat isu, kini sudah senyap.

Tentang isu Capres pendatang baru inilah yang kini semakin santer didengungkan berbagai pihak. Nama-nama seperti Anies Baswedan, Prabowo atau Ginanjar hampir setiap hari memenuhi halaman berita sebagai tiga sosok yang katanya memiliki elektabilitas moncer hingga hari ini. Nama-nama lain sesungguhnya masih banyak yang disebut. Tapi tiga nama ini selalu dikatakan memiliki peluang paling besar berbanding sosok selainnya. Tiga teratas ektabilitas, ya mereka bertiga, kata pengamat.

Lalu kini timbul pula isu bahwa tokoh yang bukan bersuku Jawa tidak akan pernah bisa menjadi presiden di Indonesia. Setidak-tidaknya saat ini. Ramailah komentar, pro-kontra terhadap pernyataan ini. Meskipun itu berbau sukuisme, nyatanya diucapkan oleh seorang tokoh yang terkenal. Dia sebegitu yakin kalau Capres Non Jawa itu mustahil akan terpilih. Banyak yang pro tapi banyak pula yang kontra.
Salah satu tulisan yang menyangkal pernyataan itu dimuat di laman hajinews.id pada hari Sabtu (24/09/2022) lalu dalam judul berita, Soal Capres Jawa-Non Jawa, Buta Sejarah Mengakibatkan Rasisme! Sepertinya penulis catatan ini adalah orang yang tidak sependapat dengan pernyataan bahwa orang bukan suku Jawa tidak akan bisa menjadi presiden. 

Tulisan itu dibuka dengan sebuah pertanyaan, kenapa organisasi kaum terpelajar Jawa, Budi Utomo, yang didirikan 20 Mei 1908, hanya bertahan 10 tahun, dan vakum sekitar 17 tahun? Dengan menyitir  penjelasan Sejarawan Akira Nagazumi di dalam buku “Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918” yang menyimpulkan bahwa penyebab Budi Utomo mandek adalah karena kaum muda intelek yang menjadi penggerak organisasi itu tidak menginginkan Budi Utomo terjebak di dalam etno-nasionalisme sempit, yang bersifat kesukuan. Itulah kesimpulannya.

Secara jelas artikel itu mengingatkan bahwa jika mendefinisikan “Bangsa” dan kriteria kepemimpinan berdasarkan etnis atau kesukuan belaka yang dapat membahayakan persatuan maka organisasi atau sebuah lembaga akan goyah dan tidak akan bertahan lama. Kata Akira Nagazumi, para pelajar itu tidak ingin cara pandang sempit begitu ada dalam organisasi. 

Seajarah mencatat, setelah vakum sejak 1918 organisasi ini akhirnya melebur menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya) pada 1935. Sebelum melebur pada 1928 Budi Utomo memperluas azas perjuangannya dengan  melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia yang tidak sekadar kesukuan.

Sejarah menjelaskan kepada kita, Parindra yang antara lain digagas dr. Sutomo merupakan hasil fusi organisasi kedaerahan, yang terdiri dari Budi Utomo, Paguyuban Pasundan, Serikat Betawi, Serikat Ambon, Serikat Minahasa, Sumateranen Bond, dan banyak kelompok atau suku lainnya.

Mengutip artikel itu, dikatakan karena itu para tokoh Parindra yang berasal dari berbagai suku dan agama, termasuk pula para tokoh pergerakan kemerdekaan pada umumnya, mengambil peran sebagai public educator dengan membuang jauh sikap rasis, dan memberikan human moral obligation kepada rakyat. Intinya, kebangsaan itu hanya akan lahir dan abadi tanpa membedakan suku dan asal-usul orang. Dengan sikap kebangsaan itu pula akhirnya disepakati dan lahir Sumpah Pemuda, sumpah untuk bersatu dengan menjauhkan pertentangan kesukuan dan kriteria kepemimpinan Jawa-Non Jawa itu. Mustahil, jika saat itu ada sikap Jawa Non Jawa dalam kriteria kepemimpinan mereka akan lahir tekad bersatu yang bernama Sumpah Pemuda.

Jika kini ada lagi yang memunculkan isu Presiden Jawa Non Jawa di tahap masih Capres maka itu berarti cara berpikir kita kembali ke sebelum Sumpah Pemuda 1928 itu. Atau isu ini hanya sekadar untuk memunculkan Capres yang sesuai dengan selera orang tertentu, bukan semata Jawa Non Jawa, boleh jadi ada yang menyimpulkan begitu. Dari sisi politik boleh saja berharap Cepres sesuai selera. Tapi tetap tidak bijak jika masih menyebut kelayakan itu dari sisi suku atau etnis. Oleh karena itu harus dikatakan bahwa Capres Non Jawa tidaklah mustahil untuk tampil. ***

28 Sep 2022

Catatan dari Pelatihan Manajemen Masjid

Catatan dari Pelatihan Manajemen Masjid


DI spanduk berlatar belakang warna putih itu tertulis "Pelatihan Manajemen Masjid se-Kabupaten Karimun Tahun 2022." Juga tertulis "Dengan Tema Peningkatan Kualitas Pengelolaan Masjid dan Kenyamanan Jamaah di Era New Normal." Itulah kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini, Rabu-Kamis (28-29/09/2022) di Gedung Nasional, Karimun, kegiatan pelatihan pengurus masjid se-Kabupaten Karimun di bidang manajemen pengelolaan masjid.

Kegiatan yang ditaja oleh Bagian Kesra dan Keagamaan, Setda Kabupaten Karimun diikuti oleh 100 orang pengurus masjid se-Kabupaten Karimun. Sebagaimana dilaporkan oleh Kepala Bagian (Kabag) Kesra dan Keagamaan Kabupaten Karimun, H. Baginda Malim Siegar saat acara pembukaan bahwa peserta pelatihan ini terdiri para pengurus masjid di kecamatan-kecamatan se-Kabupaten Karimun. "Selama dua hari mereka akan mengikuti pelatihan ini." Demikian Kabag Kesra menjelaskan.

Acara dibuka langsung oleh Bupati Karimun, Dr. H. Aunur Rafiq. Hadir pada acara pembukaan antara lain pimpinan Forkopimda Kabupaten Karimun, Sekda Kabupaten Karimun, Dr. H. Muhammad Firmansyah, Kakankemenag, H. Jamzuri serta Ketua-Ketua Ormas Islam seperti MUI, Banas, PMKK, DMI dan lainnya. Hadir juga Ketua Badan Wakaf Indonesia perwakilan Batam, Mustamin Husein.

Prosesi acara pembukaan diawali dengan Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Mars Karimun. Lalu  pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an oleh Ust. Alimuddin sebelum Laporan Panitia yang disampaikan oleh Kabag Kesra, Baginda Malim Siregar. Acara terakhir sebelum doa adalah sambutan dan pengarahan bupati. 

Bupati Karimun, Dr. H. Aunur Rafiq dalam pengarahannya pertama-tama mengucapkan terima kasih kepada hadirin. Dalam kesibukan masing-masing kita masih bisa hadir dalam acara ini, katanya. "Acara pelatihan manajemen masjid ini memang penting. Dengan 224 masjid dan 480 surau atau musolla se-Kabupaten Karimun sudah sangat diperlukan para pengurus yang berkompeten dalam mengelola masjid," jelasnya. Pak Bupati menekankan pentingnya kegiatan ini.

"Oleh karena itu ikutilah pelatihan ini dengan sebaik-baiknya, agar semakin memahami bagaimana pengurus mengatur dan mengelola masjidnya. Bagaimana pengurus membuat jamaah nyaman dan tentram beribadah di masjid yang dikelola." Lebih jauh bupati mengingatkan pula bahwa makmurnya masjid tergantung kepada umat Islam yang beriman, katanya. Dengan mengutip ayat alquran, bupati menjelaskan pentingnya keimanan dalam usaha memakmurkan masjid.

Pada kesempatan pembukaan pelatihan, Bupati Karimun juga mencanangkan Solawat Busyro sebagai Solawat Kabupaten Karimun. Dia berharap agar solawat ini selalu dibawakan pada acara-acara resmi di Kabupaten Karimun. "Meskipun kita bukan Negara Islam, tapi sebagai Negeri Melayu yang identik dengan Islam, maka kumandang Solawat Busyro ini akan menjadi salah satu ciri sebagai Negeri Melayu itu," katanya menekankan. ***

27 Sep 2022

Musda LAM Lancar, Sekda Terpilih Menjadi Ketua

Musda LAM Lancar, Sekda Terpilih Menjadi Ketua


DIBUKA oleh Bupati Karimun, Dr. H. Aunur Rafiq, S Sos M Si Musda (Musyawarah Daerah) Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Karimun berjalan dengan lancar. Dilaksanakan di Gedung Nasional Karimun, Musda ke-5 yang dihadiri langsung oleh Ketua LAM Provinsi Kepri, H. Abdul Razak berhasil memilih Ketua LAM periode 2022-2027 secara aklamasi. Terpilih Dr. H. Muhammad Firmansyah, M Si yang sehari-hari menjabat Sekda Kabupaten Karimun sebagai Ketua. 

Di tahap awal ada dua kandidat calon ketua yang diusulkan, Sabari Basirun dan Muhammad Firmansyah sendiri. Masing-masing calon ketua mendapatkan suara 6 dan 9 suara pada tahap ini. Dalam sidang pleno selanjutnya salah satu calon mengundurkan diri, Sabari Basirun. Akhirnya peserta Musda secara aklamasi menetapkan Dr. H. Muhammad Firmasyah, M Si sebagai Ketua LAM yang baru menggantikan Abu Samah yang tidak mencalonkan diri lagi pada Musda ini. Muhammad Firmansyah akan menerajui LAM Kabupaten Karimun hingga 2027 nanti.

Sebagaimana sudah diposting pada tulisan sebelumnya Musda dilaksanakan dengan pesertanya masing-masing dari pengurus LAM Kecamatan se-Kabupaten Karimun. Tujuan Musda, selain untuk memilih Ketua dan Pengurus baru juga untuk menentukan program kerja periode 2022-2027. Program yang akan disusun menjadi pedoman pengurus dalam menjalankan roda LAM Kabupaten nantinya.

Pada Musda ini tidak sampai terjadi pemilihan ketua dengan sistem voting. Sesuai pengarahan Ketua LAM Provinsi, Datok Setia Manah LAM Provinsi Kepri, H. Abdul Razak, untuk pemilihan Ketua tidak perlu sampai divoting. Kalau bisa menggunakan pendekatan mufakat yang lebih mencerminkan budaya Melayu itulah yang akan ditempuh. Meskipun di tahap pengusulan, calon ketua ada dua, Sobari Basirun dan M Firmansyah namun dalam sidang pleno berikutnya salah satu calon menyatakan mengundurkan diri. Akhirnya secara aklamasi disepakati Muhammad Firmansyah yang juga adalah Sekda Kabupaten Karimun sebagai Ketua LAM Kabupaten Karimun.

Salah seorang peserta Musda yang juga Ketua LAM Kecamatan Meral, Bakri Hasyim menjelaskan bahwa perinsip musyawarah untuk mufakat, itu benar-benar diprkatikkan. "Tidak ada voting dalam penentuan ketua pada Musda ke-5 ini," jelas Pak Bakri Hasyim. Sebagai wujud budaya Melayu, untuk eksistensi LAM maka diadakan Musda yang lebih mengedepankan kekeluargaan. Dan melalui Musda yang berjalan dengan baik berhasil menetapkan secara aklamasi Ketua LAM untuk masa bakti 2022-2027. Demikian Pak Bakri menjelaskan. Dengan pelaksanaan Musda ini diharapkan akan terpilih para pengurus LAM Kabupaten yang akan menjalankan tugas dan amanah khususnya dalam menjaga keberlangsungan adat dan resam Melayu di Negeri Melayu.

Dengan kepemimpinan di bawah sosok yang juga adalah Sekda Kabupaten Karimun, kiranya kegiatan-kegiatan dalam usaha membina dan melaksanakan budaya Melayu itu akan berjalan dengan lancar. Dari sisi dana, pengurus diharapkan segera menyusun anggaran sesuai program yang disusun untuk diajukan ke Pemda Kabupaten Karimun. Masyarakat berharap fungsi dan tanggung jawab LAM sebagai penjaga dan pembina budaya terlaksana dengan sebaik-baiknya.***

26 Sep 2022

Musda LAM Kabupaten Karimun Dibuka Bupati

Musda LAM Kabupaten Karimun Dibuka Bupati


LEMBAGA Adat Melayu (LAM) Kabupaten Karimun melaksanakan Musda (Musyawarah Daerah) Senin (26/09/2022) ini. Diikuti oleh pengurus LAM Kabupaten dan perwakilan pengurus LAM Kecamatan se-Kabupaten Karimun Musda dibuka langsung oleh Bupati selaku Setia Amanah LAM Kabupaten Karimun, Dr. H. Aunur Rafiq, S Sos, M Si. Ikut hadir pada acara pembukaan yang berlangsung di Gedung Nasional Karimun, itu antara lain Ketua DPRD Kabupaten Karimun, M. Yusuf Sirat, Wakil Bupati Karimun, H. Anwar Hasyim, Sekda Kabupaten Karimun, Dr. H. Muhammad Firmansyah serta pimpinan Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) Kabupaten Karimun serta Kakankemenag Kabupaten Karimun dan Pimpinan OPD Kabupaten.

Sebagai undangan khusus hadir pula Ketua LAM Provinsi Kepri, H. Abd. Razak dan beberapa pengurus LAM Provinsi. Ketua LAM Provinsi sendiri oleh panitia didaulat menjadi narasumber dalam Musda ini sebagai usaha pemberian pembinaan kepada para pengurus LAM Kabupaten dan pengurus LAM Kecamatan se-Kabupaten Karimun. Ketua LAM Provinsi akan memberikan materi pembinaan SDM, Lembaga dan Pranata Adat Kabupaten Karimun.

Prosesi acara pembukaan diawali dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan, Indonesia Raya dan Mars Kabupaten Karimun. Dilanjutkan dengan doa bersama yang dipandu oleh Ustaz Hamzah, salah seorang pengurus LAM Kecamatan. Selanjutnya penyampaian laporan panitia yang disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun, H. Husin. Untuk pengetahuan, Musda ini dilaksanakan oleh LAM Kabupaten Karimun melalui anggaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karimun.

Acara berikutnya adalah Laporan dari Ketua LAM Kabupaten Karimun periode 2014-2019 yang sampai saat ini masih menjabat sebagai Ketua LAM Kabupaten, Abu Samah. Pelaksanaan Musda ini sesungguhnya  sudah tertunda beberapa tahun disebabkan covid dan alasan lainnya, hingga terlaksananya pada hari ini.

Acara berikutnya sambutan dan pengarahan oleh Bupati yang sekaligus membuka dengan resmi Musda LAM Kabupaten Karimun ini. Bupati, setelah memberi hormat kepada semua pejabat dan undangan yang hadir dia mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan pelaksanaan Musda ini. "Meskipun rencana Musda sudah lama tapi tertunda covid serta beberapa alasan lainnya, alhamdulillah hari ini bisa terlaksana. Bahkan pengurus LAM Provinsi Kepri dapat hadir," katanya. 

Kata Pak Rafiq, kegiatan ini dilaksanakan agar anggarannya dapat dimasukkan ke RAPBD perubahan yang melekat pada Disdikbud Karimun," jelasnya. Bupati berharap Musda ini dapat berjalan dengan baik dan lancar dan dapat memilih Ketua LAM baru, periode 2022-2027. Selain itu juga dapat menyusun rencana dan program LAM Kabupaten Karimun ke depan. Begitu dia menyampaikan harapan kepada peserta Musda. Dengan ucapakan sekaligus Bupati membuka secara resmi Musda LAM Kabupaten Karimun tahun 2022.***