Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

28 Feb 2020

Pakailah Anugerah Mata dengan Arif: Kita Pasti akan Menjaganya.

Pakailah Anugerah Mata dengan Arif: Kita Pasti akan Menjaganya.


Oleh Monas


SAYA yakin bahwa Anda punya keyakinan yang sama dengan saya. Tentang apa? Tentang mata. Bahwa mata adalah organ yang sangat penting bagi kita. Setuju?

Dengan mata ini kita bisa melihat indahnya dunia ciptaan Allah. Dengan mata ini kita bisa membaca firman Allah. Dengan mata ini, kita bisa   melihat wajah orang-orang yang kita cintai. Dengan mata ini, kita bisa menikmati banyak hal yang bisa kita lihat atas ciptaan dan kebesaran Allah.

Akankah kita biarkan nikmat mata yang begitu luar biasa ini tanpa mensyukurinya, dengan merawat nya, dengan mengobatinya ketika sakit, atau ketika sudah kabur. Tentu tidak bukan? Tak terbayangkan bagi kita jika nikmat mata yang besar manfaatnya ini diambil Allah. Saya percaya bahwa kita akan mempergunakan mata kita dengan arif, bijaksana dan penuh rasa syukur.

Saya begitu terkesan ketika ada informasi, bahwa ada kopi yang bisa menjadi asbab kesembuhan bagi penyakit mata, bisa membuat orang buta akibat diabetes bisa melihat kembali, mata minus, plus, silinder, rabun, katarak, maupun akibat lemak  bisa sehat kembali setelah minum beberapa kotak produk kopi ini, yg mengandung lutein yg berfungsi mensehatkan mata, menyehatkan penyakit lutut, penyakit syaraf, penyakit diabetes, jantung,kanker, dan alzheimer.

Produk yang diolah di Johor Malaysia ini membuat saya penasaran, dan membuat saya langsung membelinya 4 kotak, dengan harapan bisa menjaga kesehatan mata saya dan keluarga saya yang banyak berhubungan dengan radiasi HP. Juga istri yg mengalami minus dan saya mengalami silinder yang mulai  kabur. Wal hasil baru minum dua saset, mata terasa terang, dan ada efek proses kesembuhan yg saya rasakan. 

Karena ada impact yang begitu besar yang saya rasakan, maka sy putuskan mjd stokist dan distributor mudah mudahan mjd amal ibadah utk membantu orang agar mendapatkan kesehatan matanya kembali. Semoga mata yang sehat kembali dijadikan utk byk beribadah membaca Al Qur'an dan mensyukuri nikmat Allah dari nikmat mata yang begitu besar ini.

Bagi teman-teman yang ingin matanya sehat kembali agar bisa mensyukuri nikmat Allah ini, silahkan yang mau mencoba maupun ingin menjadi agen agar bisa membantu sesama, silakan hubungi saya di wa: 081266557203

21 Feb 2020

Mau Jadi Pengikut atau Diikut

Mau Jadi Pengikut atau Diikut

Oleh Monas
MAU menjadi pemimpin (leader/ yang diikut) atau mau menjadi anak buah (follower/ pengikut) pada hakikatnya tergantung kepada kita masing-masing. Pilihannya ada pada kita. Kita juga yang akan mengusahakannya. Namun ciri pemimpin itu bisa terbaca atau terlihat dalam keseharian seseorang. Lihatlah sikap dan mentalnya.

Dimana-mana mental Pemimpin selalu lahir dari orang-orang yang mau mengawali di depan. Tidak di belakang apalagi bersembunyi di kegelapan. Pemimpin akan selalu siap berkurban, memiliki visi jauh ke depan yang tidk dilihat orang bermental pengikut atau follower.

Mental pemimpin selalu berani mengambil keputusan pertama atau di awal, dia berani mengambil keputusan  karena dia memiliki visi, bahwa sesuatu akan besar di tangannya. Dia ingin menjadi bukti dan pelaku kesuksesan bukan menunggu bukti atas kesuksesan orang lain. Yang msh kecil, belum nampak bukti, yang belum ada bukti besar tapi berpotensi besar inilah justru kesempatan emas itu ada bagi orang-orang yang ingin menjadi Pemimpin. Secara hukum, kita akan besar karena menjadi bukti ,bukan menunggu bukti.

Tipe leader atau pemmipin, bagi dia ada ciri sikap. Bagi orang sukses biasanya akan mengatakan, "Oke saya siap,  ini peluang besar bagi saya, saya akan membuktikan dan akan menjadi bukti". Sedangkan tipe followers atau pengekor, selalu mengatakan "Anda saja dulu, nanti klo Anda sukses saya akan ikut".

Sedangkan mental pengikut atau follower justru kebalikannya. Dia tidak berani kalau diajak menjadi perintis, tidak berani berkurban, tdk berani ambil resiko utk harga kesuksesan meskipun hitung hitungannya sangat prospektif. Dia berpikir menunggu ada bukti orang lain, baru dia berpikir mau bergabung, itupun baru berpikir..dia benar-benar mau bergabung ketika orang sdh berbondong bondong mau bergabung...pd saat dia bergabung posisinya sdh tdk diperhitungkan lagi..krn dimana mana kesuksesan adalah milik orang orang pertama yang berani melangkah terdepan.

Tipe follower selalu di gerbong belakang yg tdk diperhitungkan. Jadi klo follower mau jadi leader,ya segera sadari ini...ketika ada penawaran utk mjd terdepan, di saat blm ada orang atau pengikut..pd saat itulah anda masuk, untuk mjd bukti, bukan menunggu bukti.

Anda mau jadi leader atau followers? Anda mau jadi pemimpin atau pengikut?, Anda mau jadi pengendali kesuksesan atau dikendalikan kesuksesan orang lain?, inilah beberapa pertanyaan yang harus kita jawab jika ingin menjadi pemimpin.

Kalau mau sukses segeralah jadi ashabul awwalin. Orang-orang yang tidak terlalu banyak mikir (negatif) dalam menangkap peluang besar inilah tipe entrepreneur, mentalitas sang pemenang.***

20 Jan 2020

Menonton Pebulutangkis Indonesia pada Even Indonesia Masters 2020

Menonton Pebulutangkis Indonesia pada Even Indonesia Masters 2020


Oleh M. Rasyid Nur
SANGAT-sangat mengagumkan. Menegangkan. Mendebarkan juga. Indonesia menunjukkan tajinya pada even Indonesia Masters 2020, ajang adu hebat pemain bulutangkis dunia. Dari lima nomor partai, Indonesia menyabet tiga: ganda putra, ganda putri dan tunggal putra. Malah, di ganda putra, itu beradu hebat sesama 'anak garuda'. Hebat, tentunya.

Buat yang tidak sempat menyaksikan pada pertandingan yang dihelat Ahad (19/01/2020) itu, kebetulan ini ada catatan tersendiri hyang sudah diposting juga di salah satu website (guru) yang penulis kebetulan ikut menjadi member di situ. Judul catatan itu, 'Mencontoteladani Semangat Indonesia Masters 2020 untuk Semangat Guru' yang dimuat di jhari yang sama. Inilah catatan itu.

Ketika dua partai final bulutangkis Indonesia Masters 2020 saling berhadapan antara pemain Indonesia dan Denmark, tidaklah salah jika ada perasaan penonton atau rakyat Indonesia bahwa ini adalah ‘perang’ antar Negara, Indonesia- Denmark. Setidak-tidaknya perang di lapangan karpet bukutangkis itu.
Perang pertama tersaji ketika partai ganda putri maju ke lapangan, dan akan saling berhadapan antara pasangan Greysia Polii/ Apriyani Rahayu (Indonesia) itu dengan pasangan Maiken Fruergaard/ Sara Thygesen (Denmark) pada partai puncak bulutangkis Indonesia Masters 2020 sore Ahad (19/01/2020) itu. Sudah pasti para penonton yang memenuhi stadion di satu sisi merasa bangga sekaligus waswas di sisi lain. Bangga, karena pasangan rangking 8 itu berhasil menembus final. Waswas, karena akan menghadapi pemain Denmark berpostur tinggi yang terkenal smes kerasnya itu.

Perang kedua adalah saat Antoni Sinisuka Ginting akan menghadapi Anders Antonsen di partai final terakhir sore hari yang sama. Psotur tubuh kedua pebulutangkis juga bak bumi dan langit. Ginting kelihatan kecil sekali berbanding Antonsen yang jangkung.
Permainan pada partai ganda putrid ini benar-benar mendebarkan. Harus diselesaikan dalam rubber set alias perpanjangan set. Set pembuka, srikandi Indonesia tidak berkutik. Sepertinya akan dengan mudah diselesaikan oleh si Jangkung Denmark dalam dua set langsung.
Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Setelah berhasil memperpanjang permainan dengan memenangkan set kedua, Greysia-Polii bahkan dengan penuh semangat memenangkan set penentu. Sangat panjang set ketiga ini karena harus melewati angka game normal, deuce atau angka yang sama pada point satu angka terakhir. Dan regu Merah-Putih sukses memenangkan set ini setelah pemain Denmark melakukan kesalahan sendiri.
Begitu pula pada partai final tunggal putra yang dimainkan di jadwal terakhir, final Indonesia Masters sore Ahad itu. Antoni Ginting yang takluk pada set pertama, justeru berbalik unggul dua set berikutnya. Sungguh mendebarkan walaupun akhirnya Merah-Putih berkibar untuk posisi paling atas. Perang Denmark vs Indonesia ini dimenangkan Indonesia.
Sesungguhnya yang ingin kita catat di sini adalah semangat para pemain Indonesia itu. Mereka benar-benar pantang menyerah. Semangat pribadi demi Bangsa sendiri mereka tunjukkan di haddapan para supporter yang terus-menerus memberikan semangat. Setitik pun mereka tidak menampakkan kelelahan, apalagi putus asa dalam permainan yang begitu lama.
Bagi kita, guru Indonesia, bukankah semangat itu jua yang membuat kita tidak pernah putus asa dalam menghadapi bermacam kendala dalam tugas? Dari gaji yang (mungkin) diterima terlambat hingga kenaikan pangkat yang lazimnya juga terlambat, tapi tidak membuat kita datang ke sekolah terlambat. Perangkat pembelajaran yang begitu rumit dan banyak sekali, tidak juga membuat kita berhenti menghadapi anak-didik kita.
Maka teruslah kita bersemangat. Semangat para pemain bulutangkis yang kita saksikan sore itu kiranya menambah atau setidak-tidaknya mempertahankan semangat yang sudah ada di dada kita.***

18 Jan 2020

Jangan Sampai Hanya ‘Mudah Mengucapkan, Susah Melakukan’ Saja*

Jangan Sampai Hanya ‘Mudah Mengucapkan, Susah Melakukan’ Saja*


Oleh M. Rasyid Nur


‘MENDAHULUKAN kepentingan bersama atau orang lain di atas kepentingan diri sendiri atau kelompok’ adalah perbuatan mulia. Begitu pesan yang selalu kita dengar atau bahkan kita sendiri yang menyampaikan kepada orang lain, terutama kepada anak-didik kita. Kita menyampaikan pesan itu kepada murid atau siswa kita sebagai salah satu pendidikan karakter. Apalagi ustaz/ ustazah atau pendakwah akan selalu menyampaikan pesan ini kepada jamaahnya. Dan orang tua (ayah-ibu) pasti pula menyampaikannya kepada anak-anak atau keluarganya di rumah. Pesan penting.

Tapi tahukah kita bahwa pesan itu ternyata enaknya hanya diucapkan tapi belum tentu enak dibuktikan dalam tindakan dan perbuatan? Nyata dan ada, dalam kehidupan yang sering kita saksikan, rupanya lebih banyak orang mudah mengucapkannya saja tapi berat alias pahit untuk melaksanakan. Ringan di lidah tapi begitu berat di tangan atau anggota badan lainnya untuk membuktikan.

Kapan dan dimana saja sejatinya pesan mulia itu mau dan harus mampu dibuktikan? Agama sudah mengajarkan bahwa keikhlasan dan kejujuran, seharusnya cukup untuk mengarahkan kita untuk tidak sekadar mementingkan kepentingan pribadi saja. Kita sudah diajarkan rasa lapar, misalnya saat berpuasa sebagaimana dirasakan oleh para pakir-miskin. Itu sudah seharusnya membuka mata untuk merasakan dalam tindakan apa yang dirasakan mereka yang hidup serba kekurangan itu. Kiranya kita lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan para pakir-miskin atau siapapun yang membutuhkan atas dasar perasaan yang kita alami dalam menunaikan puasa itu. Itu artinya, kepada kita diajarkan bahwa kepentingan orang lain itu harus diutamakan.

Tapi banyak kejadian yang kelihatan, itu ternyata benar-benar tidak mudah untuk dilaksanakan dalam keseharian. Konsep dan pesan agar lebih mengutamakan orang lain dari pada diri sendiri, itu hanya enak disebut saja. Bahwa beberapa orang berhasil membuktikannya, memang iya. Tapi jumlahnya belum mengalahkan jumlah sebaliknya. Justeru yang lebih banyak itu adalah yang tetap lebih mengutamakan diri sendiri atau golongannya dari pada orang lain. Tersebab itu pulalah maka pendidikan karakter (akhlak) itu sangat penting bagi bangsa kita.

Kasus-kasus hukum yang membuat 'pusing' KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) atau Polisi dan atau Jaksa, misalnya sesungguhnya terjadi tersebab pelakunya tidak mengamalkan konsep ini. Para koruptor itu adalah sosok yang tetap saja mementingkan kepentingan pribadi atau keluarganya dalam tindak-tanduknya. Jika saja masih berpikir tentang kepentingan orang lain atau kelompok yang lebih banyak, dipastikan mereka tidak akan melakukan pelanggaran hukum itu. Peraturan (umum) sudah menentukan pengelolaan keuangan (anggaran) itu bagaimana. Tapi tetap tidak dipatuhi karena tetap mementingkan keinginan sendiri.

Berharap agar agama mampu mengubah sikap individualistis itu, boleh-boleh saja. Tapi apakah akan berhasil sesuai harapan itu, mungkin harus menunggu menjelang batas tertentu. Dan batas itu, hanya kita secara pribadi yang akan tahu. Jika agama ingin ada gunanya dalam kehidupan sehari-hari, maka jangan lagi sikap individualistis yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan keluarga saja, terus-menerus di amalkan. Dan sebagai guru, sandaran harapan itu tidak dapat dihindarkan. Selain mencontohkan, kepada kita juga terbentang kewajiban untuk menyampaikan.

Untuk itu harus ada tekad yang kuat dari kita untuk mengubah kebiasaan jelek itu. Dan meskipun dikatakan bahwa pernyataan ‘mementingkan kepentingan bersama lebih baik dari mementingkan kepentingan pribadi’ itu hanya mudah diucapkan saja, sesungguhnya sebagai guru kita bisa dan harus bisa mempraktikkannya. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk anak-didik kita. Walau berat dan pahit terasa untuk dibuat, tetaplah berusaha untuk melakukannya.***

*Artikel yang sama juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

6 Jan 2020

Menyongsong Sagu Sabu Karimun 2

Menyongsong Sagu Sabu Karimun 2

Oleh M. Rasyid Nur
ISTILAH Sagu Sabu kian menggebu di hati para guru. Sagu Sabu yang berarti Satu Guru Satu Buku yang bermaksud untuk setiap kegiatan Sagu Sabu para guru mampu menyelesaikan karyanya berupa buku dan langsung bisa diterbitkan, kini kian lekat di hati guru. Program Media Guru Indonesia ini kini sudah menghasilan ribuan guru yang mampu menulis buku dan sudah pula diterbitkan oleh Media Guru itu.

Di Kepri kegiatan pelatihan menulis buku Sagu Sabu sudah dilaksanakan sebanyak empat kali. Dua kali di Tanjungpinang, masing-masing satu kali di Karimun, Batam dan Bintan. Kini, Karimun akan kembali menghelat acara yang banyak diminati para guru itu untuk kedua kali. Direncanakan kegiatan Sagu Sabu Karimun II (Kepri V) ini akan dilaksanakan pada 22-23 Februari 2020 yang akan datang.

Pelaksana kegiatan adalah para guru yang tergabung kedalam Alumni Sagu Sabu Karimun. Dengan membentuk panitia pelaksana, kini panitia sudah mempersiapkan rencana kegiatan tersebut. Sejak disepakati hampir satu bulan lalu, rencana dan persiapan kegiatan kian matang. Peserta yang mendaftar dan menyatakan akan ikut Sagu Sabu Karimun kedua ini sudah mencecah angka 151 orang. . Sesungguhnya, jika ada 100 orang saja pesertanya maka kegiatan ini akan mampu membayar narasumber yang didatngkan dari Surabaya.

Sesungguhnya kegiatan Sagu Sabu di seluruh penjuru Indonesia adalah program Media Guru. Dan para guru yang tergabung dalam Media Guru pula yang menjadi penanggung jawab kegiatan. Di setiap daerah yang melaksanakan kegiatan ini, itu artinya kegiatan Media Guru. Dan orang-orang Media Guru pula yang akan menjadi narasumber.

Untuk kegiatan Sagu Sabu Karimun ke-2 ini sudah menyetor uang pelatihan sebanyak 24 orang. Hingga tanggal 5 Februari nanti, calon peserta masih berkesempatan untuk melunasi iyuran kontribusi keikutsertaannya. Sesuai ketentuan panitia, jika hingga batas yang ditentukan para calon peserta tidak melunasi maka pendaftarannya dianggap gugur, dan dianggap mengundurkan diri. Maka, mari kita songsong Sagu Sabu Karimun II dengan mendaftarkan diri sekaligus membayar uang Rp 350.000 (tiga ratu lima puluh ribu rupiah) sebagaimana sudah diumumkan panitia. Selamat menyongsong Sagu Sabu Karimun 2 Kepri 5 yang akan datang.***

1 Jan 2020

Tahun Baru Sudah Menunggu, Apa Target yang Dituju?

Tahun Baru Sudah Menunggu, Apa Target yang Dituju?

Oleh M. Rasyid Nur
AKHIRNYA kita berada di gerbang 2020. Kaki dan badan kita sudah masuk ke dalamnya. Ketika Rabu Pagi kita terbangun, kembali kita ingat Selasa (31/12/2019) malam tadi adalah saat terakhir kita berada di tahun 2019. Ketika jam menunjuk angka 24.00 (12.00 malam) itu maka sedetik berikutnya adalah tanggal 01/01/2020. Kita sudah masuk ke tahun baru. Selamat datang tahun 2020.

Pertanyaan pertama kita adalah akan kemana langkah kita mengarah. Target apa yang akan kita tentukan selanjutnya. Harapan apa yang akan kita dambakan ke depannya. Itu pertanyaan lumrah menjalani tahun baru yang baru saja kita awali. Hari-hari ke depan ini adalah awal kita memulai masa kita akan berada di tahun ini. Rabu (01/01/2020) ini adalah hari pertama memulainya. Mungkin persiapan dan perencanaan sudah. Tinggal pelaksanaan saja.

Tahun baru pasti sudah menunggu. Jika diberi usia ke depannya, untuk --umpama-- dua belas bulan ke depannya, bagaimana kita. Secara umum mungkin masih seperti tahun-tahun lalu. Atau jika ada resolusi baru, pasti strateginya akan kurang-lebih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, jika itu kita simpulkan berhasil.

Pertama, kita pasti akan tetap menjaga kesehatan kita. Segala usaha yang terencana pasti akan ditentukan sukses-tidaknya oleh kesehatan kita. Bukan saja keyakinan filasafat 'di tubuh yang sehat akan ada pemikiran yang sehat' saja, tapi itu memang sudah kita rasakan. Maka kesehatan adalah kunci dasarnya. 

Kedua, kita pasti juga akan tetap memperbanyak membaca. Membaca keadaan dan memahami berbagai situasi. Keharusan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tidak bisa diabaikan. Jadi, literasi kita akan tetap wajib dijaga. Jika ranah literasi ini tidak sekadar membaca, tentu akan lebih hebat lagi. Maksud saya, kita juga menuliskan apa yang kita baca atau apa yang kita rasa dan lihat. Menuliskannya dengan niat dapat dibaca orang lain, itu artinya nilai ibadah kita tidak sebatas oleh diri dan untuk diri sendiri. Ini sudah memberikan efek baik itu untuk orang lain. Ini penting.

Ketiga, menyambung--jika sempat terputus-- dan menambah serta memperkokoh ikatan silaturrahim diantara kita. Tidak ada yang bisa membantah kalau kuatnya persatuan dan kebersamaan akan dengan mudah dan lancar kita dalam menyelesaikan apa saja. Persatuan se-Bangsa kita adalah target dari jalinan saliturrahim yang kita sambung sejak dari sesama saudara, tetangga dan lebih luas ke atasnya. Ini penting. Perbedaan suka, agama dan lainnya jangan pernah menjadi kendala dalam usaha menjalin dan memperkuat persatuan dan kebersamaan ini.

Sesungguhnya resolusi seperti ini bukanlah sesuatu yang baru. Tapi, jika tidak diulang-ulangsampaikan, boleh jadi akan terlupakan. Menyambut tahun baru 2020 ini kembali kita saling mengingatkan. Mari berniat dan berusaha untuk menjadi lebih baik ke depan ini dari pada yang sudah kita tinggalkan. Selamat Tahun Baru, Selamat Mewujudkan Target Yang Dituju.***

31 Des 2019

Selamat Tinggal 2019

Selamat Tinggal 2019

BEBERAPA jam saja lagi. Jika hingga pukul 24.00 malam ini kita masih ada, artinya selamatlah kita menempuh hidup sempurna dari sisi waktu, satu tahun terakhir ini. Selasa (31/12/2019) malam ini adalah detik-menit-jam terakhir kita akan menikmati hidup di tahun ini. Setelah waktu itu nanti, kita segera akan mengucapkan 'Selamat Tinggal Tahun 2019' dengan segala catatan yang sudah kita lakukan.

Jika halaman kehidupan kita yang lalu itu sudah kita penuhkan dengan catatan yang terbaik yang mampu kita lakukan, bersyukurlah kita karena kita tidak akan dikategorikan sebagai orang yang merugi bahkan berkategori celaka. Tapi jika sebaliknya, itulah yang kita khawatirkan.

Waktu itu pasti hanya ada tiga, selama apapun kita menjalaninya. Pertama, waktu yang berlalu yang tidak akan pernah lagi bisa kita tunggu. Kedua, waktu saat ini, yang kini kita jalani. Yang saat ini kita ada bersamanya. Lalu, ketiga adalah waktu nanti yang mungkin masih ada untuk kita. yang kita sendiri pasti tidak tahu pasti apakah benar-benar ada buat kita. Oleh karena itu, yang sejatinya kita jaga adalah waktu yang kini masih kita jalani.

Apapun yang sudah terjadi, yang sudah kita isikan ke dalam lembaran catatan kehidupan kita, kita hanya bisa pasrah. Atas keteledoran kita, kita tidak mungkin meratapinya. Segera saja kita berbelok arah untuk waktu yang saat ini ada bersama kita. Sekaligus, persiapan yang lebih baik untuk waktu-waktu nanti yang jika kita masih diberi-Nya. Untuk yang lalu? Selamat tinggal, hanya itu catatan kita. Biarlah itu menjadi kenangan yang akan menjadi pelajaran. Sekali lagi, selamat tinggal tahun 2019.***

22 Des 2019

Pembinaan Dewan Hakim untuk Penyegaran Pengetahuan Hakim

Pembinaan Dewan Hakim untuk Penyegaran Pengetahuan Hakim

Oleh M. Rasyid Nur
RAMAI-ramai di Gedung Nasional Tanjungbalai Karimun, Jumat (20/12/2019) pagi hingga siang menjelang petang, itu adalah karena adanya kegiatan Pembinaan Dewan Hakim MTQ (Musbaqoh Tilawatil Quran) bagi Dewan Hakim Kecamatan dan Kabupaten se-Kabupaten Karimun. Sebanyak 53 orang Hakim yang terdiri dari 48 orang Dewan Hakim utusan LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran) Kecamatan se-Kabupaten Karimun ditambah 5 orang Dewan Hakim utusan LPTQ Kabupaten mengikuti kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Karimun, H. Anwar Hasyim, MSi.

Kegiatan Pembinaan Dewan Hakim, ini adalah program kegiatan yang sudah direncanakan LPTQ Kabupaten Karimun sesuai hasil Musda (Musyawarah Daerah) LPTQ Kabupaten Karimun setahun yang lalu. Program Pembinaan Dewan Hakim ini sekaligus kelanjutan program Pembinaan Peserta MTQ Tingkat Kabupaten yang sudah dilaksanakan awal Desember lalu.

Ketua Harian menyampaikan laporan
Hadir pada acara pembukaan antara lain Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun, Drs. H. Jamzuri M. Noor, Kapolres Karimun yang diwakili Kabag Binmas, dari Makodim Tanjungbalai Karimun, Kabag Kesra Setda Kabupaten Karimun, Irwan Dinovri, SS TP, Camat Karimun, dan tentu saja pengurus harian LPTQ Kabupaten serta para peserta pembinaan. Acara pembukaannya diawali dengan Menyanyikan Lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Linda, salah seorang staf Bagian Kesra dan Kemasyarakatan Setda Kabupaten Karimun.

Lalu, setelah pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh salah seorang Dewan Hakim, Ustaz Abd. Rahim acara pembukaan dilanjutkan dengan Laporan Ketua Panitia Pelaksana yang juga Ketua Harian LPTQ Kabupaten Karimun, Drs. HM. Rasyid Nur, MM (penulis). Dalam laporan ini, saya menyampaikan tujuan dan maksud kegiatan dilaksanakan, dasar kegiatan serta peserta kegiatan. Termasuk juga menyampaikan narasumber yang akan memberikan materi pembinaan. Sementara tentang biaya (anggaran) kegiatan dijelaskan merupakan bantuan dana hibah dari Pemda Karimun tahun 2019.


Foto Bersama sesudah penutupan

Sesungguhnya yang utama tujuan kegiatan ini adalah usaha meningkatkan kompetensi Dewan Hakim MTQ Kabupaten Karimun dalam profesinya sebagai Dewan Hakim. Jika saatnya nanti akan bertugas sebagai Dewan Hakim yang akan menilai peserta MTQ, baik di Tingkat Kecamatan maupun di Tingkat Kabupaten, para DEwan Hakim ini harus mampu memberikan penilaian yang objektif. Pembinaan ini diharapkan menjadi satu usaha untuk meningkatkan kemampuan pesrta dalam memberikan penilaian.

Mengingat awal tahun depan --Januari atau Februari-- sudah akan dilaksanakan MTQ Tingkat Kecamatan se-Kabupaten Karimun, maka tugas dan tanggung jawab para 'juri mengaji' ini sudah menanti. Dari bulan Januari atau Februari hingga Maret nanti akan dilekasnakan MTQ Tingkat Kecamatan untuk mencari utusan masing-masing kecamatan pada MTQ Tingkat Kabupaten yang akan dilaksanakan pada bulan Maret atau April tahun depan itu. Jadi, pembinaan sangatlah penting. Semoga bisa mencapai harapan.***


11 Des 2019

Monolog Seorang Blogger: Mengajak itu Adalah Utang

Monolog Seorang Blogger: Mengajak itu Adalah Utang


Oleh M. Rasyid Nur
APAKAH Anda seorang yang suka menulis? Menulis di media cetak atau media online? Boleh jadi juga punya blog yang dikelola sendiri? Ah, tererah saja. Sebagai seorang yang suka menulis, apalagi sampai bertekad dan bersumpah untuk terus-menerus menulis kapan dan dimanapun, maka menulis itu akan terasa sebagai utang tersendiri bagi kita. Sebagai utang, bisa saja perasaan berutang ini menjadi serasa utang berat atau utang yang banyak buat kita. 

Jika begitu, utang terberat itu ternyata tidak selalu karena utang uang. Utang janji dan utang niat untuk memotivasi diri juga bisa menjadi utang pemberat diri. Uatng janji dan memotivasi justeru bisa kita rasakan jauh lebih besar dan lebih berat bebannya dari pada utang uang itu sendiri. Seumpama utang menulis itu tadi. Itu bukan utang uang. Tapi perasaannya bisa sama saja yang dapat membuat perasaan tidak tenang.

Seperti yang pernah saya rasakan, misalnya. Belakangan ini bahkan sejak sudah lama sekali, saya merasakan ada beban utang yang tidak atau belum terbayarkan. Tapi utang ini bukanlah karena utang uang yang jatuh tempo dan tidak terbayar. Saya ingat saya memang ada utang uang di salah satu bank, dulu. Itupun dulu sekali, ketika saya masih Pegawai Negeri yang disebabkan karena pinjaman untuk membangun rumah pribadi. Dan utang itu secara rutin setiap bulan dapat saya bayar karena memang langsung dipotong dari gaji saya setiap bulannya oleh bendaharawan sekolah. Jadi, utang itu tidaklah menjadi beban pikiran saya.

Utang yang saya maksud pada catatan ini adalah utang pada diri sendiri dan sekaligus kepada para pembaca blog atau FB atau tulisan-tulisan saya selama ini di media, misalnya. Harus saya akui, entah di media online atau mungkin di media cetak saya membuat tulisan, dengan sedikit pesan mengajak dan memberi motivasi siapa saja untuk memupuk dan mengembangkan kreativitas tulis-menulis. Terutama kepada para anak-didik di sekolah, di SMA Negeri 3 Karimun (tempat saya bertugas sebagai guru) itu, misalnya sering saya mengajak untuk terus menulis. Ajakan dan motivasi untuk menulis terlalu sering saya sampaikan.

Ketika ajakan dan motivasi sepeti itu kita sampaikan, adalah menjadi utang dan tanggung jawab bagi kita untuk membuktikan bahwa kita mau dan mau menulis terlebih dahulu. Boleh jadi saya belum mampu menulis sebagaimana para penulis tenar itu. Tapi tetap saja harus membuktikan bahwa saya terus menulis sebagai bukti mengajak orang lain menulis. Nah, tekad untuk terus menulis (entah di blog atau di FB, dll) inilah yang saya maksud utang berat itu.

Mengapa menjadi utang yang dianggap berat? Karena ternyata tidak mudah untuk terus menulis dengan konsisten dalam waktu yang sudah ditekadkan, setiap hari misalnya. Dengan jargon, 'Cintaku Literasi, Kumenulis Setiap Hari' yang selalu saya katakan, itu tidaklah mudah. Selama ini, sesuai tekad saya bahwa saya akan menulis sekurang-kurangntya satu catatan/ artikel dalam satu hari. Jika tidak satu artikel, mungkin hanya satu kalimat atau satu alinea saja. Artinya, setiap 24 jam saya wajib membuat satu tulisan. Bahkan sebait puisi saja bisanya, saya anggap utang tekad itu sudah terbayar.

Namun hampir pasti tidak akan mudah melakukannya. Boleh jadi, disebabkan kesibukan yang begitu padat dan ditambah banyak hal yang tidak dapat dielakkan, seperti misalnya lelet dan atau macetnya koneksi internet, atau karena ada kewajiban lain yang menyita waktu kita, di rumah atau dimana saja, atau boleh jadi kaena keadaan pisik kita yang drop alias sakit yang membuat kekuatan dan kesempatan menulis itu menajdi macet, maka otomatis utang ini serasa tidak bisa terbayarkan. Itulah yang saya maksud utang yang terasa berat itu.

Maka hari-hari yang ada ini, mari kita menulis, menulis apa saja. Dan catatan ini meskipun sekadar menyapa rekan-rekan yang selama ini sempat juga mengunjungi blog atau FB saya, pun sudah dapat dianggap sebagai usaha membayar utang tersebut.  Saya pikir, menyapa dengan cara begini juga bisa sebagai bahan tulisan yang sekaligus untuk pembayar utang-utang itu. Sudahkah Anda menulis, hari ini?.***

3 Des 2019

Peserta TNGP Merasakan MRT Penuh Arti

Peserta TNGP Merasakan MRT Penuh Arti


Oleh M. Rasyid Nur
INILAH hebatnya peserta TNGP (Temu Nasional Guru Penulis) 2019. Momen kebersamaan sesama guru se-Indonesia, ini benar-benar dirasakan. Pagi --Ahad, 01/12/19-- hari kedua ini TNGP ini peserta diajak naik transport massal yang baru saja diresmikan awal tahun ini. Jadwal yang diset oleh panitia untuk kegiatan TNGP adalah naik MRT untuk mencapai lokasi acara, Kemdikbud. Peserta diarahkan untuk bergerak dari Terminal Lebak Bulus.


Naik eM aR Ti? Ya, naik kereta listrik Moda Raya Terpadu alias MRT yang diresmikan presiden pada 24 Maret 2019 lalu itu. Masih sangat baru, transportasi yang mampu mengangkut ribuan manusia dalam satu jalan itu. Sebagai orang dari daerah, nun jauuh dari Jakarta, pastilah kesempatan langka ini akan menjadi kesan terhebat yang akan kami rasakan. Bukan hanya sebagian besar kami yang 511 orang ini yang baru pertama kali naik kereta listrik Ibu Kota Negara, ini bahkan orang Jakarta sendiri jangan-jangan juga ada baru satu kali atau belum sama sekali mencoba MRT. Inilah hebatnya MGI yang memberi arti tersendiri bagi kami MRT ini.


Sesuai jadwal dari MGI tentang acara, hari kedua ini para peserta TNGP adalah untuk mengikuti acara  Ramah Tamah Peserta TNGP dengan Mendikbud, Nadiem Makarim. Itu jadwal rencana. Ada lounching buku Selamat Datang Nadiem Makarim direncanakan juga. Tempat acaranya juga tidak tanggung-tanggung, di Aula Gedung F, Kemdikbud, Senayan, kantornya Pak Menteri yang masih muda itu.


Setelah berhihi-haha-hihi selama dalam MRT karena gembira-rianya kami, akhirnya kami sampai di terminal terakhir, lokasi yang menjadi sasaran kami. Keluar gerbong, berbelok ke kanan sesuai arahan security dan naik melewati tangga yang cukup tinggi, ya sampailah kami di jalan samping Kantor Mas Menteri. Kami diarahkan lagi untuk menuju Gedung F, tempat acara akan dihelat.


Walaupun jadwal acara tertulis pukul 08.00 dan hingga pukul 09.00 masih pra acara dari panitia para peserta tetap nyaman duduk di ruang berpendingin ruangan itu. Pukul 09.00 baru dimulai acara dari peserta untuk peserta. Dengan beberapa orang panitia menjadi pembawa acara, akhirnya pra acara berlanjut dengan saling berkenalan antara peserta dari berbagai daerah.


Pembawa acara mempersilakan beberapa orang peserta untuk bercerita pengalaman selama menjadi anggota MGI. "Apa yang berubah dalam diri Anda ketika menjadi anggota MGI?" Begitu pertanya MC kepada empat peserta yang sudah naik pentas. Masing-masing,  bergantian diminta berkisah perihal pengalaman hebatnya selama menjadi bagian dari Media Guru.


Lalu mereka memberikan testimoni masing-masing bagaimana mereka merasakan manfaatnya ikut Sagu Sabu dan menghasilkan buku. Seorang peserta dari Sumbar berkisah perihal bukunya, Indahnya Menjadi PNS Tanpa Riba yang laris manis terjual kepada masyarakat, khususnya para PNS di Ranah Minang. "Sudah ribuan eksemplar terjual," kata penyusun buku. Bayangkan uang 'tanpa riba' yang dia raub. Sungguh membuat peserta lain berdecak kagum.


Pada sesi lainnya, masih acara yang sama, ditampilkan pula seorang guru yang menulis buku pengalamannya dengan judul cukup sensasional, Batman Teacher. Ibu ini mentatakan bahwa dengan bukunya itu kini menjau di terkenal. Bahkan dengan buku itu pula dia akhirnya berkesempatan melanglangbuana ke Negeri China. Bukunya sendiri sudah dialihbahasakan ke Bahasa Mandarin itu. Sungguh menginspirasi kita semua peserta.


Ada banyak pesan moral dan operasional yang disampaikan para peserta yang didapuk tampil di atas pentas hari itu. Misalnya, pesan  begini, untuk menjadikan buku buku best seller itu, 1) Judul bukunya harus 'menjual' alias menarik, 2) Tulislah buku yang yang isinya dibutuhkan masyarakat, 3) Promosikan buku bahkan calon bukunya di grup atau medsos yang ada. Atau bisa juga melalui teman dan saranana lainnya, 4) Saat mulai menulis silakan promosi judul, screenshot sinopsis, dll tip yang bisa kita lakukan. Begitu pesan teman-teman yang sudah dianggap sukses menjual bukunya selama bergabung dengan Media Guru.***

Sama:  https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2019/12/peserta-tngp-merasakan-mrt-penuh-arti-...